Suatu hal yang kau miliki saat ini yang akan menentukan perlakuan orang lain terhadap mu~Hidden
Tujuh tahun yang lalu....
"Kak bisa aku meminjam uang pada mu? Aku tidak mempunyai uang untuk ongkos ke rumah Ibuku."
"Aku akan segera membayarnya sepulang dari rumah Ibuku nanti" Pinta Ibuku sambil terus mengasuh adik di gendongan nya yang semakin merengek. Tangan satunya memegang tangan ku dengan erat, aku berada di sampingnya.
"Aku tidak punya uang. Pergilah!! Pinjam pada orang lain saja" Tolak nya mentah-mentah.
"Aku akan segera membayarnya kak. Tolong aku,putraku demam dan aku tidak mempunyai uang untuk membawanya berobat."
"Aku hanya meminjam untuk ongkos saja kak,aku akan memakai uang Ibuku nanti" Ucap Ibu sendu, seakan berharap besar dari wanita berwajah sangar itu.
Aku tak bisa berpaling dari tatapan mata Ibu ku, Harapan nya sangat besar kala itu. Aku memegangi kaki adik ku yang terasa panas,sejak semalam demam nya tidak turun. Ibu tidak mempunyai uang untuk membawanya berobat.
"Sudah kubilang aku tidak mempunyai uang!! Pinjam lah dengan orang lain jangan padaku. Aku sangat kasihan dengan kehidupan mu,bahkan untuk ongkos saja kau tidak punya? Bagaimana kau bisa menghidupi anak-anak mu nanti" Ucap nya dengan nada tinggi.
"Apa kau sudah makan?" Tanya nya sedikit membentak padaku. Tatapannya tajam sangat tajam. Aku tersenyum kecil seraya mengangguk mengiyakan bahwa aku sudah makan. Aku tidak berbohong,aku memang makan tadi, walau hanya dengan nasi yang dicampur dengan air dan garam.
"Bagus lah. Kau jaga diri, jangan menyusahkan orangtua mu. Kau lihat, Uang untuk membawa adik mu berobat saja Ibu mu tidak punya."
"Dia harus meminjam pada Ibunya. Bukan kah itu sangat memalukan? Ibumu terus saja menyusahkan bahkan sampai dia sudah berkeluarga."
Ingin rasanya aku mengatakan "Orang sombong seperti mu tidak akan hidup lama di dunia ini" TAPI aku sadar hal itu tidak boleh ku ucapkan pada orang yang lebih tua, seperti yang Ibu ajarkan padaku.
"Baik lah kalau kakak tidak bisa meminjamkan uang pada ku. Terimakasih sebelumnya kak" Pamit Ibu dan menarik tangan ku keluar dari rumah besar itu.
Aku masih ingat jelas kejadian itu. Selalu menjadi saksi bisu dari susah nya hidup keluarga ku dulu. Bahkan keluarga besar kami sendiri tidak mau membantu kami, bagaimana dengan orang lain?
Untung saja masih ada orang baik di dunia ini. Akhirnya Ibu mendapat pinjaman uang untuk segera berangkat ke rumah Nenekku. Membawa adik ku yang berumur satu tahun kala itu berobat.
Aku mengintip dari balik pintu kamar. Kulihat tangis Ibu dalam pelukan Nenek. Mereka menangis menjadi-jadi dengan suara yang tertahan.
"Tuhan sangat menyayangi hidup mu nak. Kau harus kuat, semangat dan berjuang lah demi ketiga anak mu. Mereka masih terlalu kecil jika kau menyerah secepat ini" Ucap Nenek yang masih terdengar jelas ditelinga ku. Mengelus lembut puncak kepala putrinya.
"Pakailah uang ini dan bawa putra mu berobat. Kau tidak perlu memikirkan kapan kau harus mengembalikannya pada ibu. Kau bisa mengembalikannya saat kau sudah punya uang nanti sayang" Nenek menyedorkan uang ratusan pada ibu.
Ibu berjongkok di hadapan Nenek dengan adikku yang masih dalam gendongannya.
"Aku selalu menyusahkan mu Ibu. Harusnya aku yang memberi uang bukan meminta seperti ini" ibu menangi sendu. Tubuhnya gemetar menahan isakan.
"Kamu tidak perlu memikirkan hal itu putri ku. Pergilah dan bawa cucu ku berobat. Kau tidak perlu canggung, jika kau ada masalah datang lah pada Ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN I (TAMAT)
Teen Fiction"Apa yang bisa dibanggakan darimu?" "Kau itu hanya anak pembawa sial. Kau itu hanya beban keluarga ini. Memangnya siapa yang mengharapkan kau lahir? Sejak dulu, kau selalu merusak kebahagiaan rumah ini." "Aku harap kau segera menghilang dari muka bu...