Fifty Nine

675 64 0
                                    

"Lima aja ya, Bu," pinta Chia.

"Gak!"

"Saya 'kan cewek, lima aja ya? Ya? YA?" Dengan posisinya yang di belakang Bu Wiwik, Chia mengucapkannya ke kanan dan kiri tubuh guru tersebut. "Biar dia aja yang sepuluh," tunjuknya pada Gavin.

"Kamu cewek berjiwa cowok," jawab Bu Wiwik membuat Gavin tertawa mengejek. Sementara Chia berdecak kesal.

"Yaudah delapan aja ya, Bu," pinta Chia lagi.

"Pak Suripto 'kan nyuruhnya sepuluh putaran," ujar Bu Wiwik masih berjalan di depan.

"Tapi Bu, itu lapangan besar," keluh Chia.

"Kalian gak mau di hukum?" tanya Bu Wiwik memastikan.

"Tentu saja TIDAK," jawab Gavin meninggikan kata terakhir. Sementara Chia mengangguk-angguk lalu menggeleng-geleng. Entah apa tanggapan yang di berikan gadis tersebut.

"Kalau gak mau di hukum," Bu Wiwik menjeda kalimatnya. Dua insan itu menunggu sekaligus berharap agar guru tersebut membatalkan hukumannya. "Jangan bikin ulah," lanjutnya.

"Yahh Ibu..., kirain mau batalin hukumannya," gerutu Gavin mengetukkan kakinya ke lantai.

"Udah berharap, malah gak sesuai," sambung Chia kesal.

"Memang ya, BERHARAP ITU SAKIT!" desis Gavin menekankan kalimat terakhir.

"Sudah! Jangan banyak bicara lagi!"

"Gara-gara lo sih," ujar Chia menyalahkan.

"Lo," jawab Gavin sinis.

Sementara Bu Wiwik menghela nafas panjang. Mau di belakang atau di depannya, dua insan itu tidak berhenti untuk bertengkar. Hingga akhirnya ia terkejut saat Chia mengejar Gavin dengan melewatinya.

Mereka berlari menuju lapangan. Bukan melaksanakan hukuman, namun lebih tepatnya mereka kejar-kejaran. Bu Wiwik tidak mempermasalahkan itu, yang penting mereka berlari memutari lapangan.

"AWAS YA LO, VIN!" Chia memekik sambil mengejar cowok itu.

Gavin menjulurkan lidah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya saat berlari, membuat Chia semakin panas untuk mengejarnya.

"Tadi mohon-mohon agar hukumannya berkurang, eh sekarang mereka kejar-kejaran lebih dari sepuluh putaran. Aneh," gumam Bu Wiwik menggeleng-gelengkan kepalanya menatap dua murid itu.

Terhitung sudah 23 putaran, namun mereka belum berhenti. Bu Wiwik juga tidak ada niatan untuk menghentikannya, anggap saja itu sebagai hukuman ekstra.

Saat Gavin tengah berlari karena di kejar Chia, kini ia menubruk tubuh gadis tersebut yang sudah sempoyongan. Chia tidak ada niatan lagi untuk mengejarnya, ia sudah benar-benar lelah.

"Udah Vin, udah!" ucap Chia terengah-engah.

"Iya, toa. Gue cape," balas Gavin lalu duduk di tengah lapang di ikuti Chia.

Mereka duduk saling membelakangi dengan punggung yang saling bersentuhan. Bersandar di bawah matahari membuat keduanya tidak nyaman.

"Panas," keluh Gavin dengan wajah lesu.

"Gue juga," balas Chia tak kalah lesu.

"Pindah?"

"Gue udah gak kuat jalan," jawab Chia benar-benar pegal dengan kakinya. "Gendong sama lo ya?"

"Enak aja! Gue juga sama," jawab Gavin menghela nafas.

Daripada berdiam di bawah terik matahari, mereka memilih merangkak ke pinggir lapangan. Tidak ada yang melihatnya karena semua murid tengah belajar, sementara Bu Wiwik yang menjaga mereka pun pergi entah kemana. Jika ada yang melihat, mungkin mereka sudah di tertawakan.

_________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang