Forty Six

771 78 1
                                    

"Mereka pacaran?" tanya Alvi pada Zea.

"Gak tau," jawab Zea menatap sepupunya bersama Elvan yang terlihat mesra. Saling suap-suapan, bercanda ria, dan masih banyak lagi adegan yang mereka lakukan layaknya dua insan yang sedang pacaran. Zea saja yang pacaran dengan Alvi hanya mengobrol biasa.

"Kok gue yang pacaran jadi iri ya?" gumam Alvi.

Zea langsung menarik pandangan Alvi. "Jangan di liatin."

Sementara Gavin? Sedikit kesal saat melihatnya. Ia menatap gadis dan temannya dengan tatapan malas.

"Vin!"

"Gavin!"

"Kok kamu dari tadi liatin mereka sih?!" gerutu cewek yang sedang bersama Gavin.

"Apaan sih?" decak Gavin. "Pergi sana!" usirnya.

"Ih kok kamu gitu? Aku udah siapin kamu lho...," rengek cewek tersebut.

"Pergi!"

Dengan raut kesal, cewek itu bangkit lalu pergi. Memang begitu sifat Gavin; seenaknya pada cewek. Dan jika sudah bosan, dia akan membuangnya begitu saja. Setiap harinya cewek itu selalu berbeda-beda. Kadang temannya pun merasa heran, mau-maunya para cewek dipermainkan Gavin.

Chia dan Elvan tersenyum kemenangan saat mendengarnya. Akhirnya mereka tidak kalah mesra dari teman-temannya.

"Samperin?" tanya Alvi pada Zea.

Zea menggeleng. "Gak mau, aku masih kesel sama Chia."

"Ayo," ajak Alvi menarik lengan gadisnya. Cowok tersebut duduk berhadapan dengan Elvan. Dengan terpaksa, Zea mengikutinya lalu duduk di  sebelah Alvi dan berhadapan dengan Chia.

"Lo berdua pacaran?" tanya Alvi to the poin.

Elvan yang ingin mengeluarkan suara, harus mengurungkan niatnya saat melihat Gavin menghampiri mereka. "Boleh gabung?"

"Bo--"

"Gak!" ketus Chia.

"Oh boleh, makasih," ucap Gavin lalu duduk di sebelah Chia.

"LO TULI YA?" hardik Chia.

"Nih telinga gue yang bagus tanpa minus," ujar Gavin menunjuk telinganya.

Tanpa disangka-sangka detik itu juga Chia menjewer telinga Gavin. Cowok tersebut mengaduh kesakitan, sementara yang lainnya tertawa lepas.

"Aww... Sakit bego!" ringis Gavin melepaskan tangan Chia dari telinganya

"SIAPA SURUH DUDUK DI SINI?!" cibir Chia penuh penekanan. "LAGIAN GAK ADA YANG IZININ!"

"ADA! SEBELUM DI POTONG SAMA LO, ELVAN UDAH IZININ GUE!" jelas Gavin dengan nada tak kalah tinggi.

Kini suasana kantin menjadi riuh. Begitulah, jika ada Chia dan Gavin bersamaan, maka keadaan sekeliling menjadi tidak tenang.

"Kan aku udah bilang, jangan pindah ke sini. Jadi gini 'kan?!" ujar Zea menyalahkan. Jika tidak sedang marahan, mungkin gadis itu sudah melerai dan menenangkannya. Namun dirinya benar-benar kesal pada Chia karena masalah tadi pagi.

"Iya, maaf," ucap Alvi namun tidak dapat balasan dari gadisnya.

"KALO LO DATANG, PASTI KAYAK GINI! DASAR PEMBAWA HAWA NEGATIF, PANASNYA KEMANA-MANA!" hardik Chia menatap tajam pada Gavin.

"Heh?! LO DULUAN YANG NGEGAS NYONYA!" balas Gavin sambil menunjuk muka Chia.

Gadis itu berdiri. Saat berbalik ia terkejut melihat Zaki ada di depan wajahnya. "SETANN!" teriaknya membuat seisi kantin tertawa.

Sementara Zaki tidak terima. "HEH?! CEWEK PEMBALAP! KENALIN GUE ZAKI AZAKI YUZAK, BUKAN SETAN ASETAN YUSETAN!

Memang perkataan yang di lontarkan Zaki membuat gelak tawa, namun mereka lebih memperhatikan kata 'Pembalap'.

"Pembalap?"

"Chia pembalap?"

"Gadis itu suka balapan?"

"Kalo di bilang pembalap, berarti udah sering dong."

Memang tidak masalah jika menjadi seorang pembalap. Mereka juga banyak yang kagum, namun tahun lalu ada murid cowok yang sering balapan liar hingga berujung maut. Maka dari itu, guru-guru tidak mau ada muridnya yang mengulang kejadian tersebut. Itulah mengapa Chia selalu menyembunyikannya.

__________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang