43. Bertemu Komandan Batalyon

10.4K 1.3K 49
                                    

Aku dan Abang berada di depan komandan batalyon ini. Bapak Letkol Abiguna Yusuf Chandra. Akrab di sapa pak Abi. Di sampingnya ada ibu ketua, nyonya Dwi Abiguna.

Kami sudah di cecar pertanyaan sejak sepuluh menit yang lalu. Rasanya ingin segera keluar dari ruangan ini.

"Apa Dek Calla yakin bisa membagi waktu antara tugas sebagai istri juga anggota Persit dengan kesibukan intership dek Calla. Karena kegiatan di sini begitu padat. Dan lagi wajib bagi semua anggota." Ngekkkk. Dari semua pertanyaan kenapa harus ini sih. Bimbang Bu bimbang.

"Ijin ibu. In syaa Allah saya yakin bisa membagi waktu antara tugas sebagai istri dan anggota Persit juga dengan kesibukan saya di dunia medis. Karena keduanya merupakan kewajiban saya. Yang harus saya jalani."

"Oke om Dipta, apakah masa lalu mu sudah benar-benar selesai. Saya mendengar desas desus di asrama tentang kabar kalian. Bahkan sampai di sindir di sosial media. Apa betul begitu?"

"Siap, sudah selesai Bu. Ijin, saya dan Dek Calla bersama jauh sesudah saya dan Gita selesai. Ijin Bu, saya memang putus dengan cara sepihak. Saya yang memutus dan mengembalikan lamaran yang bersangkutan. Karena ada pihak ke tiga dari si perempuan. Ijin Bu, jadi kami berpisah bukan karena dek Calla yang menjadi pelakor seperti yang beredar di sosial media. Ijin Bu. Kami memang dekat, saya dan dek Calla. Karena kami bersahabat dari kecil. Ijin ibu, jadi tuduhan atas nama calon saya tidak benar adanya. Ijin, ibu bisa mengecek sendiri kebenaran cerita ini lewat berbagai pihak Bu."

"Saya tidak ingin karena berita ini nama Persit jadi jelek om. Silahkan di selesaikan dengan baik. Setiap anggota Persit wajib menjaga nama baik instansi nya bukan."

"Siap."

"Satu lagi dek. Apa yang membuat kamu begitu yakin menikah dengan Om Dipta. Gaji tentara tidak banyak. Apa yang membuatku begitu yakin."

"Ijin menjawab ibu. Dalam hidup saya sebelumnya tidak pernah sekalipun saya membayangkan akan memilih Lettu Pradipta untuk menjadi pendamping saya. Dalam hidup saya beliau ini adalah segalanya ,penolong bagi saya dan adik sejak kecil. Lettu Pradipta datang sebagai teman , kakak yang melebihi segalanya. Dan ketika Lettu Pradipta datang meminta saya menjadi pendamping hidupnya, saya sangat bersyukur. Semoga tidak ada lagi sakit hati yang harus saya dapatkan. Ijin ibu, tentang profesinya mungkin saya termakan omongan saya sendiri. Saya selalu tidak suka dengan tentara semenjak menengah atas. Saya selalu bilang, saya nggak mau menikah dengan tentara. Saya takut kelak akan seperti bunda yang selalu di tinggal ayah tugas, saya takut kelak anak-anak saya merasa kecewa saat pentas seni atau penerimaan raport ayahnya tidak pernah bisa datang.  Tapi jalan hidup saya begini. Saya bertemu Lettu Pradipta, dan ia meminta saya untuk mendampingi. Dan lagi bunda saya menyadarkan. Begitu membanggakannya ayah saya. Saya begitu bangga dengan ayah saya. Ayah yang hebat di Medan perang. Ayah yang hebat sebagai komandan. Dan ayah yang hebat di rumah, sebagai ayah dan kepala keluarga.  Dan mungkin suatu hari nanti, anak saya juga akan sama seperti saya . Bangga memiliki ayah seorang tentara. Ijin ibu. Sebelum saya menentukan pilihan, saya meminta petunjuk pada Allah. Mana yang baik untuk saya. Dan in syaa Allah Lettu Pradipta memang jawaban dari doa-doa saya selama ini." Tak terasa air mataku menetes saat menjawab pertanyaan ibu Danyon.

"Luar biasa sekali. Boleh satu kali lagi  saya bertanya tentang pendapatmu?"

"Siap. Silahkan ibu."

"Apa kamu siap ketika di tinggal betugas di tempat yang jauh dalam waktu yang lama. Atau dengan kemungkinan terburuknya sekalipun." Aku tersenyum.

"Ijin menjawab ibu. Sama seperti jawaban yang tadi. Ketika saya menerima Lettu Pradipta, otomatis saya juga harus menerima segala sesuatu yang ada pada diri beliau. Termasuk dengan pekerjaan. Allah maha baik Bu, saya sudah hampir kehilangan Lettu Pradipta kemarin, dari situ saya belajar semua hanya titipan. Jodoh maut rezeki sudah di atur oleh Allah.  Manusia hanya berusaha mengupayakan. Seorang tentara ketika sudah di sumpah. Di situ negaranya adalah nomor satu. Negara adalah yang utama, dan saya sudah bisa menerima itu. Ketika saya bukan yang utama tidak masalah. Asal saya menjadi tempat beliau pulang dari segala lelah dan kebahagiaan." Ibu Danyon tersenyum.

"Kalau om Dipta sendiri, apa yang membuat kamu yakin memilih Dek Calla sebagai pendampingmu. Padahal sebelumnya kamu sudah menjalin hubungan dengan orang lain dalam waktu yang lama. Atau ini hanya pelampiasan atau bagaimana?"

"Ijin ibu menjawab. Ada hal yang paling saya benci. Yaitu penghianatan, dan orang di masa lalu saya itu melakukan hal tersebut. Hati saya langsung mati rasa. Kepercayaan yang sudah saya percaya kan di sia-siakan. Dan semua itu membuat saya  sedikit takut untuk kembali memulai hal yang baru. Sampai pada suatu sore, ayah dek Calla menemui saya. Meminta saya menjaga kan putrinya. Karena masa lalu dek Calla juga hampir sama seperti saya. Dari situ saya selalu berfikir. Apa ini memang yang terbaik. Sebelum saya meminang Dek Calla saya sudah mantap kan hati saya. Saya meminta petunjuk Allah. Dan hari itu saya merasa yakin sekali kalau dek Calla adalah jawaban dari doa saya. Dan alasan lain saya, saya sudah berjanji pada diri saya sendiri. Saya akan menjaga dia sekuat dan semampu saya sebagai manusia. Demi janji persahabatan kami. Bahwa kami akan saling menjaga. Ijin ibu, tidak terbersit pun di hati saya bahwa Dek Calla adalah sebuah pelampiasan. Karena bagi saya dia adalah masa depan yang harus saya perjuangkan. Yang lalu biarlah berlalu. Dan yang sudah juga biarkan sudah. Karena masa depan perlu di sambut dan di perjuangkan. Ijin ibu terima kasih."

"Kamu yakin calon istri kamu nanti bisa membagi waktu untuk organisasi, dan juga bekerja sebagai dokter magang?"

"Ijin. Pasti bu, saya kenal dengan Calla sudah lama. Manajemen waktu yang ia miliki juga bisa di pertanggung jawabkan. Semenjak kuliah Calla juga ikut membantu usaha orang tuanya. Jadi saya pikir, semua bisa berjalan dengan selaras dan baik." Aku menatap bang Dipta sembunyi-sembunyi.

Kulihat komandan membubuhkan tanda tangan di kertas bekas yang ku bawa. Dengan tegas beliau memberikan map kuning yang tadi ku bawa.

"Saya tunggu kontribusi dek Calla di kegiatan Persit ya. Semoga dek Calla bisa menjalankan semua tugas dengan baik." Ucap Bapak komandan.

"Ijin terima kasih bapak."

"Selamat datang di Persit dek Calla. Semoga bisa banyak berkontribusi di organisasi ini. Khususnya di kesehatan karena adek merupakan orang kesehatan. Semoga bisa lekas menyesuaikan diri nantinya saat sudah masuk ke asrama. Tinggal di asrama kan?"

"Ijin terima kasih ibu. Ijin , betul in syaa Allah di asrama." Aku dan Bangdip keluar dari ruangan.

"Kamu lakukan yang terbaik Calla. Terima kasih." Aku mengangguk.

"Masih harus menghadap lagi setelah ini. Semangatttt!" Aku mengangguk dan tersenyum. Satu per satu sudah kulewati. Tapi tidak berhenti di sini.

Masih banyak tantangan yang harus kulalaui. Pasti aku bisa.

🌻🌻🌻

Yogyakarta,17 Agustus 2020

Selamat ulang tahun nis, tetap jadi adik kecilku yang selalu mendengarkan keluh kesah persambatan mbakmu ini ya❤️

CINTA CALLA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang