42. Happy Birthday Mas Pacar

12K 1.4K 96
                                    

Selamat pagi Kantor tercinta. Tempatku mengabdi pada negeri ini. Pagi yang indah, di temani kicauan merdu burung yang saling bersahutan.

Selamat pagi senjaku yang hari ini masih tampak mengantuk. Di tangannya ada buku kecil sakti dariku. Iya dia sendiri yang menamai buku sakti itu.

Dia memang bukan yang pertama kali masuk ke dalam hatiku. Jujur, Gita menempati peringkat terlama yang singgah. Tapi semenjak sore kelabu itu, ia melebur bersama rasa tidak percayaku lagi.

Jadi ketika orang bilang. Calla hanya pelampiasan tentu saja salah. Dia itu masa depan bro.

Di grup SMA ku ramai tentang undangan pernikahan salah satu teman kelasku. Acara akan di gelar akhir pekan nanti. Pas mantab. Aku akan datang bersama calon istri.

Semua temanku tentu sudah kenal Calla. Si anak SD yang sering naik jok motor belakangku ketika main. Atau anak SMP yang sering ikut latihan basket. Atau anak SMA pembawa baki Bendera pusaka di istana.

"Undangannya mau kaya apa Dek?" Tidak ada sahutan. Saat ku tengok matanya terpejam.

"Calla. Hey." Dia langsung bangkit dan menegak.

"Apa?"

"Undangannya pengen kaya gimana? Buk e tanya ini." Aku menunjukkan pesan dari buk e.

"Terserah saja Mas. Aku ikut, aku sudah pusing ngurus pengajuan ini. Aku capek."

"Tapi kan ini juga penting dek. Mereka takut nggak sesuai mau kamu."

"Mas aku capek. Udah lah terserah mau kaya apa. Lagian kan ini juga pernikahan mereka yang mau. Aku tinggal menjalani semuanya. Aku capek kalau masih harus ngurus semuanya. Aku serahkan ke beliau beliau yang lebih paham." Calla menjawab dengan nada sewotnya.

"Kenapa sih dek. Kemarin kamu baik-baik aja sekarang kok sewot."

"Siapa yang nggak sewot. Kita udah nunggu berapa lama. Di cancel, padahal pernikahan kita tinggal berapa waktu coba."

"Udah tenang."

"Tenang gimana. Kita masih harus ke tingkat divisi. Masih harus ke sana ke mari. Kemarin oke aja, tapi ternyata juga lelah mas. Aku capek." Calla mungkin badmood. Komandan mendadak ada acara dan kami harus menunggu hingga pukul sebelas nanti. Padahal kami sudah ada di tempat dari pukul sembilan.

"Mau nikah aja ribetnya setengah mati. Nikah sama anak presiden saja nggak serumit ini kok." Aku memegang tangan Calla.

"Tenang. Udah-udah aku minta maaf. Sekarang biar aku yang urus semua printilan. Tapi aku cuman mau tanya. Pengen baju warna apa undangan warna apa Calla. Kan tinggal di jawab. Kok malah sewot."

"Udahlah terserah kamu mas. Aku udah capek capek. Aku nggak kuat aku mau pulang." Calla bangkit.

"Dek janganlah jadi Pusat perhatian. Ada masalah apa kamu." Tanyaku.

"Kita nggak usah jadi nikah saja lah mas. Aku hanya merebutmu kan." Aku diam.

"Kamu nggak merebut. Ada apa sih. Bicara dek, kalau kamu nggak ngomong mana bisa aku tahu."

"Lihat." Aku melihat handphone milik Calla.

Gita membuat unggahan tiktok seakan dia di khianati.

"Brengsek." Umpatku.

"Lihat juga Instagram ku. Seakan semua aku yang salah. Semua menghujat ku. Aku belum jadi istri kamu saja nama aku udah jelek. Apalagi besok mas. Aku capek, aku udah capek jalani pengajuan ini. Bisa  enggak sih nggak usah pakai kaya gini. Aku capek, namaku jelek. Gimana muka bunda dan ayah. Mereka kena imbasnya." Calla menangis di menutup wajahnya. Tanganku mengepal erat.

CINTA CALLA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang