Brak
Gavin menggebrak meja dengan keras, membuat seisi meja tersebut terkejut dengan gebrakannya. Seluruh pandangan mata menatapnya.
"Bangs*t!" umpat Alvi yang terkejut.
"Ayam-ayam," umpat Ridan yang sedang membawa mie untuk Alam. Untung saja mie tersebut tidak tumpah.
Rezvan yang sedari tadi diam dengan gitar di tangannya, hanya menghela nafas panjang.
"Kalem-kalem," ujar Zaki menenangkan.
"Biasanya kalau bahas cewek suka terdepan tuh," ujar Alam sambil melahap mie yang tadi di bawakan Ridan.
"Kok sekarang jadi ngegas?" sergah Alga.
"Jangan-jangan...," Alvi mendekatkan wajahnya pada Gavin.
"Apa? Lo mau mati? Lo juga? Lo? Lo? Mau mati? Lo mau?" Gavin menunjuk temannya satu persatu dengan tatapan horor.
Seketika suasana menjadi panas dingin. Mereka tahu kalau Gavin tergolong orang yang sering bercanda ria, namun jika cowok itu sudah seperti ini, terkadang sering berpengaruh pada suasana.
Ada yang menggeleng cepat, melotot, bergidik ngeri, tersedak mie, dan masih banyak lagi respon mereka yang membuat Gavin menyeringai.
"Mbok, minjem pisau," teriak Gavin pada Mbok Ira, bibinya Ridan yang juga mengelola warung yang ada di sini.
Teman Gavin satu sama lain saling memegang, ada yang memegang pundak, tangan, dan lainnya dengan sangat erat. Bersiap untuk kabur sebelum Gavin melakukan sesuatu.
"Nih pisaunya Nak," ucap Mbok Ira menyerahkan pisau pada Gavin.
Gavin tersenyum miring, lalu mengambil pisau tersebut. "Makasih Mbok."
"Sama-sama," balas Mbok Ira tersenyum. "Ngomong-ngomong, buat apa pisaunya, Nak?"
"Buat makan temen Mbok," Gavin menjeda kalimatnya membuat orang yang ada di sana terkejut. "Maksudnya makan buah," lanjutnya mengambil buah apel di atas meja.
Di sini memang sudah di sediakan oleh Ridan dan Mboknya. Mereka tinggal makan lalu bayar. Orang-orang yang ada di sini juga termasuk orang jujur, sehingga pemilik warung tidak merasa takut ataupun ragu untuk meninggalkan sesuatu.
"Yaudah, Mbok ke belakang dulu," pamit Mbok Ira sedikit membungkukkan badannya.
"Pada kenapa?" tanya Gavin saat Mbok Ira sudah pergi. Ia menunjuk teman-temannya dengan pisau yang ia pegang.
"Gue pergi ya, Vin," pamit seseorang.
"Gue ikut!"
"Gue juga!"
"Lo mau kemana? Ke depan? Oh ayo!"
Beberapa orang bangkit membuat Gavin menggerakkan pisaunya, mengisyaratkan mereka untuk duduk kembali. Mereka pun mengangguk lalu duduk.
"Gue masih sayang nyawa Vin," ucap Alvi.
"Gue juga," ucap Elvan.
"Duain!"
"Tigain!"
"Empatin!"
"Sembilanin!"
"Lo pada kenapa?" tanya Gavin santai sambil memakan buah di tangannya.
"Lo kan mau bunuh kita?"
"Iya," jawab Gavin singkat padat dan jelas.
"SERIUS VIN?
"LO PADA YANG SERIUS BANGET ANJIR!" Tawa Gavin pecah membuat orang-orang yang di sana terlihat kebingungan.
"Jadi lo mau bunuh kita gak?" tanya Elvan memastikan.
"Maunya?" tanya Gavin yang mendapat gelengan cepat dari teman-temannya. "Yakali gue bunuh lo pada."
"YES! GAK JADI DI BUNUH!" seru seseorang membuat gelak tawa.
"Lo PARAH VIN!"
"Gue kira beneran! Soalnya tadi lo baru datang aja, udah bawa hawa NEGATIF."
"Enak aja lo, di kira gue SETAN bawa hawa begituan," sarkas Gavin dengan tatapan sinis.
Mereka semua tertawa mendengarnya.
"Bukan, hasil hamil lo yang negatif," celetuk Alvi membuat semua orang tertawa kembali.
Banyak orang yang sedang mengobrol, memainkan game, bermain alat musik seperti gitar, makan-makan, bahkan ada juga yang mengerjakan PR saat otak mereka tidak ingin pecah hanya gara-gara mengerjakan di rumah seorang diri. Dan masih banyak lagi aktivitas yang mereka lakukan di sini.
_________
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIAGAVINO
HumorGavin, cowok bad dan juga humoris. Memiliki kepribadian yang menarik dan dunia yang asik, meskipun sering membuat semua orang menderita di bawah bahagianya. Gavin yang tidak pernah pacaran sama sekali meskipun ia sering di fitnah Fakboy. Dia tidak a...