Fifty Two

757 67 3
                                    

"Lima jam kemudian," sindir Gavin menatap langit.

Mereka semua masih setia berdiri menunggu dua gadis itu. Sudah beberapa menit, namun Chia dan Zea tidak ada bosan-bosannya untuk berpelukan.

"Tinky Winky, Dipsy, Laa-Laa," ujar Alvi sambil bernyanyi.

"Po...," sambung Gavin ikut menyanyi.

"Berpelukan," lanjut Zaki merentangkan kedua tangannya seraya tersenyum dan memejamkan mata. Alhasil hanya udara yang lewat.

Zaki membuka matanya lalu berdecak. "Kenapa gak pelukan sih?!"

"Lo kira kita Teletubbies?" ketus Rezvan.

"Mereka aja pelukan," ujar Zaki menatap Chia dan Zea.

"Gue ngeri kalo pelukan sama lo. Geli Jak, GELI," jelas Gavin sambil bergidik, mengingat saat tadi cowok itu memeluk dirinya.

"Hallah.... Giliran sama he'em lo peluk-pelukan sampe gak mau di lepas," beber Zaki dengan tatapan sinis.

Gavin mengerutkan keningnya. "He'em?"

"Iya, he'em yang itu," tunjuk Zaki pada Chia.

"Mampus," batin Gavin. Entah apa tanggapan teman-teman setelah ini.

"Kenapa diem?" tanya Zaki.

"Gak!"

"Lo suka sama dia Vin?" tanya Rezvan.

"Nggaklah."

"Jujur aja Vin," ujar Alvi menepuk pundaknya.

"Apaan dah anjirr? Gue gak suka tuh cewek," cibir Gavin kesal.

"CEWEK PEMBALAP! GAVIN MAU DI PELUK JUGA KATANYA!" teriak Zaki pada Chia membuat Gavin menatapnya tajam.

Chia melepaskan pelukannya. Zea mengusap air yang tersisa di sudut mata. Sementara Chia langsung berjalan ke arah mereka, lebih tepatnya Gavin.

"Jangan dengerin dia toa," ujar Gavin waspada pada gerak-gerik Chia. Jangan sampai pukulan tadi terulang lagi. Namun...

Bugh

Chia memukul perut Zaki hingga dia tersungkur di atas lantai. Semua orang yang ada di sana terkejut, sementara Gavin merasa lega karena pukulan tersebut bukan untuk dirinya.

"JANGAN PANGGIL GUE PEMBALAP, APALAGI DI SEKOLAH!" teriak Chia.

Zaki bangkit sambil memegangi perutnya. Selain bisa balapan, cewek ini juga keras. "Kan lo memang pembalap?"

Chia hendak menyerang kembali, namun dengan cepat Zea menahannya. "Udah Chi, dia gak tau apa-apa."

"TAPI GARA-GARA DIA, SEMUA ORANG JADI TAHU KALO GUE SERING BALAPAN!" hardik Chia.

"Pukul lagi toa, PUKUL! AYO PUKUL!" seru Gavin dengan semangat.

"Tolol," desis Alvi menoyor kepala Gavin.

"LAGIAN LO KENAPA SIH ZE, BAWA MEREKA KE SINI? BUKANNYA LO GAK SUKA?" kata Chia dengan tampang kesal.

"Dia ngikutin Alvi," jawab Zea.

Chia mendengus. "RUMAH BISA PECAH KALO ADA MEREKA!"

"Segitunya Chi," sahut Alvi.

"Tenang, rumah Zea aman. Tapi barang-barang lo udah gue banting termasuk playstation milik lo," timpal Gavin tersenyum miring.

Chia membulatkan matanya. "HAH?!"

"Iya, PS punya lo udah pecah berkeping-keping," jawab Gavin dengan santainya.

"AAAA!! PS GUE!!" Chia berteriak. Ia langsung berlari ke dalam rumah membuat Gavin tertawa lepas, sementara temannya hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Bruk

Saat di ambang pintu, gadis tersebut bertubrukan dengan Elvan yang hendak keluar. Cowok itu terkejut sambil memeluk pintu. Sementara Chia tidak memperdulikannya, gadis tersebut melewati Elvan dengan tergesa-gesa.

"Lo semua dari mana?" tanya Elvan ketinggalan zaman.

"Lo yang dari mana?" Alvi bertanya balik.

"Gue dari tadi di dapur. Banyak MAKANAN," jawab Elvan ngiler saat memikirkannya.

"Ish ish ish," Zaki menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Makannn teruss, tapi gak gemuk," celetuk Alvi.

Zea terlihat kebingungan. Banyak makanan? Makanan miliknya ia simpan di kamar, sedangkan makanan milik Chia juga sudah habis. Lalu makanan darimana? Gadis tersebut tidak sempat bertanya, karena Alvi merangkulnya untuk masuk ke dalam rumah.

"Lo semua darimana njrr?" tanya Elvan.

"Skip! Dramanya udah LEWAT!" sergah Gavin melewati Elvan diikuti Rezvan dan juga Zaki.

________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang