Kita hanya perlu bersabar. Tidak membalas dendam buat mereka yang sangat membenci mu. Kita hanya manusia biasa, cukup Tuhan yang akan membalasnya~Hidden
💚Happy reading 💚
"Kak bisa aku meminjam uang pada mu? Anak ku sakit dan aku tidak mempunyai uang untuk membawanya berobat" Wanita paruh baya dengan seorang balita di sampingnya terduduk lesu, mengambil tempat di samping Ibu yang sedang melipat pakaian.
Wajah penuh harap itu menatap Ibu lekas. Begitu juga dengan balita itu, wajahnya pucat dan menelungkup di pangkuan Ibunya.
Ibu menatap nya sendu. "Kamu butuh berapa? Tanya Ibu. Wajah yang awalnya sendu berubah menjadi sedikit berbinar, walau belum tentu Ibu akan memberinya pinjaman.
"Seratus ribu saja kak" jawabannya cepat.
Ibu tersenyum kecil. Mengelus puncak kepala anak itu dan mengeluarkan dompet dari saku nya. memberi dua lembar ratusan ribu pada wanita paruh baya itu. "Bawalah Putra mu berobat"
Wanita itu tersenyum,air mata mengalir begitu saja.
Rasa haru, akhirnya ada yang mau membantunya. Sedari dia mencari pinjaman, berhubung suaminya masih di kota untuk mencari kerja.
Tapi tak seorang pun mau membantu nya, banyak orang berpikir kalau dirinya tidak bisa membayar utang nya kelak karena kondisi ekonomi keluarga nya.
Setelah wanita paruh baya itu pergi. Aku kembali melanjutkan langkah ku dengan ransel yang melekat di punggung ku.
Ini bukan jam sekolah, tapi aku berniat pergi keluar sekedar menenangkan hati dan pikiran ku.
"Cih!! Punya uang darimana untuk membantu orang lain?" Sinis ku pada Ibu.
Ibu menatapku lekat. "Hidup itu harus saling membantu Sha. Kamu udah makan sayang?" Tanya nya
"Ga usah mengalihkan pembicaraan. Aku nanya Mama punya uang darimana untuk membantu orang lain?"
"Mama ga ingat kalau Mama itu orang miskin? Mama juga ga ingat dengan kehidupan Mama dulu?"
Tanya ku penuh kesinisan, jujur aku kembali kesal seakan dejavu dengan kehidupan lama kami.
Teringat kejadian dulu, saat Mama meminjam uang untuk membawa adik berobat dan tak ada yang mau membantunya, mengingat itu saja membuat hatiku sakit.
Dan hal yang baru saja kulihat tadi, membuat pertanyaan muncul di benakku, kenapa Ibuku mempunyai hati setulus itu padahal hidupnya juga penuh kekurangan? Apa Ibu tidak ingat kejadian yang sama dulu,tetapi tidak ada yang mau membantunya?
"Diasha. Coba Diasha ingat, kalau dulu tidak ada orang baik yang mau membantu Mama mungkin adik mu tidak akan selamat nak. Mama masih bersyukur untuk kejadian itu." Ucap Mama sambil tersenyum.
"Dan yang Diasha lihat barusan,wanita itu butuh pertolongan untuk membawa anaknya berobat sama seperti Mama dulu."
" Tega kah Mama membiarkan nya? Andai kata anak itu tidak selamat karena keserakahan Mama, Mama ga akan bisa hidup tenang." Jelas Mama, berharap aku segera mengerti.
"Tapi kita itu orang miskin Ma. Kita juga hidup serba kekurangan."
"Menolong orang itu tidak harus menunggu kita sampai kaya Diasha. Apa sih yang kita cari di dunia ini? Hidup itu hanya sementara Nak, Tuhan kita akan membalasnya di Surga nanti, kita hanya perlu bersyukur dengan apa yang kita miliki."
"Lucu ya Ma. Orang kaya di luar sana memiliki sikap egois tapi rejeki mereka selalu berlimpah. Sedangkan kita? Orang rendahan yang selalu bersyukur, tapi di beri hidup yang serba kekurangan." Ucap ku. Mama menatap ku lekat, sembari menghentikan kegiatan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN I (TAMAT)
Teen Fiction"Apa yang bisa dibanggakan darimu?" "Kau itu hanya anak pembawa sial. Kau itu hanya beban keluarga ini. Memangnya siapa yang mengharapkan kau lahir? Sejak dulu, kau selalu merusak kebahagiaan rumah ini." "Aku harap kau segera menghilang dari muka bu...