Pak Aba bangkit dari duduknya dengan wajah memerah seperti tengah menahan sesuatu. "Bapak permisi dulu," pamitnya.
"Lah, Pak? Kan belum berakhir waktunya? Padahal Gavin masih betah sama Bapak," ujar Gavin.
"Bapak mau ke kamar mandi," balas Pak Aba sudah tidak tahan.
"Mau ngapain, Pak?" Bodoh seharusnya pertanyaan itu tidak perlu keluar, namun Gavin sengaja.
"JANGAN BANYAK TANYA KAMU!" Pak Aba berteriak membuat Gavin menutup mulutnya, karena menahan tawa juga orang lain yang melihatnya.
"Nanti kalau bel pulang berbunyi, siapa saja tolong bawakan tas sama jas beserta kacamata Bapak ke kantor," pintanya.
"Gavin aja, Pak."
Pak Aba tidak menanggapinya, ia langsung keluar kelas dan berjalan pergi menuju kamar mandi.
Tet... Tet... Tet
Bel pulang berbunyi, semua murid membereskan barang-barangnya dan hendak pergi. Gavin beserta teman-temannya sudah siap, ia juga tidak lupa untuk melaksanakan amanah Pak Aba padanya.
"Lo mau-maunya sih nganterin barang Pak gemuk ke kantor?!" seru Elvan pada Gavin.
"Pasti ada apa-apanya, ya?" Alvi memicingkan matanya.
"Ayo, jangan banyak bicara!" Rezvan sudah tidak sabar ingin pulang.
"Bentar deh!" Gavin memakai jas milik guru itu beserta dengan kacamatanya.
"Wey, itu milik Pak Aba," tegur Alvi.
"Kena amuk dia, mampus lo Vin," sambung Elvan.
"Liat, cocok gak gue jadi guru?" Laki-laki itu berdiri tegap setelah memakaikan barang-barang milik Pak Aba. Ia juga menjinjing tas kerja ala guru-guru.
"Wuih," sahut Elvan kagum.
"Cocok sih, cuma otaknya gak ngedukung," timpal Alvi terkekeh.
"Asal lo tau, otak gue itu pintar," jawab Gavin.
Rezvan mendengus. Entah sampai kapan otak teman-temannya ini menjadi normal.
Mereka berempat pun berjalan keluar. Gavin masih tetap memperlihatkan dirinya gagah seperti sekarang guru.
"Pak," sapa seorang wanita dengan umur terlihat tidak tua, namun tidak muda juga.
Gavin tidak menjawabnya. Ia hanya melihat wanita itu dari atas hingga bawah.
Wanita itu kebingungan, "apa ada yang salah dengan tubuh saya?"
"Nyonya! Anda terlalu gemuk, pupur anda terlalu tebal, lipstick anda terlalu merah, alis Anda seperti Sinchan, mata anda terlalu biru, rambut anda perlu di cat, anda terlalu banyak gaya, dan satu lagi...," Gavin menjeda kalimatnya. "Bulu mata palsu anda mau lepas sebelah, Nyonya!"
Wanita itu sontak memegang bulu matanya sendiri, namun wajahnya bersemu. "Aduh, jadi malu. Gurunya juga ganteng banget," ucapnya dalam hati.
Alvi dan Elvan menahan tawanya sedari tadi, kecuali Rezvan yang hanya memasang wajahnya datar.
"Anda kenapa?" tanya Gavin dengan logat yang seolah-olah dirinya memang guru.
"Aku malu deh," jawab wanita itu.
"Malu?"
"Iya, soalnya di komentarin sama mas ganteng," ujar wanita itu dengan malu-malu.
"Anda mau apa ke sini?" tanya Gavin masih tegap.
"Mau ketemu sama Mas Aba. Belum pernah ketemu sih, cuma ciri-cirinya pakai kacamata terus pakai jas hitam katanya. Jangan-jangan mas ya?" Wanita itu tersenyum-senyum dengan wajah merahnya.
"Pak Aba ada di ruangan yang itu," tunjuk Gavin. "Dan saya hanya seorang murid."
"Ha?" Wanita itu melongo tak percaya.
Gavin melepas jas dan kacamata yang dikenakannya. Ia pun menyerahkan tas dan barang-barang milik Pak Aba tersebut pada wanita yang di depannya.
"Tante mau ke kantor? Nih, saya nitip barang-barang Pak Aba, ya? pintanya.
"Jadi kamu__"
"KABURRR!"
Gavin dan teman-temannya berlari meninggalkan wanita ini dengan tertawa terbahak-bahak, sedangkan wanita itu kesal sudah di kerjai.
"Hahaha anjir lo emang paling depan kalau urusan ngerjain orang," ujar Elvan saat mereka sudah di parkiran.
"Gue dari tadi udah gak tahan buat ketawa," Alvi tertawa sambil ngos-ngosan.
"Ngenes gue liat dia udah tua, tapi bergaya muda," Gavin bersandar di motor miliknya.
"Jahat lo Vin!" Rezvan yang sedari tadi hanya diam, ia pun ikut berbicara. "Ayo pulang."
"Bagus gak akting gue?" tanya Gavin, namun tidak ada yang menjawabnya. Teman-temannya sibuk menaiki motornya masing-masing.
"Woy! Gue tanya," cibir Gavin.
"Tanyakan pada rumput yang bergoyang, Mas!"
__________
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIAGAVINO
HumorGavin, cowok bad dan juga humoris. Memiliki kepribadian yang menarik dan dunia yang asik, meskipun sering membuat semua orang menderita di bawah bahagianya. Gavin yang tidak pernah pacaran sama sekali meskipun ia sering di fitnah Fakboy. Dia tidak a...