59. Kehidupan Pernikahan

12.1K 1.3K 28
                                    

Hari kedua di asrama sudah begitu luang. Karena sudah berkunjung ke rumah ibu-ibu pengurus yang cantik.

Di sini lah aku dan bojo tercinta yang hanya mengenakan kaos singlet. Bermain kuas dengan warna biru pastel untuk bagian dalam rumah. Ruang tamu sudah selesai baru saja dengan warna hijau seperti di luar rumah.

"Kalau capek istirahat dek." Aku tersenyum. Lalu menggeleng. Ini hal yang menyenangkan. Bisa mewarnai rumah dengan tangan sendiri adalah hal yang pertama bagiku.

"Sama kamu segala hal yang belum pernah aku coba semua jadi nyata. Segala hal yang jadi mimpi sama kamu jadi nyata. Makasih mas. Buat semuanya." Mas Dipta tersenyum. Wajahnya memerah. .

"Iya. Udah dong, jangan manis-manis kamu itu dek. Kan jadi malu mas tuh." Kami terbahak bersama. Melewati siang dengan tangan yang bergerak naik turun. Memadu warna menjadi padu. Memadu cinta yang membuat candu. Bersama Pradipta ku, penguasa langit dan juga penguasa hatiku.

🌻🌻

Kemarin malamnya Jogja, dan hari ini malamnya Semarang. Agak sedikit berbeda tapi tetap saja , asal bersama Pradipta semuanya sama. Penuh cinta.

Ya Allah bucin sekali aku akhir-akhir ini. Bagaimana tidak, seminggu lebih menikmati peran sebagai seorang istri. Ada 24/7 untuk suami tercinta.

"Besok masak perkedel tahu dong dek." Masak tahu check, setiap malam Mas Dipta pasti akan selalu merequest makanan apa yang dia inginkan.

Kami sedang berjalan di ramainya Simpang Lima Kota Semarang. Jantungnya kota Semarang. Surganya anak muda dan lalu lalang taruna Akpol.

"Ih kok di tutup sih mas." Protesku saat Mas Dipta menutup mataku dengan tangannya.

"Biar nggak ngelirik yang masih pakai Chevron." Aku langsung memukul lengannya manja.

"Mana ada sih. Aku kan lihatnya pak tentara tampan temen masa kecilku." Godaku ganti.

"Eleh. Modus, awas lirik yang lebih muda. Tak bikin Blendung biar nggak bisa berpaling dari aku." Aku dan Mas Dipta tertawa bersama. Sederhana tapi membuat kita bahagia.

"Takdir itu lucu ya. Ada yang nggak mau sama Tentara di kasihnya tentara. Ada yang bener-bener nggak mau punya suami tentara kok ya berjodoh nya sama aku yang tentara. Tapi takdir kita begitu indah. Alhamdulillah berjodohnya sama adik manis ku. Yang akan ku jaga hidup dan mati ku." Kami duduk di pinggir pot bunga.

"Mau punya anak berapa dek?" Tanyanya padaku.

"Tiga." Jawabku.

"Empat deh. Biar rame dek."

"Haduh, pemerintah kan anjurannya dua. Tapi aku ngerasa kalau cuma sama Daffa tuh aku sepi."

"Ya empat aja."

"Tiga aja."

"Yaudah tiga." Akhirnya ia mengalah?

"Aku mau namain mereka pakai abjad yang urut. Lucu kaya keluarga kamu. ABCD. Aksa Bina Calla Daffa. Kalau kita, Calla Dipta EFGHIJK."

"Mas. Orang juga belum ada kok." Kesalku.

"Kan masih di usahain sayang." Lagi aku gemetar saat Mas Dipta memanggilku sayang.

"Kita akan terus gini ya mas." Mas Dipta mengangguk. Tersenyum lalu membawaku ke pelukan hangatnya.

Jadi kangen ayah dan bunda. Sedang apa mereka di Magelang. Mungkin juga sedang sibuk perpisahan. Karena ayah sudah di mutasikan menjadi Pati di Jakarta. Lebih jauh lagi lebih sulit lagi.

Tapi tetap ku syukuri, asal mereka sehat. Dan selalu tersenyum.

To : Bunda

Sehat kan bun. Mbak baru jalan-jalan di Simpang Lima, jadi inget dulu di sini sama ayah dan bunda. Jangan lupa istirahat ya bundaku sayang. Mbak kangen Bunda sama Ayah. Juga Daffa 🥰🥰

🌻🌻🌻

Dipta POV

Sudah dua Minggu usia pernikahan ku dan Calla. Semuanya berjalan dengan baik dan romantis. Setiap harinya ada hal baru yang aku pelajari. Calla sudah mulai bersiap untuk intershipnya. Belajar dan belajar setiap hari adalah kegiatan Calla saat aku dinas. Kenapa bisa tahu? Iya aku memasang cctv di ruang tengah dan ruang tamu. Cctv jaman now yang bisa ngomong sama yang di rumah.

Selain belajar, giat senam dan voly. Calla juga hobi menanam tanaman hias dan sayur. Setiap hari akan ada paket datang. Bukan make up atau baju.  Tapi bibit tanaman yang di kirim bunda tercintanya. Jadilah rumah terlihat hijau dengan bunga mawar dan anggrek yang mekar.

Dan kemarin sore, sepulang aku dinas. Calla langsung mengajakku ke Bandungan, katanya ingin membeli krisan dan bunga lainnya. Jadi makin gemes makin sayang.

Dua Minggu ini aku selalu kenyang dengan masakan Calla yang tidak begitu buruk. Belum seenak masakan buk e. Tapi sudah masuk ke dalam daftar favoritku. Bahkan rela aku menahan lapar di sore hari demi makan di rumah dengan masakan istri tercinta.

"Tidur La. Besok kamu kan volley." Ucapku mengusap rambutnya. Tangannya asik bermain handphone. Berbalas pesan dengan buk e dan Bunda.

"Badanku nggak enak mas. Kemarin tanganku panas kena bola terus. Nanti di sindirin sama Mbak Darma terus."

"Udah jangan di dengerin kalau Mbak Darma cari masalah. Dia itu iri sama kamu, karena kamu yang di pilih Bu Dwi kemarin buat rangkai Bunga. Dan Bu Dwi kan suka sama bunga kamu. Nah makanya dia sering isengin kamu."

"Dia itu nggak suka sama aku karena aku yang jadi istri kamu Mas. Mbak Darma pengennya kamu sama Gita Gitong. Dia nggak terima aku yang jadi istri kamu."

"Ssssttt."

"Yang ngejalanin hidup ini aku. Yang ngejalanin hubungan ini aku. Sekali di khianati aku nggak percaya lagi. Sekalipun kita kemarin nggak di jodohkan. Aku tetep nggak bisa lagi sama Gita. Gita masa laluku. Gita hanya angin lalu yang sudah nggak ada sedikitpun di hidupku. Sekarang hidupku cuman sama kamu. Cuman ada kamu, kamu masa depan aku. Dan selamanya cuman kamu sayang. Jangan pernah lagi berfikir Gita jadi penghambat kehidupan kita ya." Calla mengangguk.

"Tapi dia itu selalu komporin aku yang enggak-enggak mas. Dia itu nyebelin, dia bikin aku jengkel setiap ketemu"

"Udah-udah, nggak usah di ladenin. Mereka cuman belum kenal istriku ini."

Calla hadir sebagai pelengkap hidupku. Aku bersyukur cinta sudah ada di hidup kami. Aku mencintai Calla begitupun Calla mencintaiku.

Sungguh dalam hatiku hanya ada Calla, Cinta yang indah, seindah sinar senja yang kulihat setiap harinya.

Setiap hari aku selalu mencintai Calla. Bahkan bertambah setiap harinya. Semoga aku bisa terus menjaganya dan memberikan kebahagiaan untuk Calla.

Calla tertidur di pelukan ku. Nafasnya teratur. Tidurnya begitu cantik. Aku mencium keningnya.

"Selamat tidur sayang. I love you." Lalu aku mengusap lembut perut Calla.

"Nak lekas hadir ya. Jadi kebahagiaan baru buat ibu sama Yanda." Aku tersenyum, lekas menyusul Calla dalam tidurnya.

Esok aku harus bekerja keras untuk keamanan Indonesia,  kebahagiaan kami. Dan kebahagiaan orang tuaku.

🌻🌻🌻

Selamat beraktivitas ❤️❤️❤️

CINTA CALLA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang