Suara Suji di seberang sana terdengar sendu. Eunbi mengatupkan bibirnya rapat sebelum akhirnya menjawab. "Maaf. Aku pikir kalian berdua adalah teman lama, jadi.."
"Teman?" Suji menghembuskan nafasnya, "Apa yang kau tahu?"
"Aku hanya.."
"Apa Jungkook yang memintamu melakukan ini?" potong Suji.
Eunbi menghentikan langkahnya. "Aku tidak tahu dia. Aku benar-benar tidak kenal orang yang kau maksud. Aku hanya.. ingin melakukan sesuatu untukmu."
"Apa kau tahu apa yang dia katakan padaku terakhir kali?"
Suji memejamkan matanya satu kali, menahan air mata yang sudah terkumpul di matanya. "'Hubungi aku ketika kau hancur'."
Eunbi terdiam, tidak tahu harus bereaksi apa.
"Aku sudah hancur, tapi aku tidak menghubunginya. Aku tidak mau, tidak akan. Kau tahu kenapa? Karenaㅡ"
Ucapan Suji terputus, air matanya sudah jatuh membasahi pipinya. Ia menurunkan ponselnya, mengakhiri panggilannya dengan Eunbi.
Suji mengatur nafasnya sebelum melanjutkan langkahnya. Ia menyeka air mata di pipinya, lalu menangkap sosok Eunbi di kejauhan yang sedang menundukkan kepalanya dan berjalan pelan.
Suji tahu, Eunbi bermaksud baik.
ㅡ
Sebelum Fajar,
Mereka tidak bertemu. Aku pikir itu untuk yang terbaik, sebenarnya.
Aku seharusnya tidak melakukan apa-apa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jadi, dia melarikan diri?" tanya Yerin selagi memindahkan tanah menggunakan sekop kecil ke dalam beberapa pot.
Eunbi meletakkan kepalanya di atas meja, membiarkan tangan satunya menjadi alas. "Dia tidak benar-benar melarikan diri," jawab Eunbi, kepalanya terangkatㅡmengubah arah pandangnya menjadi ke arah Yerin.
"Itu hal yang sama. Maksudku, apa itu benar-benar perlu? Dia yang berubah pikiran dan mencampakkannya. Itu konyol."
Eunbi berdiri dari kursinya dan berjongkok di dekat Yerin. "Jadi, Suji mencampakkannya?"
Yerin menoleh ke arah Eunbi sekali, lalu kembali kepada tanaman di hadapannya dan mengalihkan pembicaraan.
"Aku akan menanam rempah-rempah disini, lalu membuat teh dengan daunnya dan menyajikannya kepada para pengunjung."
Eunbi menghela nafas pendek, lalu beranjak berdiri. "Tidak mungkin kau akan memberitahuku."
Yerin melirik Eunbi yang sudah berjalan ke arah pintu, setelah itu memutuskan untuk menancapkan sekopnya ke tanah.
