Nineteen

1.2K 114 2
                                    


"Ayo naik," suruh Gavin yang sudah duduk di atas motornya.

"Na-naik motor?" Chia terlihat bingung dan ragu-ragu.

"Iya."

"Tap--"

"Gak usah tapi-tapian! Gue tau kalo ini pertama kali lo naik motor," ujar Gavin dengan wajah angkuh. "Cepetan naik!"

Chia mengangguk saja. Gavin mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu naik. Saat Chia ingin membalas ulurannya, dengan jahil cowok itu langsung menurunkan tangannya membuat tangan kanan Chia menggantung di udara.

"Naik sendiri," Gavin tersenyum miring.

Tangan Chia semakin terangkat seolah ingin mencakar-cakar wajah cowok itu. Ia sangat kesal dan malu. Beribu umpatan sudah siap untuk di ucapkan, namun terlebih dahulu oleh Gavin yang mengangkat telunjuk tangan kanannya ke atas kemudian menempelkannya pada bibir ranum milik gadis tersebut.

"Ssttt, ngocehnya nanti aja ya?!"

"Tap--"

"Kapan nyampenya kalo ngomel dulu?" potong Gavin dengan wajah tanpa dosa. "Ayo naik!"

Chia berdecak. Saat hendak naik, ia melihat sebuah tangan itu mengulur kembali. Gadis tersebut langsung menepisnya membuat Gavin terkekeh.

"Udah?" tanya Gavin dibalik helm.

"Udah," Chia merasa duduknya sudah nyaman dan siap mengikuti kemana cowok ini akan membawanya.

"Yaudah, turun!" suruh Gavin dengan sudut bibir sedikit terangkat.

Chia menaikkan alisnya sebelah, namun dengan polosnya ia kembali turun membuat cowok itu harus kuat menahan tawa.

"Udah turunnya?" tanya Gavin lagi. Ia langsung merapatkan mulutnya agar tidak tertawa.

"Udah," jawab gadis itu masih kebingungan.

"Ayo naik!" Gavin menyalakan motor besarnya. Ia membuang muka, dan bibirnya semakin terangkat, namun gadis itu tidak melihatnya karena terhalang oleh helm.

Chia mengernyit heran. "Bentar deh," ia tampak berpikir dengan apa yang barusan di lakukan, kemudian matanya melotot. "LO NGERJAIN GUE?"

"Iya," jawab Gavin tertawa terbahak-bahak merasa puas karena sejak tadi berhasil membuat gadis ini kesal.

"BANGS*T AVIN BANGS*T!" Chia memukul-mukul bahunya dengan tas sedikit keras. Ia tidak terima dengan apa yang dilakukan cowok ini kepadanya, kenapa hari ini ia menjadi bego karena cowok yang bersamanya saat ini.

"Chia, eh--sekali lagi lo mukul, gue tinggalin nih," ancam Gavin.

"BODOAMAT! PERGI AJA SANA! GUE BISA SENDIRI!" Gadis itu masih memukulinya membabi buta.

"Berhenti atau gue peluk?!"

Suara yang terdengar serius itu membuat Chia terdiam, tidak memukulnya lagi. Gadis itu tiba-tiba membisu. Sementara Gavin tersenyum kemenangan.

"Naik!"

Instruksi cowok itu membuat Chia mengeratkan pegangannya pada tas yang tidak berdosa. Ia menghela nafas lalu berbalik badan. "Gue bawa mobil aja sendiri."

Baru empat langkah, ia terdiam saat ada tangan kekar melingkar di tubuhnya dan dagu seseorang di pundaknya. "Baperan!"

Chia langsung membelalakkan matanya. Ia memberontak saat cowok itu memeluknya dari belakang. "Lepasin! JANGAN SENTUH GUE!!"

Gavin terkekeh lalu melepaskannya. "Galak banget toa."

"GUE CHIA BUKAN TOA!!"

"Tapi gue pengennya toa," goda Gavin.

"TERSERAH!" Gadis itu kembali melangkah, namun terhenti saat ada sebuah kata-kata yang terlontarkan seseorang di belakang.

"Selangkah lagi lo maju, gue peluk sampe mati."

Chia membalikkan badannya, ia menatap cowok itu dengan tatapan horor. "MAU LO APA SIH?"

Gavin tidak menghiraukannya lagi. Ia kembali menaiki motornya lalu memasang helm dan tersenyum dibalik sana. "Jangan buang waktu lagi, ayo!"

Chia juga tidak mendengar seruan Gavin, ia memilih menggunakan mobilnya daripada harus bersama cowok itu.

"Jangan keras kepala!"

Suara berat nan menyebalkan itu membuat Chia mengepalkan tangannya. Ia menghela nafas panjang lalu berjalan ke arah cowok tersebut.

"Gue gak ngerjain lo lagi." Gavin mengulurkan tangannya. Chia tidak mengeluarkan kata-kata apapun, melainkan membalas uluran tangan cowok tersebut.

Gavin menyalakan motornya dan mulai melajukannya. Selama perjalanan tidak ada yang mengeluarkan suara. Cowok berhoodie hitam itu pokus mengendarai motor besarnya, sedangkan di belakangnya ada seorang gadis berhoodie merah sedang melihat pemandangan kota sambil menikmati angin yang menerpa wajahnya.

__________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang