48. Ijab Qobul

10.6K 1.3K 65
                                    

Berdebar seperti akan menembak musuh. Atau menusuk perut lawan. Ah lebih dari itu, sebentar lagi aku akan benar-benar melepaskan masa lajang. Mengubah status hidup dan status di kartu tanda penduduk.

Aku duduk di kursi depan pelaminan, juru bicara dari keluargaku sedang berdiri menyampaikan maksud dari tujuan kedatangan kami.

Hari ini aku di balut beskap Jawa warna putih. Ronce melati sudah mengalung indah di leherku.

Buk e di balut dengan kebaya warna kuning gading senada dengan warna kebaya Bunda. Sebentar lagi aku akan mengucapkan janji sehidup semati. Ijab dan qobul untuk Calla Senja.

Aku di tuntun untuk menempati kursi panas. Di sampingku kosong, belum ada calla di sampingku. Huh rasanya pengen kencing di celana.

"Saudara Pradipta sudah siap?" Aku mengangguk mantap.

"Siap."

Ayah Aksa ada di depanku. Beliau tersenyum begitu lebar. Ada Bapak Walikota Yogyakarta bertindak sebagai saksi dari mempelai wanita. Sedangkan begitu kebanggan bagi keluargaku saat wakil gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi wali dari pihakku sebagai pihak laki-laki.

"Yang menikahkan Bapak Angkasa Yudha ya." Ayah Aksa mengangguk.

"Silahkan di jabat tangan saudara Pradipta."

Bismillah. Semoga memang ini jawaban dari semua doa yang aku panjatkan selama ini.

"Saudara Pradipta Bayu Bimantara Wijaya bin Galih Rakha Wijaya." Ucap ayah Aksa yang menatapku begitu lekat.

"Saya." Jawabku

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau. Dengan putri kandungku Cinta Calla Senja untuk dirimu sendiri dengan maskawin seperangkat alat sholat dan logam mulia seberat dua puluh gram di bayar tunai."

Aku menarik nafas begitu panjang.

"Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Calla Senja binti Angkasa Yudha untuk diri saya sendiri dengan maskawin seperangkat alat sholat dan logam mulia seberat dua puluh gram di bayar tunai." Ucapku dengan satu kali tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah." Ucap para saksi di susul teriakan tamu undangan.

"Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fiil Khairin" Segala beban dan ketegangan yang ada di pundakku luruh sudah. Mencair bersama senyuman haru. Senyumku, senyum laki-laki di depanku dan senyum dua orang ibu yang saling memeluk.

Senyumku makin mengembang, ketika alunan musik beautiful in white mengalun merdu memenuhi ruang tamu rumah ini.

MC berbicara, bahwa sebentar lagi Calla akan turun ke bawah. Aku kembali gugup, seperti baru saja nembak cewek terus mau ketemu ngapel malam minggu.

"Dan sebentar lagi mempelai wanita akan turun bersama adik tercintanya. Yaitu dokter Cinta Calla Senja." Ucap MC yang bertugas memandu acara hari ini.

You look so beautiful in white..

Aku mendongak, menatap Calla yang tersenyum di apit oleh Daffa. Ia terlihat begitu cantik. Cantik yang tak bisa ku diskripsikan. Cantik yang membuatku tak bisa berkata-kata.

Di balut dengan kebaya warna putih dan mengapit lengan Daffa. Hatiku bergemuruh tak tahu malu.

Calla semakin mendekat hingga benar-benar ada di sampingku. Aku menghadap ke arahnya. MC mempersilahkan untuk Calla mencium tanganku.

Saat tangan lembut itu menyentuh tanganku hatiku kembali bergetar hebat. Aku tersenyum begitu lebar.

Dan tiba giliranku untuk mencium kening Calla. Aku memegang pundaknya.

CINTA CALLA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang