Twenty Six

1.1K 103 0
                                    

Chia menengok pada jam yang menempel di dinding dan ini sudah menunjuk pukul setengah delapan malam. Dirinya masih sedang bersama Gavin di ruang keluarga. Mereka sedikit demi sedikit mengerjakan tugas yang di berikan Anggun.

Awalnya hanya Chia yang berkutat dengan buku-buku itu, namun ia memaksa dan mengancam cowok itu agar ikut mengerjakan, kalau tidak, dirinya akan melaporkan semuanya pada Anggun. Mereka tidak bodoh, namun hanya malas untuk belajar.

"Zea mana sih?! Katanya jam tujuh pulang, lah ini udah jam setengah delapan malam belum pulang juga," gerutu Chia sambil membuka lembaran baru dengan sedikit keras.

"Iya, ini gue," sahut seseorang membuat dua insan yang tengah pokus menatap kertas putih sontak terperanjat kaget karena Zea datang secara tiba-tiba.

Chia dan Gavin saling pandang membuat Zea mengernyit heran. "Kalian kenapa?"

Gavin yang sedang tengkurap lantas menarik kepala Chia agar mendekat. "Kayaknya itu bukan Zea deh," bisiknya.

"Gue juga ngiranya gitu," balas Chia sama berbisik.

"Heh?! Kalian kenapa?" seru Zea, ia menaikkan alisnya sebelah.

"Ini gimana?" bisik Chia lagi.

"Antara kabur sama bantai," balas Gavin lalu bangkit terduduk.

"Kok kabur? Tangkap aja," ujar Chia menatap Zea yang sedang berdiri kebingungan.

"Yaudah ayo! Lo bawa bawang putih, garam, pokoknya bumbu-bumbu di dapur," suruh Gavin yang di angguki Chia. "Terus kita bertindak," lanjutnya.

"Oke, dalam itungan 1,2,3, atur posisi," ujar Chia yang sama mendapati anggukan dari cowok tersebut. Mereka pun langsung berdiri.

"1,2,3!"

Aba-aba dari Chia, langsung membuat Zea makin bingung karena Chia berlari ke dapur, sementara Gavin memegangi kedua tangannya ke belakang.

"Eh?! Ngapain? Lepasin Vin!" berontak Zea, namun cowok tersebut tetap diam dengan posisinya.

Chia memperlihatkan garam dan bawang putih saat ia kembali dari dapur. Gavin memberi isyarat agar Chia memberikan dua bumbu itu padanya dan menyuruh gadis tersebut bergantian memegangi tangan Zea.

Chia yang mengerti pun langsung mengangguk. Ia menyodorkan dua rempahan itu pada Gavin. Lalu bergerak maju ke belakang tubuh Zea untuk memegangi tangannya.

"Kalian mau ngapain sih?" decak Zea kesal. Apa mungkin ini efek skorsing sampai-sampai mereka menjadi aneh seperti itu?

Gavin dan Chia sedari tadi tidak menjawab, bahkan mereka tidak mengeluarkan satu kata apapun di depan Zea. Cowok itu mulai menyipratkan garam ke tubuh Zea, sementara gadis itu terus memberontak dan ingin mengeluarkan segala umpatan, namun Chia membekapnya.

"Kok gak ada efeknya sih Vin?" tanya Chia yang masih berdiri di belakang Zea.

"Kayaknya ini bawang harus ditumbuk terus masukin ke hidung dia."

Pernyataan Gavin membuat Zea membulatkan matanya lebar-lebar. Gadis itu terus memberontak namun tidak bisa, karena Chia memeganginya dengan sangat erat. Sepupu dan temannya ini benar-benar sudah gila.

"Kalau ditumbuk kelamaan, lo mending belah dua aja," saran Chia.

Gavin mengangguk. Ia membelah bawah putih yang ada di tangannya menggunakan pisau buah yang di simpan di atas nakas.

"Mmmm!" Zea terus berusaha agar terlepas dari Chia, namun tidak bisa.

Gavin mulai mengangkat tangannya, hendak memasukkan potongan bawang itu pada kedua lubang hidung milik Zea. Sementara gadis itu terus menggeleng kuat.

"Mampus! Makanya jangan nyamar jadi sahabat gue," batin Chia menyeringai.

"Woy!" seru seorang laki-laki dari belakang lalu melangkah maju menuju ketiga temannya itu. "Lo mau apain pacar gue?"

Alvi langsung melepas tangan Chia dari Zea. Gadis itu merasa lega karena akhirnya ia selamat dari dua manusia tidak punya adab itu.

"LO BERDUA APA-APAAN SIH? MASA BAWANG PUTIH DI MASUKIN KE HIDUNG GUE? ITU KAN BAU? INI JUGA RAMBUT SAMA BAJU GUE BANYAK GARAM! GUE GAK TERIMA!" hardik Zea,  ia membersihkan garam yang ada di baju dengan kedua tangannya.

"Parah lo berdua," Alvi ikut membantu membersihkankan dan merapikan rambut pacarnya.

Chia langsung memutar badan sepupunya, sementara Gavin menatap badan Zea dari atas hingga bawah. "Masih napak Chi."

"Ja-jadi ini lo?" tanya Chia memastikan.

"HEH?! LO KIRA INI SIAPA?" hardik Zea masih kesal.

"Setan!" jawab Gavin singkat padat dan jelas.

Zea membulatkan matanya. "ENAK AJA!"

"Pikiran lo makin gak sehat," ujar Alvi menoyor kepala temannya.

"Benar-benar keterlaluan!" Zea mengusap wajahnya gusar.

"Ya gue gue tau, ya gak?" tanya Chia pada Gavin.

Gavin menggeleng polos. "Nggak."

"Bangs*t," tukas Chia membuat Gavin terkekeh.

_________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang