Forty Seven

914 77 8
                                    

Setelah kejadian di kantin, Chia langsung pergi ke kelas. Ingin rasanya membogem Zaki, namun itu akan membuat semua orang makin bertanya-tanya.

"Gue bilang juga apa? Jangan balapan! Jadi gini 'kan?" ujar Zea. "Mampus kalo berita itu nyebar sampai ke telinga guru."

Chia meremas kertas yang ada di tangannya. "SEMUA INI GARA-GARA ZAKI!"

"Ini bukan kesalahan dia, cowok itu gak tau apa-apa," ujar Zea.

"Kok lo jadi belain dia sih?" gerutu Chia kesal.

"Karena lo sendiri yang salah! Udah beberapa kali gue bilangin tapi gak pernah di denger," balas Zea.

"Lo itu seorang cewek! Lo gak boleh balapan. Guru-guru gak suka, dan gimana kalo Tante sama Om tau?" lanjutnya.

"Bener kata lo, Ze," Gavin tiba-tiba menyahut saat masuk kelas bersama Alvi.

"APA LO?" hardik Chia memutar bola matanya.

Gavin tidak menghiraukannya. "Asal lo tau Ze, semalem dia berantem sama preman. Dan kalau gue gak datang, dia pasti udah di tusuk dari belakang."

Zea yang mendengarnya langsung terkejut. Sementara Chia langsung menghampiri cowok tersebut dan menarik kerah kemeja sekolah Gavin. "LO KALO PUNYA MULUT, EMBER BANGET YA?"

Gavin tersenyum miring. "Bisa lepasin gak?"

"PERTAMA-TAMA LO BILANG YANG NGGAK-NGGAK SAMA ZEA, TERUS TADI LO NUDUH GUE, DAN SEKARANG LO MALAH NGADU?!" teriak Chia dengan nada marah. Kedua tangannya semakin kuat mencengkram kerah kemeja sekolah Gavin.

Sekarang masih masuk jam istirahat, di kelas tidak ada siapa-siapa kecuali mereka berempat. Alvi menatap Zea yang masih terpaku. Mungkin gadisnya sedang memikirkan yang tidak-tidak.

Zea sangat peduli pada Chia, apalagi orang tuanya sangat baik pada Zea, sehingga dia  sudah menganggap Chia sebagai adik kandungnya. Jika gadis itu kenapa-kenapa, entah apa yang akan ia katakan pada Tante dan Omnya.

"CHIA! LEPASIN!" bentak Zea. Gadis itu maju dan melepaskan tangan Chia dari kerah kemeja Gavin.

"APA-APAAN SIH ZE?" decak Chia.

"LO YANG APA-APAAN? BENERAN LO SEMALAM BERANTEM SAMA PREMAN?" tanya Zea dengan dagu terangkat.

"Gue gak kenapa-napa," jawab Chia.

"ITU BAHAYA CHIA! BENAR KATA GAVIN, GIMANA KALO DIA GAK DATANG? ENTAH APA YANG AKAN TERJADI! ENTAH APA YANG AKAN GUE BILANG SAMA OM JEFF DAN TANTE FINA!!"

Chia mendengus. "Tapi 'kan gue sekarang gak kenapa-kenapa Ze?!"

"Pokoknya, lo harus berhenti balapan!" perintah Zea mutlak. Ia tidak ingin sepupunya kenapa-napa.

"Tapi Ze--"

"Gak ada tapi-tapian!" potong Zea. "Atau.... Gue bilang sama Om Jeff sekarang?!"

Chia langsung membulatkan matanya. "LOH KOK GITU ZE?!"

"KARENA KALO GUE GAK GITU, LO GAK BAKALAN BERUBAH!" Beberapa kali Zea melarangnya, dan beberapa kali juga Chia melanggarnya.

"IYA, GUE GAK AKAN BALAPAN LAGI. LO SEMUA PUAS?" sergah Chia.

"Belum," timpal Zea. "Sebelum lo janji."

"Ze, gue 'kan udah bilang gak bakalan balapan lagi?!"

"Suatu hari lo pasti ngelakuin lagi," ujar Zea.

"Gue gak bisa janji Ze!" tolak Chia.

"Kalau lo gak janji, gue telepon Om Jeff sekarang," ancam Zea.

"ZE!"

"Janji atau gue aduin?"

"ZE! GUE GAK MAU!"

"Sekali lagi gue tanya, janji atau gue aduin?!"

Chia berdecak, gadis tersebut langsung pergi keluar kelas. Gavin menyusulnya, ia melihat gadis tersebut loncat tembok belakang sekolah. Apalagi kalau bukan membolos?

Chia tidak pernah membawa tas ke sekolah, semua buku-bukunya ia simpan di loker. Lebih simpel dan juga lebih gampang saat ia membolos. Namun dia jarang bolos karena terbawa-bawa Zea. Tapi sekarang? Mungkin ia sedang kacau karena banyak orang yang menentang hobinya.

_________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang