16. Saya Cinta Kamu Calla

10.8K 1.1K 46
                                    

Aku terbangun saat suara handphone berdering. Siapa yang pagi buta ini menelfon. Mengganggu tidurku yang baru setengah jam. Iya lembur tugas dan rekapan orderan membuatku terkantuk-kantuk.

Dokter Fathur calling....

Rasanya senang bukan main. Mata langsung bersinar cerah seperti lampu Philips seratus watt yang satu RT bisa terang.

"Hallo assalamualaikum." Terdengar suara salamnya yang begitu merdu.

"Waalaikumsalam. Halo mas Fathur?" Gugup. Aku langsung bangkit menengok kanan kiri mencari jepit rambut yang entah malah hilang kemana.

"Dek. Hari ini kosong ngga? Mau minta tolong buat cari kado untuk mama nih." Aku langsung berlari melihat jadwal koasku. Aku bisa setelah koas nanti sore.

"Halo dek Calla." Ulangnya.

"Halo mas Fathur. Maaf-maaf, iya dok. Eh mas Fathur. Bisa tapi sore nih Mas. Habis koas gitu." Jawabku.

"Wah Alhamdulillah. Aku jemput ya koasnya. Biar nanti langsung pulang." Ya ampun mimpi apa sih aku bisa di ajak jalan sama Mas Fathur.

"Oh iya mas iya. Tapi kan mas masuk pagi. Gimana dong nanti harus awal banget berangkatnya." Ayo dong bilang nggakpapa. Ucapku dalam hati.

"Oh nggak masalah. Aku udah biasa berangkat pagi. Jam setengah tujuh aku sampai rumah kamu ya?" Aku langsung berjalan ke arah lemari.

"Eh iya dok. Eh Mas. Hati-hati." Ucapku. Teflon tertutup. Aku langsung wudhu dan sholat.

Selepas tadarus sebentar aku langsung ke dapur. Membantu Mbak Ning asisten rumah tangga Uti yang sedang memasak. Aku membuat sandwich untuk bekal Mas Fathur. Kalau jatuh cinta emang bikin bucin ya.

Pukul enam lima belas. Mobil Mas Fathur terlihat di pekarangan rumah. Menyempil di belakang pick up Calla Florist. Aku langsung berpamitan dengan Uti. Dokter Fathur turun, terlihat begitu tamban dengan kemeja slim fit warna maroon. Tau nggak sih makin cakep. Tau kan gimana gantengnya cowok pakai baju warna maroon?

"Permisi Bu. Saya Fathur teman dek Calla." Aku pikir Mas Fathur tidak akan turun.

"Saya minta izin ya Bu. Nanti Dek Calla saya ajak pergi setelah jaga di rumah sakit. In syaa Allah sebelum isya sudah pulang Bu." Tambahnya lagi.

"Oya nak Fathur. Jangan lupa sholat ya tapi kalau pergi." Mas Fathur tersenyum.

"Pasti tidak lupa Bu. Saya pamit ya Bu, takut dek Calla kesiangan. Assalamualaikum." Uti menjawab salam. Mas Fathur mencium punggung tangan Uti saat bersalaman.

Aku melakukan hal yang sama. Berjalan di belakang Mas Fathur. Ia membukakan pintu penumpang untukku. "Makasih mas." Ini kali ke tiga aku satu mobil. Dan rasanya masih sama deg-degan.

"Mas ini aku bawain sarapan. Semoga bisa buat ganjel perut." Aku menyodorkan kotak makan warna ungu milik bunda.

"Weww apa nih?" Mas Fathur menerima kotak makan lalu membukanya.

"Aku makan ya dek." Tahu nggak rasanya bahagia banget lihat Mas Fathur makan lahap banget.

"Enak. Udah cocok nih jadi istri." Uhukkkk. Istri mu mas. Siap aku lahir dan batin.

"Mas Fathur bisa aja. Padahal cuman sandwich isi telur." Ucapku tersipu.

"Daripada mie instan?" dia tertawa.

Mobil Mas Fathur sampai ke parkir khusus dokter. Aku langsung keluar. Sudah hampir jam tujuh. Takut telat dong.

"Makasih ya Calla sandwichnya!" Aku mengangguk. Melambaikan tangan ke arahnya.

Sudah tidak sabar nanti sore. Nggak boleh burik nih kalau jalan sama dokter kece ini. Hari ini di awali dengan hati yang baik. Semoga nanti juga berakhir baik.

🌻🌻🌻

Bahagia sekali bisa jalan berdua menyusuri setiap pertokoan di Jogja City Mall. Kami sudah mendapatkan kado untuk ibunya Mas Fathur. Sebuah tas cantik dengan bunga di pinggirnya. Kalem seperti foto ibunya yang di tunjukan padaku.

"Rencana dokter nikah mau tahun berapa?" Mulutku lemes banget.

"Tahun ini sih dek. Doain aja." Kok nyesel gitu ya tanya ke dia tentang ini. Ada sakit-sakitnya. Jangan-jangan emang Mas Fathur memang sudah punya calon.

Kami mampir untuk makan di Solaria. Pikiranku masih tertuju pada jawaban mas Fathur. Nikah tahun ini. Calla mungkin harus siap-siap patah hati kamu nak.

"Aku juga nggak tahu sih Call. Aku juga nggak yakin bener-bener mau nikah tahun ini." Aku mengangguk.

"Calonnya udah ada kan kak?" Dia tersenyum kecut.

"Harusnya calonnya yang ada di depanku." Uhukkk. Nasi goreng di tenggorokanku berhenti begitu saja.

Seakan dunia berhenti, Calla jangan baper. Bisa aja dia cuman bercanda.

"Hahaha. Tegang amat sih dek. Nikah masih lama. Masih intership juga kok. Iya kan." Tuh kan benar. Jangan percaya diri Calla. Dia cuman bercanda.

"Ibu saya suka banget sama yang namanya nasi goreng. Jadi besok saya harus punya istri yang pandai masak nasi goreng Calla." Aku tersenyum penuh arti. Aku masuk ke dalam kriteria istri idaman ibumu mas.

Selanjutnya nasi goreng pesenan kami sudah habis.

"Dek, kamu pernah ada nggak di posisi terpaksa?" Aku memelankan langkahku sambil menatap wajahnya.

"Pernah dong." Jawabku.

"Terus?" Tanyanya lagi.

"Di jalanin mas. Percaya aja kalau itu yang terbaik. Contohnya nih ya. Dulu aku kaya berat banget. Di suruh bunda untuk sekolah di Jogja. Sedangkan ayah dan bunda dinas di Purworejo. Kepaksa banget mas. Bayangin anak kelas enam SD tanpa orang tua di Jogja. Tiap malam nangis aku. Terus aku mulai ikhlasin aja. Oh mungkin ini yang terbaik untuk aku. Nah pas tengah semester. Kaya setengahnya masih kepaksa. Nilai ku jelek. Kata bunda, aku harus ikhlas dan menikmati semuanya. Dari situ aku mikir. Berarti emang harus menjalani semua keterpaksaan itu Mas. Insyaallah kalau dari hati pasti semuanya jadi lebih baik. Nah dari situ aku belajar. Semua hal jangan di awali dengan keterpaksaan. Tapi dengan senyum dan semangat. Biar harapan dan doa-doa jadi kenyataan. Bukan hanya sekedar harapan. Semuanya hanya tentang waktu kak. Pasti bukan lagi jadi sebuah keterpaksaan. Semangat ya!!!" Ucapku menyemangati.

"Makasih ya." Aku mengangguk. Mas Fathur hanya menatap ke depan dalam diam.

Kami masuk ke dalam mobil. Sebentar lagi adzan isya berkumandang.

"Nih." Aku menyerahkan sebungkus coklat kit kat. Ia tersenyum.

"Semoga Allah lekas melapangkan kepaksaan kamu ya mas. Semoga Allah membukakan pintu ikhlas. Tetap semangat menjalani garis hidupmu."

"Aku takut dek. Takut tidak bisa jadi yang terbaik." Aku senyum memegang pundanknya

"Pasti ada waktu untuk belajar ya Mas. Jangan takut, yang terpenting nikmati prosesnya." Ucapku.

Mas Fathur seketika memelukku erat. Aku tidak bisa berkata-kata. Aku merasakan air matanya menetes di pundakku.

"Saya cinta sama kamu Calla."

🌻🌻🌻

Dan akhirnya setelah sekian lama menunggu.

Hehehehe mohon maaf sudah membuat kalian menunggu lama. Ide buntu gitu terus tambah akhir-akhir ini kerjaan banyak. Orderan juga banyak Alhamdulillah.

Hehehe. Ada yang ulang tahun hari ini.
Selamat ulang tahun mbak sayang. Menjadi tempat sambat atas segala drama rumah tangga pekerjaan tulisan. Orang yang nggak pelit ilmu. Semoga sukses selalu. Lancar segalanya. Semoga ketemu di giat selanjutnya ya hehehe. I Miss you so much 😍
Pasti kamu baca ini. Hehe

Yogyakarta, 26 Juni 2020

CINTA CALLA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang