Sixty Eight

722 70 0
                                    

"Terus gue harus gimana dong Chi? Dia gak bales chat gue?!"

"Coba lo telepon," saran Chia.

"Udah tadi juga, tapi gak di angkat," balas Zea.

"Telepon lagi!"

"Yaudah, lo yang nyetir aja ya?" pinta Zea memberhentikan mobilnya di bahu jalan.

Chia mengangguk. Mereka pun keluar mobil untuk bertukar posisi. Chia sedikit terburu-buru untuk memasuki mobil, sementara Zea berjalan sedikit lambat karena sibuk menatap ponselnya.

Tanpa banyak berpikir, Chia langsung melajukan mobil sebelum Zea memasukinya. Zea berteriak-teriak, namun Chia tidak memperdulikannya. Setelah merasa sudah jauh, gadis tersebut memberhentikan mobilnya kembali.

Chia merongoh sakunya untuk mengambil HP. Ia mengotak-atik sebentar lalu menempelkan HP tersebut ke telinga sebelah kiri.

"Hallo Vi?!"

"Iya Chi?"

"Lo tau Zea dimana?"

"Lo gak bareng dia?"

"Enggak Vi. Pas gue udah sampai rumah pun, dia gak ada."

"Serius Chi? Kenapa gak barengan?"

"Tadi gue nyari dia di sekolah, tapi gak ketemu. Gue kira Zea pulang duluan sama lo. Yaudah gue pulang aja. Tapi pas nyampe rumah, dia gak ada. Yakali jalan-jalan sama lo dulu, makanya gue sekarang nanyain," jelas Chia berbohong.

"Gue gak bareng dia. Kalau dia gak sama lo, terus dia sama siapa? Dan kalau lo yang bawa mobil, terus Zea naik apa?"

"Gue menggeleng online ya, Vi? Lo pasti bisa ngebayangin lah kalau gue lagi geleng-geleng kepala," ujar Chia menggeleng-gelengkan kepalanya meski tidak terlihat oleh Alvi.

"Jadi lo gak tahu?"

"Gue geleng-geleng lagi, Vi."

"Coba lo hubungi dia, Chi."

"Gue udah hubungi dia beberapa kali, tapi gak di angkat. Lo cari dia, ya? Gue lagi pusing Vi, mungkin gara-gara tadi," ujar Chia beralasan. Lalu mematikan panggilan tersebut sebelum Alvi berucap kembali.

"Hahaha, gue emang pinter," teriak Chia di dalam mobil, lalu melajukan mobilnya dengan kencang. Dia memacu mobil dengan sangat gila di jalanan.

***

Alvi mengacak rambutnya frustasi. Sudah ada ratusan pesan dan beberapa panggilan dari Zea, namun malah ia biarkan. Cowok tersebut menelpon gadisnya, namun tidak aktif.

Apa Zea bersama Rezvan? Pikirannya sudah melambung jauh. Ia juga menghubungi Rezvan, namun sama tidak aktif. Daripada mati dengan rasa yang tak tentu, ia pun segera mengambil kunci motor untuk mencari Zea.

Alvi melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya terus tertuju pada Zea, membuat dirinya merasa sangat bersalah telah membiarkan panggilan gadisnya sejak tadi.

Cowok tersebut membawa motornya kembali ke sekolah. Menoleh ke kanan dan kiri ia tidak menemukan Zea. Saat di depan, ia melihat Zea sedang duduk di kursi pinggir jalan, bawah pohon.

Buru-buru Alvi membuka helmnya dan langsung turun dari motornya, lalu menghampiri Zea. "Kamu kemana aja?" tanyanya membungkukkan badan di depan Zea sambil memegang erat tangannya.

"Kamu yang kemana?" lirih Zea bertanya balik.

"Maaf," ucap Alvi menyesal. Ia menatap manik mata Zea dalam-dalam.

Zea hanya tersenyum. "Gak apa-apa, aku yang maaf. Tadi gak maksud--"

"Kenapa HP kamu gak aktif?" potong Alvi. Sedikit tidak ingin membahas hal tadi, karena ia tahu ini bukan salah Zea melainkan dirinya yang terlalu egois.

"Mati, soalnya HP aku lowbat," jawab Zea.

"Tas kamu mana?" tanya Alvi lagi.

"Tas aku di dalam mobil, tadi Chia ninggalin aku di sini."

"Tapi dia bilang..."

Sialan.

______

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang