Can We More? 39

908 77 5
                                    

Setibanya di kamar, Lisa langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Wajah pria yang ia temui tadi terus terbayang di kepalanya. Ia seperti familiar dengan wajah dan nama pria itu. Apakah ia pernah kenal dengan pria itu?

Karena badannya sudah terasa lengket dan gerah, Lisa memutuskan untuk mandi. Saat ia ingin mengambil pakaian di lemari, tanpa disengaja ada sebuah benda yang terjatuh. Benda itu tertutup dengan kain putih yang penuh dengan debu.

Karena penasaran, ia memutuskan untuk membuka kain putih itu. Sebenarnya ada apa dengan benda ini sampai harus ditutupi oleh kain putih? Ketika kain telah tersingkir sempurna, Lisa sangat terkejut.

"Lho ini kan cowok yang tadi. Kok ada di gambar ini? "

"Terus ini kenapa gambar gw lagi berdua sama dia ya? " Lisa semakin heran. Yang paling membuatnya heran adalah, siapa yang menggambar ini?

Pintu kamar secara tiba tiba terbuka. Rupanya itu adalah Min Suga, abangnya sendiri. Awalnya Suga hanya ingin memeriksa keadaan Lisa, tapi ia melihat Lisa yang sedang memegang sebuah lukisan.

Lisa yang rasa penasarannya sudah diujung tanduk, memilih untuk bertanya pada Suga tentang lukisan itu. "Bang ini siapa ya yang gambar? "

"Owh ini, kan lo sendiri yang ngelukis ini. " jawab Suga.

"Masa sih? " tanya Lisa tidak percaya. Suga hanya membalas dengan anggukan.

"Terus cowok ini siapa? "

Suga terdiam. Ia bingung ingin menjawab dengan jujur atau tidak. Karena bingung Suga memutuskan untuk menyuruh Lisa untuk mengembalikan lukisan ke atas lemari. Tidak disangka Lisa menarik tangan Suga, pertanda Suga tidak boleh pergi sebelum menjawab pertanyaannya yang tadi.

"Jawab bang, soalnya tadi gw ketemu sama dia di pinggir jalan. " desak Lisa.

"Oke gw kasih tau, tapi kalo lu gak bisa inget hal ini jangan dipaksa. " Lisa mengangguk patuh.

"Dia ini sahabat lo sejak kecil, namanya Jeon Jungkook. Lo ketemu sama dia waktu lu mau masuk TK. Awalnya lo cuma sahabatan ma dia, tapi lo bilang sama gw kalo lu suka sama dia. Kalo gak salah lo ngomong itu pas SMA. "

"Terus gw jadian ma dia gitu? " sahut Lisa asal.

"Sebaliknya, dia malah suka ma adek kelas kita yang namanya Yein. Ya gitu deh, lo nangis nangis ma gw, Bang Seokjin, ma Lia. Tapi pas si Jungkook pacaran ma Yein, lu tetep aja masih ngarep ma dia. Ampe bosen gw liat lu uring uringan gak jelas. " lanjut Suga.

"Lho gw gak nangis ke Bambam? " tanya Lisa lagi.

"Si Bambam waktu itu masih di Thailand. " Lisa beroh ria. Sekarang Lisa mengerti makna lukisan ini, ternyata ada kesedihan yang dirinya tuangkan di lukisan ini.

"Udah gak usah nangis lu, takdir lo kan emang lagi jelek. " celetuk Suga asal.

"Isshhh, kalo takdir gw jelek. Gw gak bakal bisa bangun dari koma kali. Lagian siapa yang mau nangis, jangan sotoy. " decak Lisa.

Melihat adiknya baik baik saja, Suga memutuskan untuk keluar dari kamar Lisa. Setelah melihat Suga keluar dari kamarnya, Lisa membongkar semua isi lemari dan meja belajarnya. Entah ia sedang mencari apa.

Setelah ia membongkar seisi kamarnya, ia menemukan sebuah buku catatan yang tebal. Sepertinya itu adalah buku diary. Penasaran dengan isinya, Lisa membuka buku tersebut. Setiap halaman ia baca semua curahan hatinya yang selalu ia tulis di buku itu.

Seketika sebuah memori berputar di kepalanya seperti video. Lisa merasa kepalanya sangat pusing dan sakit. Dengan segera ia mencari obat yang selalu ia simpan di laci mejanya. Sayangnya obat tersebut terjatuh di kolong mejanya. Terpaksa Lisa memanggil keluarganya.

Can We More? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang