Fourteen

1.5K 123 1
                                    

  

Hari berikutnya Gavin merasa anggota tubuhnya sakit. Mungkin karena kemarin menjalankan hukuman selama seharian. Tapi ia juga senang, akhirnya bisa terbebas dari semua pekerjaan yang bukan tugasnya.

"Yes!! Selama dua hari ini gue bakalan lakuin apapun tanpa ada yang nyuruh-nyuruh lagi!" Cowok itu berguling-guling dari pinggir ranjang kanan hingga kiri secara terus-menerus.

"GAVIN!"

Teriakan kencang itu menggelegar ke setiap sudut rumah bernuansa hitam putih, membuat insan yang di panggil terpelonjat kaget hingga terjerembab mengenaskan di atas lantai.

"Udah tau sakit pinggang, malah tambah sakit," gerutunya.

"GAVIN!!" Anggun kembali berteriak.

"Apaan sih Ibu lampir," cibir Gavin lalu berdiri.

"GAVIN!!"

"IYA BU, IYA!"

Cowok itu mendengus lalu berjalan keluar kamar, namun sebelumnya ia menenangkan dirinya sendiri. 'Teruntuk diri gue, Sabar ya. Mungkin Ibu mau pamit ke sekolah. Terus gue bisa enak-enakan di rumah, atau pergi ke Mabes.'

"Ibu kalau mau ke sekolah, ya pergi aja! Gavin gak bakalan kemana-mana kok," ujar cowok tersebut menuruni tangga.

"Iya Ibu mau ke sekolah, dan ini untuk kamu," Anggun menyerahkan beberapa buku tebal. "Kamu harus belajar."

Gavin membulatkan matanya lebar-lebar. "I-Ibu gak salah?"

"Salah apa Ibu?" Anggun bertanya balik.

"Kok belajar sih, Bu? Banyak banget lagi," keluh Gavin.

"Emangnya Ibu bakalan biarin kamu enak-enakan di rumah? Heh?! Kamu itu ketinggalan beberapa pelajaran," tutur Anggun.

"Kalau tau gini, mending sekolah. Di sekolah jarang nulis," gumam Gavin pelan sambil menatap buku-buku yang penuh dengan ilmu itu.

"Apa? Kamu jarang menulis?" Anggun berkacak pinggang.

"Eng-enggak kok, Bu. Gavin rajin."

"Pokoknya kamu harus kerjakan hari ini sama gadis itu!" suruh Anggun.

Gavin menaikkan alisnya sebelah. "Gadis?"

Anggun memutar bola matanya. "Iya, Chia. Dia juga pasti ketinggalan pelajaran."

"ANJ__"

Anggun langsung membekap mulutnya agar cowok itu tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Ia menatap tajam anaknya sambil mengangkat telunjuk lalu di gerakkan ke kiri dan ke kanan.

Cowok itu melepaskan tangan Anggun dari mulutnya, lalu mendengus. "Gavin gak mau sama dia, Bu."

"Bukunya gak ada lagi Gavin, emangnya kamu mau fotoin semua buku itu terus kasih ke dia?" Anggun meraih tas yang ada di meja. "Udah ah, Ibu pergi dulu. Kamu jangan lupa kerjain! Kalo gak, Ibu gak segan-segan untuk menghukum kamu lagi."

Gavin mendengus kembali. "Iya-iya."

___________


"Arghhh IBU LAMPIR!!"

Gavin mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak suka semua ini, kemarin harus melakukan ini itu, dan sekarang harus berteman dengan buku-buku menyebalkan baginya. Lalu besok apa? Tanpa banyak pikir, ia pun membuka room chat WhatsApp.

Alvwxyz


Dol
Dodol

Nama gue ALVI bukan dodol😒

Gue ga mau tau

Terus lo mau apa Bapak Adibrata Gavin Valoni?

Anjir, nama belakang gue Valino bukan Valoni

Tuh kan lo juga marah namanya gue ubah.

Serah

Read

Dodol

Apa bngst

Cacacalem calm

Lo mau apa?

Minta kontak pacar lo

Wahh parah lo Vin🙄
Lo mau tikung gue?
Ga salah?

Apaan anjir
Gue ada perlu

Ngapain?

Kepo lo

Gue ga bakalan ngasih kontak my bebeb sama lo😒

Lebay.
Yaudah kasih hp lo sama dia,
gue mau ngomong!

Oke.


Beberapa detik kemudian pesan itu muncul lagi.


Vin?
Ada apa?
Ini gue Zea.

Rumah si toa dimana?

Toa?

Chia

Oh, di rumah gue.

Yang bener lo!!!
Masa rumah Chia ada di rumah lo. Gak mungkin rumah tinggal di rumah.

Maksud gue, Chia satu rumah sama gue. Dia kan sepupu gue.

Oh bilang dari tadi.

Gue kan udah bilang.

Kurang jelas

Baca lagi biar jelas.

Mls.

Dih,

Lagian lo ngapain nanyain dia?

Gue di suruh sama Ibu
Buat ngerjain tugas sama dia🙄

Mampus!!

Bngst

Gue bilangin nih sama Ibu

Aduan😒

Bodo

Jadi dimana?

Apanya?

Bngst😒

Read

Woy!
Dimana rumah lo?
Kasih alamatnya!
Gue mau ke si toa.

Jl. Planet no 4


__________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang