29. Usaha Dipta dan Nasihat Bunda

12.7K 1.3K 83
                                    

Dipta POV

Semenjak kejadian pagi tadi aku masih terus berusaha mendapatkan maaf dari Calla. Aku tetap ingin saat ke Semarang semua urusan selesai. Aku juga ingin dong pergi ke sumpah dokter Calla Minggu depan.

Keluargaku sudah di beri kain sama bunda dan ayah. Senada dengan corak kebaya dan rok milik Calla. Buk e sudah jahit sendiri, berbekal mesin jahit peninggalan almarhumah Uti.

"Dip jangan bikin buk e pusing, mondar mandir. Bantuin kek ini." Mendengus kesal.

"Nggak lah buk e. Minta bantuin Mbak Shinta saja tuh. Aku mau ke rumah Calla, harus usaha."

"Mbak mu baru hamil gede kaya gitu dek. Ngawur aja di suruh-suruh. Cepetan ini di lembarin. Kain mu nggak buk e jahit baru tahu rasa kamu." Akhirnya aku pasrah. Ikut berjongkok di ruang tengah. Memotongi kain sesuai pola.

"Sini Bu, Shinta bantu." Wajahku berbinar.

"Nah kan Bu. Makasih banyak ya mbakyu ku yang paling cantik. Buk e Dipta ke Calla ya. Mau main PS sama Daffa. Assalamualaikum." Dengan kekuatan ekstra aku meluncur ke tetangga ku itu. Arahnya ke Utara dari rumahku. Dengan sepeda aku bersiap ke sana.

Ting... Ting... Ting...

Ada Calla dan Daffa di pojokan rumah. Di gudang bunga yang indah. Begitu melihat ku Calla langsung berpindah ke agak belakang.

Daffa langsung menghampiriku.

"Tenang bang. Besok juga udah baikan. Cewek mah gitu, gengsian." Aku mengangguk.

"Jadi nggak?" Tanya ku ke Daffa. Aku ikut bangga dengan adikku satu ini. Bisa menjadi lulusan terbaik di taruna Nusantara dan juga nilai terbaik saat masuk seleksi akademi militer kemarin.

Kini dia bukan lagi Daffa anak manja, dia sudah beranjak menjadi Daffa yang tegas dan tegap. Jadi taruna ganteng incaran semua ibu-ibu di perumahan sini.

Ganteng nggak jauh beda dengan Abangnya yang satu ini. Kami bermain PS hingga menjelang Maghrib.

Aku numpang mandi di kamar Daffa. Mungkin Calla tidak sadar aku masih di sini. Ia bernyanyi keras dan merdu, seperti konser di Mandala.

Hingga malamnya aku juga ikut bergabung makan malam di sini. Kata bunda biar Calla makin luluh sama aku. Tapi nyatanya tidak, Calla masih mendiamkan aku.

"Dipta bantuin Uti." Uti senyum mengangguk.

"Dah sembuh le kamu?" Aku mengangguk.

"Sudah Uti. Alhamdulillah masih di beri kesempatan hidup sama Allah." Aku membantu meletakkan piring ke meja.

Semua berkumpul, kecuali Calla yang masih ada di kamar.

Saat Calla melihatku ia ingin naik lagi ke kamar. "Mbak makan." Ayah menyuruh Calla makan.

"Malas yah belum lapar. Nanti saja makannya." Aku langsung bangkit.

"Sejak kapan Mbak nggak sopan. Ada tamu lho ini." Aku menggeleng.

"Dipta pulang aja deh yah. Biar Calla nyaman di sini. Pamit ya Uti, bunda." Kapan sih La mau maafin Abang. Aku menatap Calla diam. Ia benar-benar marah.

Aku harus memutar cara. Bagaimana ia tidak marah lagi denganku. Sabar Dip, kata ayah semua hanya tentang waktu.

🌻🌻🌻

Calla POV

Akhirnya Bang Dipta merasakan rasanya di cuekin di diemin berhari-hari. Sejujurnya aku sudah sedikit memaafkan. Tapi ya jengkelnya masih ada.

CINTA CALLA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang