Prolog

784 45 15
                                    

Di akhir paragraf yang rumpang, masing-masing kita adalah kata yang saling menyimpang.

Di akhir paragraf yang rumpang, masing-masing kita adalah kata yang saling menyimpang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote & coment

Banyak orang atau bahkan kalian sendiri pernah mengatakan bahwa luka akan sembuh seiring dengan berjalanya waktu, nyatanya waktu tak benar-benar berpengaruh dalam penyembuhan luka.
Ada hal-hal yang tidak sembuh meski waktu berlalu.

Hari sudah berganti malam. Angin dingin mulai menerpa wajah serta membawa awan kelabu di atas sana. Ia duduk di depan teras rumahnya yang sepi dan terasa sangat dingin dengan pandangan yang terus terarah pada benda di tangan kanan nya.

"Jadi," gumam nya pelan menatap dalam benda itu.

"Apa itu memang dia? Dia benar-benar sudah kembali?" Tanyanya dengan suara pelan.

Debaran itu masi terasa, bahkan sudah bertahun-tahun lamanya. Senyum dan tawanya masi sangat terbayang jelas di ingatan nya. Apakah semuanya akan kembali seperti semula? Ataukah akan menjadi tabu dan angan semu yang tak akan pernah bisa menyatu?

"Apakah aku sudah keterlaluan?"

Akankan waktu terus membuatnya berada di sini? Bersembunyi dalam luka yang tak kunjung sembuh. Egoiskah ia jika hanya memikirkan dirinya sediri tanpa mengetahui sedalam apa luka yang dia buat untuk orang itu? Ia berada di jalan buntu sekarang. Banyak jejak luka dan hanya setitik samar kebahagiaan yang tersisa.

Dia kembali. Seharusnya ia bisa mendatanginya, mengatakan siapa dirinya dan menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu, mungkin dia akan memaafkannya dan keadaan bisa kembali membaik seperti yang di inginkan. Tapi, yang bisa ia lakukan hanya menatapnya dalam diam dan menjaga jarak seakan keduanya tidak pernah bertemu bahkan berteman lama.

Matanya bergetar dengan perasaan sesak mulai mendatangi. Setiap kali dirinya melihat pantulan diri di dalam cermin perasaan itu kembali hadir, begitu banyak keinginan untuk memiliki impian yang berbeda saat esok hari tiba. Impian sederhana yang di inginkan semua anak di dunia, memiliki keluarga utuh.

"Maafkan aku," ucap nya dengan nada sendu.

"Semuanya harus berjalan sesuai dengan apa yang sudah ku rencanakan selama ini, dan...," Ia meneguk salivanya susah payah. "Artinya kamu dan semua kenangan itu, harus ku korbankan."

Ia mendekap benda itu dengan perasaan sakit luar biasa. Menyesal? Mungkin saja. Tapi ada banyak kata dan luka yang ingin ia katakan pada dirinya sendiri, menanyakan apa yang sebenarnya di inginkan. Tidak seperti sekarang, karena dia benar-benar sadar tak hanya satu orang yang menjadi korban atas kejadian di masa lalu.


💠 :› 💠

Di dalam kamar bernuansa biru laut yang tenang itu, terdapat gadis berambut hitam bergelombang sepunggung yang tengah duduk di meja belajarnya. Ia mengenakan piyama panjang bermotif bunga tulip putih, tengah fokus menulis sesuatu di buku bersampul merah hati.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang