extra part 2

5.7K 314 23
                                    

HAPPY READING.

Rumah sakit mendadak menjadi sunyi di kala Safira yang sudah histeris dengan nafas yang tidak teratur. Mauren dan Dinda juga sudah menenangkan Safira agar gadis itu tidak berteriak histeris.

"Tahan Fir gue yakin elo bisa," ucap Mauren saat Safira sudah di dorong oleh para suster untuk menuju ruangan bersalin. Safira langsung meremas ujung brankar itu dan berteriak-teriak memanggil nama suaminya. Dinda dan Mauren sudah berulang kali memberikan support untuk Safira, Safira tetap berteriak kesakitan.

"Sakit–—– asu." Mauren mengaga lebar, sejak kapan gadis itu menjadi kasar. Bukannya marah, Mauren dan Dinda menahan tawanya. Tidak pantas jika wajah polos Safira mengucapkan kalimat kasar.

"Safira ngomong asu siapa yang ajarin?" tanya Mauren kepada Dinda. Dinda yang berada di samping Mauren tampak menahan tawa.

"Boby. Kemarin Boby bilang asu-asu aja, terus di tanya sama Safira asu apa. Eh dia malah jawab, asu adalah sayang." Tampak tak penting, Mauren menghela nafasnya. Lihat saja Boby, akan Mauren tebas kepalanya.

"Reyhan––awsh.." rintih Safira.

"Tahan Fir tahan suami elo lagi otw kesini kok sabar ya beb. Semangat-semangat," heboh Dinda agar Safira tidak berteriak kembali. Mauren menganggukkan kepalanya, dirinya akan ikut heboh seperti Dinda agar Safira tampak tenang.

Safira langsung menggeleng dan berteriak-teriak kesakitan. "Asuuu!!" sontak Mauren dan Dinda  kembali menoleh sambil menatap satu sama lain.

Setelah sampai di ruangan bersalin. Para suster langsung memanggil dokter karena Safira sudah ingin melahirkan. Apalagi ketubannya sudah pecah.

"Telfon Reyhan," ujar Mauren lagi. Dinda mengangguk dan menelfon Reyhan dengan ponselnya. Namun nihil, Reyhan tidak mengangkat telfon darinya. Sudah berkali-kali Dinda mencoba menelfon, tetap saja tidak di angkat oleh laki-laki yang notabennya adalah suami dari sahabatnya.

"Gak di angkat Ren." Mauren tampak frustasi dan menggigit bibir bawahnya.

"Aduh! Fir tahan ya, lo pasti bisa...." sendu Mauren.

"Ah sakit, Reyhan mana si Ren," tangis Safira karena suaminya belum datang juga. Mauren tersenyum dan menarik nafasnya.

"Reyhan lagi jalan kesini," putus Mauren meyakinkan Safira agar gadis itu tidak menangis dan takut.

***

"Baiklah, jadi ini adalah proyek yang akan kita bangun bulan depan dan nanti sekretaris saya—— Pak budi yang akan memberi tahukan tentang ini lebih lanjutnya," ujar Reyhan dengan berwibawa. Hari ini Reyhan banyak sekali meeting.

Semuanya yang ikut meeting hanya menganggukkan kepalanya dan melihat tentang proyek baru ini.

Walaupun bos besarnya Surya tetapi semua di handal oleh Reyhan karena Surya sibuk dengan perusahaan yang berada di luar negeri.

Ceklek.

Pintu terbuka dengan kasar membuat seluruh orang menatap ke arah pintu. Tama sudah berdiri dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Han gawat!! Istri elo—— istri elo!" pekik Tama dengan nafas yang sudah tersengal-sengal. Reyhan bisa menebak bahwa Tama sudah berlari-larian.

Tama terkejut karena dirinya baru sadar bahwa disini sedang melakukan meeting.

Tama berdehem. "Maaf pak, anu istri lo melahirkan!" ujar Tama dengan lantangnya sontak membuat Reyhan terkejut bukan main atas pernyataan dari sahabatnya.

The Young Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang