Fifty Three

751 70 4
                                    

Chia menghela nafas lega saat sudah memeriksa PlayStation miliknya. Ternyata tidak ada kerusakan sama sekali. Ini akibat terlalu sayang pada PSnya, sehingga ia percaya pada kebohongan Gavin.

Karena merasa haus, gadis tersebut berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Saat di dapur, ia melongo melihat bungkus makanan berserakan dimana-mana. Ia pun tergesa-gesa menghampiri kulkas.

"AAAAA!!!"

Semua orang yang berada di ruang tamu langsung bergegas menuju arah suara itu, kecuali Rezvan yang tidak mau tahu apa-apa.

"Gue gak ngapa-ngapain PSnya, terus dia kenapa?" gumam Gavin bangkit dari duduknya.

"Ada apa lagi Chia?" tanya Zea saat sudah berada di dapur bersama Alvi dan yang lainnya.

"MAKANAN GUE ZE!" teriak Chia sambil menengadah ke atas.

Zea menaikkan alisnya sebelah lalu menatap meja yang penuh dengan sampah.

"SIAPA YANG MAKAN?" tanya Chia menatap mereka satu persatu dengan tajam.

Zea, Alvi, Gavin, dan Zaki menatap Elvan yang terkejut bukan main-main. "Habis riwayat gue."

"JADI LO VAN?"

"Ma-maaf Chi, gue gak tau," ucap Elvan waspada.

"GUE GAK TERIMA!! POKOKNYA GUE GAK TERIMA! ITU MAKANAN BARU BELI TADI!" hardik Chia menatap makanan yang tadi ia beli sebanyak-banyaknya, namun hanya permen yang tersisa.

"Oh jadi itu makanan dia," batin Zea. "Lagian lo kenapa sih simpannya di dapur? Biasanya juga di kamar?!"

"GUE TADI ABIS BELANJA MERASA HAUS, YAUDAH GUE KE DAPUR TERUS NYIMPAN MAKANANNYA DI ATAS KULKAS," jelas Chia sudah benar-benar kesal.

"Wah wah wah, keterlaluan lo Van," ujar Gavin menggeleng-gelengkan kepalanya. "BOGEM AJA TOA! BOGEM ELVAN! CEPETAN BOGEM!"

"KANG NGADU DOMBA," sergah Alvi di depan muka Gavin.

"Wah toa, Alvi ngatain lo domba," ujar Gavin lagi sambil menyilang kedua tangannya di depan dada.

Sementara Alvi berdecak. Chia sudah seperti banteng yang mempunyai tanduk dan siap menyuluduk.

"Santai mbak, santai!" ucap Zaki menaik-turunkan alisnya.

"Dia juga manggil lo mbak-mbak, to--" ucap Gavin terpotong karena gadis tersebut mencubitnya.

"Aww," ringisnya membuat gelak tawa semua orang. "Kok jadi gue anjir?!"

"LO JANGAN MANGGIL GUE TOA!!" hardik Chia. "Dahlah gue kesel." Gadis tersebut pergi meninggalkan teman-temannya di dapur.

Saat di ruang tamu, Rezvan berdiri lalu menghampiri gadis tersebut. "Chi, gue pulang duluan ya?!" pamitnya baik-baik.

"Sekalian bawa pengikut lo," ketus Chia. Gadis tersebut berlari menaiki tangga dengan hentakan kaki yang cukup keras.

Rezvan mengerutkan keningnya. Salahnya dimana? Namun ia tidak memperdulikannya, yang penting dia sudah pamitan dan tidak perlu berpamitan lagi pada Zea. Sebelum teman-temannya datang dan menyusahkan, lebih baik ia pulang duluan.

"Lo semua mendingan pulang deh," ujar Zea.

"Nah, lo semua pergi sana," sambung Alvi dengan nada mengusir.

"Kamu juga Vi," balas Zea tidak enak hati.

Gavin menoyor kepala Alvi. "LO JUGA!"

"Lah kok gitu yang?!" rengek Alvi sambil memegangi kepalanya yang di toyor Gavin.

"YANG YANG YANG!" desis Elvan.

"DI GOYANG-GOYANG YANG," sambung Zaki sambil bernyanyi.

Zea mendengus. "Cepetan pulang!"

"Gara-gara lo semua sih. Ngapain pada ngikut ke sini," decak Alvi dengan tatapan sinis.

"APA LO?" tantang Gavin.

"LO YANG APA?" tanya Alvi, matanya menatap nyalang cowok yang ada di hadapannya.

"Gue manusia," jawab Gavin dengan menonggoskan giginya, membuat Alvi merasa geram.

"AN--"

"Alvi!" potong Zea memperingati.

"La la la la la," Gavin berbalik badan lalu berjalan dengan pinggul yang di gerakkan ke kiri dan kanan, seperti itik.

___________


CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang