Thirty

1K 87 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Chia baru saja membersihkan dirinya setelah melakukan pekerjaan rumah sesuai dengan apa yang Zea suruh padanya. Rasa lelah itu hilang setelah satu jam istirahat.

Gadis itu memakai kaos putih serta celana levis hitam, sneaker dan sebuah kacamata hitam yang  melingkar di matanya. Ia memakaikan jam tangan di lengan kirinya, kemudian mengambil jaket kulit berwarna hitam polos yang tergantung di dalam lemari.

Chia berjalan menuju kamar mandi. Setelah menghidupkan kran air, ia kembali keluar tanpa mematikan kran air tersebut. Entah apa yang akan di lakukan oleh gadis itu.

"Bagus! Zea lagi di dapur, jadi gue ada kesempatan untuk keluar," gumamnya saat membuka pintu kamar.

Gadis itu sedikit berlari saat menuruni tangga, tidak ada bunyi yang di keluarkan, karena takut ketahuan oleh Zea. Ia menghela nafas panjang, merasa lega karena akhirnya bisa keluar rumah.

"Kunci mobil mana sih?!" Chia meraba setiap saku yang ada, detik kemudian ia menepuk jidatnya sendiri. "Kenapa bisa ketinggalan??!"

Dengan rasa kesal dan lelah, terpaksa ia harus kembali ke dalam rumah. Rasanya ingin menggebrak pintu yang di depannya, namun itu hanya akan memperburuk suasana.

"CHIA? LO LAGI MANDI?"

Terdengar teriakan dari dalam sana. Saat ini Chia sedang berada di depan kamar. Ia bingung bagaimana caranya agar bisa mengambil kunci mobil miliknya, sedangkan di dalam ada Zea.

"CHIA? CEPETAN DEH! GUE KEBELET! LO LAMA BANGET MANDINYA."

Zea berpikir bahwa saudaranya sedang mandi karena kran air berbunyi. Chia memang sengaja melakukan semua itu. Gadis tersebut kini mengintip dari lubang kunci, terlihat Zea yang sedang berjalan ke arah kamar mandi.

Saat Zea menggedor-gedor pintu kamar mandi, Chia langsung masuk ke dalam kamar dengan gerakan waspada. Gadis tersebut langsung membungkuk di pinggir ranjang saat Zea menoleh ke belakang.

"Perasaan ada yang masuk deh," Zea bergumam. Matanya mengedar menatap ruangan, namun tidak ada siapa-siapa. Gadis tersebut menggeleng pelan, mungkin hanya perasannya saja. "CHIA! GUE BENAR-BENAR UDAH KEBELET!"

Chia menahan nafas, entah sampai kapan dirinya akan membungkuk dan bersembunyi seperti ini.

"CHIA?! LO LAGI NGAPAIN SIH? GUE BUKA YA?!"

Mampus!

Zea langsung membuka pintu kamar mandi dan ternyata tidak ada siapa-siapa. "LAHH? GAK ADA SIAPA-SIAPA? BEO KEMANA? Keterlaluan!"

"Enak aja di bilang Beo," batin Chia.

Zea menghela nafas panjang, bingung harus menyikapi sepupunya dengan cara apa lagi. Sudah menjadi kebiasaan Chia yang tiba-tiba pergi tanpa bilang terlebih dahulu pada dirinya. Bukan semestinya harus selalu pamit, namun gadis itu khawatir jika Chia kenapa-kenapa, apalagi sepupunya sering bikin ulah yang membuatnya kewalahan.

Sebelum memikirkan semuanya, Zea langsung masuk ke kamar mandi karena sudah tidak tahan. Di situlah kesempatan Chia untuk mengambil kunci mobil di atas nakas, lalu pergi.

Bruk

Gadis itu tersenggol pada sebuah meja sehingga menimbulkan suara. "Aduh...," gumamnya.

"CHIA? ITU LO YA? GUE MOHON SAMA LO, JANGAN PERGI KEMANA-MANA!"

Namun Chia tidak menghiraukan teriakan itu, ia langsung berjalan dengan tergesa-gesa untuk keluar dari rumah ini.

___________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang