Dengan raut kesal, Gavin melangkahkan kaki dengan langkah layu menuju dapur. Ia menghela nafas beberapa kali mencoba untuk melapangkan dada mempersiapkan diri dengan seribu tenaga, karena mengerjakan semua hukuman itu di butuhkan tenaga ekstra."Kalau tau gini, mending nyambungin ekor beruang dari pada harus ngerjain pekerjaan perempuan. Pada dasarnya apapun yang berhubungan dengan perempuan, pasti ujungnya RIBET," gerutu Gavin sepanjang jalan kenangan, eh:v
Cowok itu melihat tulisan yang tertera pada kulkas. Memang di keluarga ini setiap makan menggunakan jadwal masakan, mau tidak mau semua harus menurutinya. Siapa yang mengadakan jadwal itu? Yang pastinya Anggun, Ibunya.
Gavin menunjuk tulisan itu. "Sekarang jadwal makan... Sayur sop. YES!! Masak sayur kan gak ribet." Cowok itu senang, namun dua detik kemudian ia memperlihatkan wajah masamnya kembali, "tapi ribet pas makannya. Gue gak suka tuh sayuran."
Gavin membuka ponsel miliknya dan melihat petunjuk membuat sayur sop. Cowok itu benar-benar memahami petunjuk yang tertera disana. Ia mau masakan yang ia buat menjadi enak. Karena jika tidak, maka ia harus bersiap untuk melakukannya selama lima hari.
Setelah menyiapkan beberapa bahan dan barang yang akan di gunakan, ia mulai memotong-motong sayuran itu dengan potongan kecil. Butuh waktu lama untuk melakukannya, tapi dia tidak terburu-buru karena dia bangun lebih pagi.
Ibunya sengaja memasang alarm jam setengah lima. Karena ia tahu kalau anaknya akan lama untuk memasak, sedangkan Ayah akan mengantar adiknya berangkat sekolah jam enam pagi.
"Gavin kok motong sayuran gitu sih?" Anggun langsung protes saat ia memasuki dapur. "Apaan ini? Masa kentang bentuknya kayak bintang?"
"Bodoamat. Di petunjuknya juga potong sesuai selera, ya gimana Gavin lah," batinnya.
"Ini juga kenapa batang seledri gak di potong? Cuma daunnya aja yang di pisah." Anggun kembali protes. "Nanti gimana makannya?"
Gavin menghela nafas berat. "Menyebalkan."
"Hah?!"
"Gak. Ini sayuran nyebelin," jawab cowok itu tanpa menatap Ibunya. "Ibu juga sama nyebelin," gumamnya pelan.
"Apa?"
"Gak."
"Ini wortel aduh, Nak! Masa bentuknya aneh banget, ada yang kecil, besar, terus gak bulat." Anggun menunjuk sayuran itu.
Gavin memutar bola matanya. "Ibu daripada ngomel, mending bantuin Gavin."
"Nanti kamu keenakan. Ibu yang masak, kamu diem," ujar Anggun sudah tahu pasti begitu.
"Ya iyalah, orang ini kerjaan Ibu." Gavin masih pokus memotong sayuran.
"Kan ini hukuman kamu," ujar Anggun. "Udah ah, Ibu mau ke kamar dulu. Awas jangan macem-macem di dapur! Makanannya juga harus enak. Selamat mengerjakan hukuman sayangku." Wanita itu terkekeh melihat wajah Gavin sambil menyubit kedua pipi anaknya anaknya gemas.
"Gue racun nih makanan," gerutu Gavin. "Aw," ringisnya saat mendapati goresan pisau di tangan.
"Makanya jangan bicara sembarangan, jadi kena kan," ujar Anggun sambil keluar dari dapur.
Cowok itu hanya memperlihatkan wajah kesalnya. Kemudian ia berjalan kearah wastafel untuk mencuci tangannya. Setelah selesai, ia memasukkan sayuran itu pada panci yang sudah di siapkan.
"Anjir, udah nyebelin, sekarang ngeselin! Sama aja." Gavin terus mengumpat karena air panas itu beberapa kali mengenai wajah dan tangannya. Bukan salah airnya, tapi dia yang tidak memiliki perasaan saat memasukkan sayuran.
Hingga akhirnya dia mundur empat langkah guna menghindari peperangan. Ia memasukkan sayuran satu persatu dengan cara di lempar dari jarak jauh. Dia tidak peduli jika sayuran itu ada yang tidak masuk pada panci, yang dia peduli hanya wajahnya.
Setelah semuanya masuk, ia melihat kembali petunjuk yang tertera. Kini saatnya untuk memberi bumbu pada sayuran itu. Dia melirik ke beberapa toples kecil dengan bentuk dan warna yang serupa.
"Ini apa bedanya?" Gavin mengerutkan keningnya. "Kenapa sih gak kasih nama aja di toplesnya."
Dari pada salah dan akhirnya tidak berasa, ia lebih baik memanggil Ibunya untuk memberi bumbu.
"IBU! IBU IBU IBU BU BU BU!" Gavin berteriak sambil memukul-mukul wajan dengan sendok yang ia pegang.
"Apa sih, Nak?" Anggun menutup telinga saat menuju dapur. Kenapa anaknya tidak bisa setenang yang ia inginkan.
"IBU IBU BAPAK BAP___"
"DIAM! KEPALA IBU PUSING!" geram Anggun.
"Abisnya lama," ketus Gavin.
"Lama apanya? Dua menit juga nggak! Ibu buru-buru ke sini," cibir Anggun.
"Iya-iya."
"Ada apa panggil-panggil Ibu?" tanya Anggun dengan dagu terangkat.
"Tuh sayur kasih bumbu!" Gavin menyuruh seenaknya.
"Kamu nyuruh Ibu? Gak baik nyuruh-nyuruh orang tua!"
"Gavin bukan nyuruh Ibu, tapi minta tolong. Sebab Gavin gak tau mana garam mana gula, mana micin mana bucin," tutur Gavin membuat Anggun terpelonjat kaget dengan kata terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIAGAVINO
HumorGavin, cowok bad dan juga humoris. Memiliki kepribadian yang menarik dan dunia yang asik, meskipun sering membuat semua orang menderita di bawah bahagianya. Gavin yang tidak pernah pacaran sama sekali meskipun ia sering di fitnah Fakboy. Dia tidak a...