12. Calla's Wedding Dream

9.8K 1.1K 24
                                    

Namanya juga asisten. Jadi ya di banting ke kanan kiri oke. Oiya yang namanya koas itu harus ekstra sabar dan besar hati.

"La, kok cemberut terus dari tadi?" Amel menepuk-nepuk pipiku. Selepas sholat subuh aku dan Amel masih selonjoran di ruang jaga. IGD hari ini full dari selepas isya. Sebentar lagi jam jagaku habis , turun jaga dan langsung cus ke Magelang.

"Nggakpapa. Cuman capek Mel." Ucapku bohong.

Sejak kemarin aku belum mendapatkan penjelasan dari ayah tentang Dokter Indi. Dan hari ini semuanya makin-makin saat Dokter Indira kembali memaki ku di depan para pasien kemarin malam.

"Dokter Indi lagi ya La." Aku menggeleng.

"Bukan. Udah yuk nggak usah bahas. Balik IGD yuk." ajakku.

Sampai di IGD suasana hectic terlihat. Ada satu pasien gagal jantung yang sedang di berikan tindakan CPR oleh Dokter Fathur. Hingga menit ke lima pasien tidak kembali.

Aku bisa melihat air mata yang samar oleh keringat keluar dari ujung matanya. Dokter Fathur saat mengumumkan jam kematian pasiennya.

Keluarga pasien menangis memeluk dokter Fathur. Pemandangan yang hancur terlihat begitu menyakitkan.

Pintu IGD terbuka, masuk satu pasien rujukan dari rumah sakit umum daerah.

"Koas tolong cek tanda vital pasien." Aku dan Amel bekerjasama dengan baik.

"Lemah banget Call." Ucap Amel padaku. Dokter Ambar spesialis Jantung langsung datang.

🌻🌻🌻

Aku mampir ke kantin rumah sakit sebelum menuju tempat parkir. Sudah waktunya pulang.

"Mbak kit-katnya masih enggak?" Tanyaku pada penjaga kantin.

"Masih berapa mbak?"

"Tiga deh." Ucapku. Semenjak Mas Fathur memberikan aku kit Kat. Sekarang coklat itu menjadi coklat favoritku.

"Ini ya mbak uang e." Aku berjalan menyusuri koridor yang sudah cukup sepi. Karena sudah masuk pergantian shift. Dan lagi jadwal kunjung pasien belum mulai.

Mataku memincing melihat punggung yang begitu aku kenal. Mas Fathur tengah duduk termenung di taman rumah sakit. Apa memang benar taman ini favorit para dokter galau.

"Katanya temenku. Coklat itu bisa kembaliin mood lho Dok." Mas Fathur menoleh ke arahku.

"Eh Calla " aku lihat dia mengusap air matanya.

"Mas percaya takdir nggak sih?" Tanyaku begitu aku duduk di sampingnya.

"Percaya." Dia membuka bungkus kit Kat yang kuberikan.

"Kematian itu sudah digariskan sama Allah dok. Kita sebagai medis hanya bisa mengupayakan. Cukup lakukan dengan maksimal dan yang terbaik. Kalaupun pasien meninggal. Bukan berarti salah kita dok. Karena memang sudah kehendak Allah begitu. Ingat kata dokter siang itu nggak? Jangan terlalu di ratapi." Ucapku.

"Makasih ya dek. Aku selalu gini tiap ada pasien yang meninggal " aku mengangguk menepuk pundaknya.

"Kapanpun butuh tempat cerita. Aku akan selalu ada kok Dok. Aku pulang ya, ini buat dokter. Semoga hatinya lekas baik." Dokter Fathur mengangguk.

Mengacak rambutku. "Makasih banyak ya Calla." Ucapnya. Aku mengangguk. Gila. Di acak rambut aja bikin pusing dan gemetar. Apalagi di halalkan.

CINTA CALLA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang