Twenty Seven

1K 89 0
                                    

"Lo berdua cepetan minta maaf!" suruh Alvi.

"Maaf!" jawab dua orang itu secara bersamaan.

"Yang ikhlas tolol," sahut Alvi lagi.

"Maaf Zea yang baik, cantik sejagad raya," ucap Chia sumringah dengan kedua tangan di dagu seperti gaya Cherrybelle.

"Maaf Zea pinter, pacarnya si tolol yang jeleknya mengalir sejagad raya," sambung Gavin mengikuti logat serta gaya Chia.

"Sembarangan!" ketus Alvi, merasa kesal karena Gavin mengejeknya.

Zea mendengus, lalu pergi begitu saja. Ia menaiki tangga tanpa mengatakan apapun.

Alvi menyorot kedua temannya dengan tajam. "Tau dia lagi PMS, malah di gituin. Cape-cape gue tadi pulang sekolah bujuk dia buat jalan-jalan supaya dia seneng, eh tau-taunya gini lagi!"

Gavin hanya mengedikkan bahu acuh. Sementara Chia berkacak pinggang sambil mengangkat dagunya. "OH JADI TADI BUKAN KUMPULAN OSIS? TAPI JALAN-JALAN?"

"Bukan gitu, tap--" Alvi ingin menjelaskan, namun terhenti karena Chia memotong ucapannya.

"ENAK YA? GUE TADI NUNG-"

"CHIA!!!"

Kini ucapan Chia yang terhenti karena Zea berteriak memanggil namanya dari atas sana. "Apa sih," gumamnya.

"CHIAA!"

Chia berdecak. Ia terpaksa harus mengurungkan niatnya untuk mengomel pada Alvi. Gadis itupun berjalan menaiki tangga menuju kamar Zea yang merupakan kamarnya juga.

Alvi takut Zea kenapa-napa, ia pun ikut berjalan menaiki tangga. Sedangkan Gavin? Tadinya ia tidak mau ikut campur, tapi rasa penasaran yang membuatnya agar mengikuti temannya itu.

"Apa?" tanya Chia saat baru saja membuka pintu kamar.

Zea menatap tajam pada sepupunya itu. "INI KAMAR BERANTAKAN BANGET!! KAYAK KAPAL PECAH!"

Mampus.

Chia mengingat kejadian tadi siang, saat dirinya mengejar Gavin di kamar ini. "I-itu ulah dia," tuduhnya sambil menunjuk cowok yang ada di sebelahnya. Sementara yang di tunjuk hanya memperlihatkan wajah seperti tidak tahu apa-apa.

"APA? LO NGAJAK COWOK KE SINI?" teriak Zea penuh dengan amarah. "PARAH LO CHI!"

"EH-EH?! ENGGAK ZE! TAD--"

"IYA ZE," potong Gavin membuat Chia melotot tak terima. "Tadi dia yang ngajak gue ke sini! Gue 'kan niatnya mau ngerjain tugas, eh dia malah ngajak gue ke kamar, trus dia ngegoda gue, minta di peluk, minta di cium, minta di---"

Plak

Satu tamparan mendarat mulus di pipi Gavin, namun cowok itu tidak terlihat kesakitan sedikitpun.

"BANGS*T LO!" tukas Chia. Siang tadi, Gavin yang masuk ke dalam kamarnya tanpa izin, dan sekarang cowok tersebut malah membalikkan fakta dengan pernyataan yang di tambah-tambahkan. Bagaimana Chia tidak kesal?

"Gue gak gitu Ze," lanjut Chia mencari pembelaan.

"Ze, lo percaya aja sama gue. Di sekolah aja banyak yang godain gue, apalagi di sini gak ada siapa-siapa, pasti dia beranilah," ucap Gavin mencoba meyakinkan.

Zea berkacak pinggang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo benar-benar udah kelewatan!"

"ZE, MASA LO GAK PER---"

"GUE GAK MAU TAU! SEBAGAI HUKUMAN, LO HARUS BERESIN INI KAMAR!" suruh Zea.

"DAN BESOK ADALAH HARI TERAKHIR LO DI SKORS. LO HARUS BERES-BERES RUMAH SELAMA SEHARIAN! DIMULAI DARI NGEPEL SELURUH RUANGAN, NYUCI, NYAPU HALAMAN, BERSIHIN WC SAMPAI TIDAK BOLEH ADA NODA SEDIKIT PUN, DAN YANG LAINNYA!"

Chia kembali membulatkan matanya. "LOH KOK GI--"

"KEPUTUSAN GUE MUTLAK DAN TIDAK BISA DI GANGGU GUGAT!"

"SILAHKAN AJA SURUH GUE!" balas Chia dengan tersenyum kecut. Ia sudah berencana tidak akan melaksanakan semua perintah dari sepupunya.

"Oh iya! Kalau lo gak lakuin semua itu, siap-siap lo kena amarah sama kedua orang tua lo. Karena gue BAKALAN NGADUIN SEMUA KELAKUAN CHIA JEFINA JELIN SAMA OM JEFF DAN TANTE FINA!" ancam Zea dengan penekanan pada kalimat terakhir.

Chia berdecak. Kelakuan buruknya sudah banyak, dan jika kedua orang tuanya tahu, bisa lempar.

"Mampus! Ternyata hukuman gue yang kemarin dari Ibu, si toa juga bakalan ngalamin," batin Gavin merasa senang karena gadis di sampingnya mendapatkan hukuman yang sama.

Sementara Alvi? Ia hanya diam memerhatikan tiga insan itu. Sudah tahu Zea sedang bulannya, malah di buat marah.

__________

CHIAGAVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang