15

682 55 14
                                    

Sesampainya di rumah sakit,Chika langsung di tangani oleh dokter.
Vito,Mira,dan Flo menunggu Chika di ruang tunggu.

Vito tidak bisa duduk dengan tenang,ia takut terjadi sesuatu pada Chika.

"Kalo sampe terjadi sesuatu sama Chika,gue ga bakal maafin diri gue sendiri" kata Vito

"Lo berdoa aja drun,semoga Chika baik baik aja"

"Iya Mir"

Beberapa saat kemudian dokter yg menangani Chika menghampiri mereka.

"Keluarga pasien?"

"Saya suaminya dok,apa yg terjadi sama istri saya dok?"

"Istri Mas mengalami keguguran,hal tersebut bisa terjadi karena mungkin istri Mas terlalu banyak pikiran dan terlalu capek jadi janin yg ada di kandungan istri Mas tidak dapat bertahan"

"K.....k....keguguran?"

"Iya,Mas tidak tau istri Mas hamil?"

"Nggak dok,istri saya nggak pernah cerita ke saya"

"Usia kandungannya baru menginjak usia 6 minggu,usia kandungan yg sangat rentan sekali,banyak sekali ibu hamil yg mengalami keguguran di usia janin yg masih muda. Saya harap jika istri Mas hamil lg,Mas harus bisa lebih memperhatikan istri Mas"

"Baik dok,saya boleh jenguk istri saya?"

"Tunggu pasien di pindahkan ke ruang rawat terlebih dahulu. Saya masih ada urusan saya permisi"

Vito benar benar merasa bersalah pada Chika. Ia bukan hanya menyakiti hati Chika tapi ia juga sudah menghilangkan nyawa calon buah hati nya yg selama ini ia dan Chika nantikan.

Setelah Chika di pindah ke ruang rawat,Vito masuk ke ruang rawat Chika. Di dalam ruang rawat Chika,ia melihat Chika terbaring lemah dengan infusan yg menempel di tangannya.

"Chik"

Chika menoleh ke arah Vito.

"A....a...aku minta maaf"

Kini Vito sudah berada di samping Chika,ia menggenggam tangan Chika yg terbebas dari infusan.

"Aku nggak bisa jadi suami dan Ayah yg baik"

Chika mengernyitkan dahi nya,ia tidak mengerti dengan apa yg di ucapkan Vito.

"Maksud kamu?"

"Kamu keguguran Chik,kita kehilangan calon bayi kita dan itu semua gara gara aku. Aku bener bener minta maaf Chik"

"Maksud kamu apa sih? Calon bayi? Keguguran? Aku nggak ngerti"

"Kamu nggak tau kalo kamu hamil?"

Chika menggelengkan kepalanya,ia benar benar tidak tau jika ia tengah mengandung.

"Kamu hamil Chik tapi kita harus kehilangan calon bayi kita. Kamu keguguran,kata dokter kamu keguguran karena terlalu banyak pikiran"

Chika terkejut dengan apa yg di ucapkan Vito. Air mata mengalir membasahi pipi Chika.

"PUAS KAMU KAK? PUAS KAMU UDAH BIKIN KITA KEHILANGAN CALON ANAK KITA YG UDAH LAMA KITA TUNGGU. PUAS KAK PUAS?"

Chika memukuli dada Vito,air mata mengalir semakin deras. Vito yg diperlakukan seperti itu hanya bisa pasrah,ia sadar jika itu adalah kesalahannya. Vito membiarkan Chika memukulinya sampai Chika benar benar puas.

Lama kelamaan pukulan Chika semakin melemah. Setelah dirasa Chika sudah cukup tenang,Vito membawa Chika kedalam pelukannya.

"Maafin aku Chik ini semua salah aku. Coba aja kalo aku nurut sama kamu buat nggak main ke club lagi,semuanya pasti nggak akan terjadi"

"Hiks hiks kamu jahat Kak,aku benci kamu"

"Iya Chik aku pantas buat di benci,aku udah bikin kamu sakit hati dan aku udah bikin kita kehilangan calon anak kita. Maafin aku Chik"

Vito melepaskan pelukannya pada Chika,kemudian ia mengusap air mata yg ada di pipi Chika.

"Aku minta maaf,aku salah. Aku udah bikin semua ini terjadi"

"Yaudahlah lupain aja semuanya juga udah terjadi,maaf kamu juga nggak bakal ngembaliin semuanya" kata Chika,ia sudah menghentikan tangisnya

Sudah dua hari Chika berada di rumah sakit dan hari ini Chika sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah karena kondisinya sudah membaik.

Kini Chika sudah berada di rumahnya,ia sedang beristirahat dikamar. Sedangkan Vito sedang membuat makanan untuk Chika.

"Sayang makan dulu yuk" Vito masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan berisi nasi beserta lauk dan juga minum nya.

Chika hanya menoleh ke arah Vito sebentar kemudian ia kembali menatap ke luar jendela. Memang sejak kejadian itu,Chika agak sedikit berubah. Ia sedikit cuek terhadap Vito. Chika juga berbicara pada Vito hanya seperlunya saja.

Vito menyimpan nampan berisi makanan untuk Chika di atas nakas. Ia duduk di samping Chika,bersiap untuk menyuapi Chika.

"Makan dulu yuk habis itu minum obatnya"

Vito menyuapkan satu sendok nasi pada Chika,namun Chika enggan membuka mulutnya.

Vito menghela nafasnya,selalu seperti ini. Vito kembali menyimpan pirung berisi nasi ke atas nampan.

"Kamu nggak capek Chik cuekin aku terus? Udah dua hari lho kamu cuekin aku,aku nggak tau harus gimana lagi. Aku udah berkali kali minta maaf sama kamu tapi kamu tetep kaya gini..."

".....Aku keluar dulu ya,makanannya jangan lupa di makan,obatnya juga di minum biar kamu cepet sembuh kalo perlu apa apa panggil aja" Vito mencium kening Chika kemudian ia berjalan ke arah pintu kamarnya.

"Tunggu Kak"

Baru saja Vito akan berdiri dari duduknya,Chika menahan tangannya agar ia tidak pergi. Akhirnya Vito pun tetap berdiri di samping Chika.

"Kamu jangan pergi aku butuh kamu. Aku udah maafin kamu. Kamu emang salah tapi selama dua hari ini kamu udah berusaha buat minta maaf jadi aku maafin kamu. Kamu disini aja temenin aku"

Vito tersenyum mendengar ucapan Chika. Ia pun kembali duduk disamping Chika.

Vito menarik Chika ke dalam pelukannya,ia juga mengusap kepala belakang Chika.

"Makasih ya kamu udah mau maafin aku. Aku janji aku nggak akan ngulangin kesalahan yg sama"

Chika menganggukkan kepalanya di dalam pelukan Vito.

"Skrng kamu makan dulu ya,trs minum obat biar cepet sembuh. Kalo kamu udah sembuh aku bakal ngajak kamu jalan jalan kemana pun kamu mau"

"Serius?"

"Iya aku serius"

"Kalo gitu makan dulu"

"Oke,tapi suapin"

"Siap bos"

Vito menyuapi Chika dengan telaten. Setelah Chika selesai makan dan minum obat,ia mencuci piring bekas makan Chika. Kemudian ia mengajak Chika untuk tidur siang. Dan akhirnya mereka berdua pun tertidur.





Kalem baru permulaan. Nanti bakal bikin yg lebih greget.

Btw gue gesrek liat Ara sama Chika live showroom berdua. Mereka uwu banget.
Jadi pengen.........ah kagak dah

Sampai jumpa di part selanjutnya

You're My HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang