Forty Three

843 82 6
                                    

"Chaa!"

"Apa sih tarik-tarik?" decak Chia menepis tangan Gavin yang memegang lengannya.

"Liat-liat," bisik Gavin dengan menunjukkan sesuatu.

Pandangan gadis tersebut mengikuti arah telunjuk Gavin. Ia mengerutkan keningnya saat melihat sepupunya memasuki kamar mandi cowok. "Zea?"

"Nah iya. Ngapain dia masuk kamar mandi cowok? Pasti dia ngikutin Alvi, si curut 'kan tadi permisi mau ke kamar mandi," ujar Gavin menatap pintu kamar mandi itu.

"Apa jangan jangan...," gumam Chia mengantungkan kalimatnya.

"GREBEK CHAAA!!" ujar Gavin semangat dengan kepalan tangan di angkat.

Chia langsung berjalan menuju kamar mandi itu. Gavin mengikutinya dari belakang dengan senang hati. Sementara Zea dan Alvi terkejut setengah mati saat ada yang membuka pintu kamar mandi.

"WAH PARAH LO ZE!" desis Chia menggeleng-gelengkan kepala.

Gavin menaikkan alisnya sebelah. "Lo ngapain aja Vi?"

"A-apaan? Kita gak ngapa-ngapain ya gak Vi?" tanya Zea tiba-tiba gelagapan.

"GILA ZE! LO KE GUE MARAH PAS GAVIN BILANG YANG NGGAK-NGGAK, TAPI LO SENDIRI LEBIH PARAH!" cibir Chia.

"Kata gue juga apa?! Lo cuma modus ya 'kan Vi?" ucap Gavin tersenyum miring.

"Emang gue cuma modus, tapi gue beneran mau ke sini. Dan Ze--"

"ISH ISH ISH," Gavin ikut menggeleng-gelengkan kepala sambil kedua tangan di lipat depan dada. "TAK PATUT!"

"Dengerin penjelasan gue dulu," ujar Zea berusaha untuk menjelaskan.

"Jangan SOLIMIH ANI!" cela Gavin.

"GUE ZEA BUKAN ANI!" cetus Zea kesal.

"Jangan di denger Ze," ucap Alvi menarik lengan gadisnya agar keluar dari sini.

"DIAM ROMA!" Chia menghadangnya karena belum puas mengomeli sepupunya ini.

"Dasar pencemaran nama!" gerutu Alvi menatap kedua temannya dengan malas.

"DIAM!" perintah Chia. "GUE MASIH GAK NYANGKA SAMA LO ZE! BISA-BISANYA LO KAYAK GINI?! BERDUAAN SAMA COWOK DI KAMAR MANDI!"

"Mereka pasti sering ngelakuin. Mereka 'kan pacaran," sahut Gavin memanas-manasi keadaan.

"Gue gak gitu. Please percaya sama gue Chi," mohon Zea.

"NGAPAIN PERCAYA? LO AJA GAK PERCAYA SAMA GUE WAKTU ITU!" hardik Chia sambil tersenyum miring.

"Iya, tapi gue gak tau."

"MAKANYA CARI TAU. JANGAN LANGSUNG NGASIH HUKUMAN GITU AJA."

"Maaf Chi, tapi gue beneran gak ngelakuin apa-apa sama Alvi," ujar Zea.

"Zea cuma masangin dasi gue," sambung Alvi jujur.

"Masangin dasi kok di kamar mandi," sindir Gavin.

Memang begitu adanya. Waktu gadis itu kembali dari kantor, ia melihat Alvi berdiri di depan kamar mandi. Laki-laki itu meminta bantuan untuk memasangkan dasi. Mereka memilih melakukannya di dalam kamar mandi karena merasa lebih aman, takutnya ada guru lewat dan menyangka mereka membolos pelajaran dan malah pacaran. Namun tetap saja Zea yang pintar di anggap bego karena melakukannya. Tentu saja itu semua tidak baik.

Apakah Alvi tidak bisa sendiri? Entahlah, setiap hari cowok tersebut sering menggunakan jaket tanpa dasi. Dan saat di sekolah, ia membuka jaketnya dan selalu meminta Zea memasangkannya. Karena sudah terbiasa, gadis itu tidak pernah menolak.

"Zea! Ibu sejak tadi menunggu kamu, kenapa malah di sini?" suara berat itu berhasil membuat keempat orang yang ada di sana langsung menoleh.

"Ah.. ma-maaf, Bu. Itu... anu..." ucap Zea bingung harus menjelaskannya bagaimana.

"Mereka berduaan di kamar mandi, Bu," beber Gavin blak-blakan. "Kan Gavin udah bilang, kalau Alvi cuma modus!"

Zea dan Alvi langsung membulatkan matanya lebar-lebar. Alvi mengepalkan tangannya, ingin rasanya menonjok temannya ini. Sementara Chia bingung harus apa.

Bu Wiwik menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ibu kecewa sama kamu, Ze."

"Gak gitu, Bu. Tapi----"

"Dengan berat hati, Ibu hukum kalian berdua dengan mereka."

__________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang