tidak tahu harus bagaimana

4.4K 301 16
                                    

Sorry banget baru bisa update sekarang-sekarang karena setelah sidang aku sakit. Mungkin, banyak dari kalian yang udah kesel sama caci maki di lapak ini karena updatenya selalu lama sama kaya nunggu satu tahun. Jujur, ada yang komen kaya gitu tapi yaudah gak papa. Ya namanya juga di gantung, ga enak pastinya. Di gantung doi aja gak enak, apalagi di gantung sama fisik.

Sekali lagi sorry... Yang engga bisa sabar sok gak mundur sama ceritanya. Wowkwow BERCANDA say..

HAPPY READING.

Hari ini adalah hari Minggu hari dimana semua anak sekolah libur dan refreshing, tetapi itu semua hanya angan-angan karena Safira masih tetap menutupkan matanya.

Sudah hampir 9 bulan Safira koma di rumah sakit. Hidup dan mati, itu yang sedang Safira alami sekarang. Reyhan hanya bisa pasrah atas takdir yang tuhan berikan kepada dirinya.

Setiap hari, Reyhan juga selalu menemani Safira di rumah sakit. Mauren, Dinda dan yang lain juga sama-sama selalu ikut menemani dan menjaga Safira.

Mereka semua sayang kepada Safira.

"Kapan bangun hm? Gak cape tidur terus?" dehemnya sambil mengamati wajah cantik milik Istrinya itu. 

"Aku selalu nunggu kamu sampai kamu buka mata loh. Liat deh bunga mawarnya udah banyak ya, bahkan aku sampai beli vas besar lagi," ujar Reyhan terkekeh dan menunjukan vas bunga yang berada di depannya itu.

Ruangan ini memang sudah penuh dengan bunga mawar. Itu pertanda bahwa Reyhan sangat rutin kesini dan mengajak ngobrol Safira. Para dokter juga yang menangani kondisi Safira hanya bisa pasrah dan hanya menunggu adanya sebuah keajaiban.

"Maaf menganggu, saya ingin mengecek ibu Safira," ucap dokter itu tiba-tiba. Reyhan menoleh  lalu menganggukkan kepalanya untuk mempersilahkan dokter itu mengecek keadaan istrinya.

Dokter itu langsung mengecek, detak jantung Safira sangat lemah dan kemungkinan besar tidak bisa di selamatkan. Hidupnya hanya terhitung kecil.

"Kondisi ibu Safira masih sama," ujar dokter itu membuat Reyhan menghembuskan nafas gusarnya.

"Jadi hidup dan mati hanya di tangan tuhan, kamu berdoa saja yang terbaik," lanjut dokter itu lagi dengan suara yang amat sangat lirih.

***

"Kak jangan lari-larian nanti jatuh!" teriak gadis kecil itu sambil mengejar Safira, itu adalah Safara.

"Wle, kejar kakak dong..." Meletnya dan berlari ke sana ke sini. Jujur, Safira sangat rindu kepada Reyhan tetapi kepulangan Safira belum bisa dan masih menunggu waktu lama lagi.

"Kenapa kakak nangis?" heran Safara kepada Safira. Safira tersenyum dan menghapus air matanya.

"Kalo kakak pulang ke tempat kakak boleh?" tanyanya kepada sang adik tersayangnya itu.

"Enggak! Kakak disini aja sama kita," tekan Safara membuat Safira menangis. Safira bingung dengan semuanya.

"Tapi——––" jedanya dan menatap adiknya yang sudah menangis.

"Hiks.. Safara nanti sendirian lagi gimana," lesu Safara dengan menangis. Safira langsung memeluk Safara erat. Rasa rindunya sudah terbalaskan disini.

The Young Marriage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang