Twenty Eight

1K 87 0
                                    

Ting tong
Ting tong
Ting tong

Suara bel berbunyi beberapa kali, membuat Anggun yang tengah tertidur di sofa langsung terperanjat kaget. Ia sedang menunggu Gavin sejak tadi hingga dirinya ketiduran.

"Pulang juga tuh anak!" Tanpa berpikir panjang Anggun berjalan mendekati pintu, ia sudah siap untuk mengeluarkan segala jurus Ibu-ibu.

Ting tong
Ting tong

Gavin memang seperti itu. Keras kepala, tidak sabaran, dan juga egois, tidak pernah memikirkan orang lain. Memencet bel saja sudah meresahkan semua warga, apalagi penghuni rumah sering terbangun karena ulahnya.

"GAV--"

"HANTU INDIA!!" teriak Gavin saat melihat pintu rumahnya terbuka dan menampakkan seseorang berbaju dan berwajah putih dengan rambut tergerai.

"Mana hantu mana hantu," umpat orang tersebut yang lebih terkejut karena teriakan Gavin.

"Ish, ini Ibu," ucap Anggun sambil menepuk bahu anaknya.

"Gavin terkedjoed, Bu!" keluh cowok tersebut menatap Ibunya.

"Ibu juga terkejut, kenapa kamu teriak-teriak hantu hah?" omel Anggun.

"Lagian Ibu ngapain sih tengah malem di sini? Gunain masker sama jubah putih pas gelap lagi," gerutu Gavin.

"Ini gaun tidur! Harusnya Ibu yang nanya kenapa kamu baru pulang?" tanya Anggun berkacak pinggang. "Liat! udah jam dua belas malam," tunjuknya pada jam yang menempel di dinding.

Sedari tadi Anggun memang di sini menunggu Gavin pulang. Ia siap memarahi anaknya yang satu ini. Dirinya berpikir bahwa seharian Gavin hanya main tanpa mengerjakan tugasnya. Alasan ia berpikir seperti itu karena tadi melihat ada buku-buku yang ia kasih pada Gavin, tergeletak di atas meja kerja miliknya.

"Ini juga salah Ibu," ucap Gavin menyalahkan.

"Loh kok jadi Ibu?"

Gavin tersenyum miring. "Ibu 'kan yang ngasih tugas banyak?"

"Tapi 'kan bisa besok?!"

"Ibu 'kan yang bilang tugasnya harus selesai hari ini?" tanya Gavin lagi.

"Ibu bilang gitu supaya kamu gak leha-leha!"

"Dahlah, Gavin mau istirahat. Nih udah beres semua," ucap Gavin memberikan berkas berisi tugasnya.

"Serius ini udah?" tanya Anggun memastikan, mana mungkin tugas sebanyak itu bisa di kerjakan dalam waktu sehari? Apalagi anaknya ini sangat malas untuk mengerjakan semuanya. Semua buku paket juga ada di ruang kerjanya.

"Cek aja!" Gavin langsung pergi menuju kamarnya, sementara Anggun hanya mengedikkan bahu.

________

Mentari pagi terbit dari timur. Semua orang bergegas bangun dari tidur dan bersyukur karena dapat menikmati pancaran sinar matahari pagi. Namun, Gavin berharap mentari itu Kembali. Ia ingin lebih lama lagi saat tidur.

Dua hari dilalui serasa menjadi dua tahun baginya. Menjalani semua hukuman dari Ibunya dan juga mendapatkan hadiah berupa pukulan, tonjokan, tamparan, cubitan, dan masih banyak lagi hadiah menyakitkan dari Chia. Hari itu seakan-akan menjadi siksaannya, dan hari ini ia tidak ingin merasakannya lagi.

Ceklek!

"Gav---" Anggun menghela nafas panjang, melihat seorang presensi yang kini tengah bergulung dengan selimutnya.

"Vin, bangun!" Wanita paruh baya itu mendudukan diri pada pinggir ranjang tepat di samping Gavin yang masih tertidur, lebih tepatnya pura-pura tidur.

"GAVIN! IBU---"

"Apa sih Bu? Gavin capek, Ibu tau kan semalam Gavin pulang jam berapa? Gavin butuh istirahat!" ucap Gavin saat menyibakkan selimut miliknya dan langsung terduduk.

"Tap---"

"Apa? Ibu mau ngasih hukuman lagi buat Gavin?" potong cowok itu lagi.

"Kamu nih! Gak baik motong ucapan Ibu. Kamu juga masih pagi udah sensi banget," ujar Anggun menatap putranya.

"Hmm," Gavin berdeham.

"Hukuman untuk kamu udah cukup. Hari ini kamu Istirahat aja! Jangan keluar rumah selama jam sekolah," tutur Anggun membuat Gavin langsung membuang muka. Matanya berbinar-binar, namun cowok itu tidak memperlihatkannya di depan Anggun. Merasa gengsi, karena tadi sudah sensi terlebih dahulu.

"Ibu mau pergi ke sekolah dulu ya," pamit Anggun. Cowok itu pun mengangguk lalu mencium punggung tangan milik Ibunya.

Setelah Anggun keluar dari kamar Gavin, cowok tersebut berjalan ke arah pintu. Ia membuka sedikit pintu itu dan menatap ke arah luar, memastikan bahwa Ibunya sudah benar-benar pergi.

Gavin segera kembali berjalan ke arah ranjang, lalu berguling-guling di sana. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya, akhirnya ia terbebas dari segala macam siksaan

"YES!! HARI INI GUE BEBAS!"

________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang