Bagian 3_Luka itu?

2.9K 175 9
                                    

Belajar banyak hal dari sebuah kebohongan. Belajar menghargai siapa saja yang pernah menyakitimu. Mungkin tidak mudah tetapi keadaan semakin memaksa






"Tidurlah sekarang, Mama akan pulang sebentar lagi" Ucap ku sambil mengelus puncak kepala adik laki-laki ku.

Tadi aku langsung mengajak nya pulang. Hatiku sakit melihat adikku yang selalu menatapi mereka,ia tidak bisa memilikinya.

Kami bukan orang berada.

Matanya berbinar saat aku mengajaknya pulang tadi, sepertinya ia juga tidak nyaman berlama-lama disana.

Adikku biasanya bermain dengan teman-teman sekampung,ia begitu bahagia. Permainan yang sederhana tetapi selalu mengukir senyuman indah di bibirnya.

Tidak seperti tadi,dirinya hanya akan terdiam saat mereka sibuk bermain dan juga ikut tertawa saat mereka tertawa.

Walau ia tak mengerti sedikitpun.

23:10

"Kenapa kau membawa Frey pulang tanpa izin?" Aku menghentikan kegiatanku dari menulis. Menatap nanar ke sumber suara, Ayah memandangiku dengan seribu pertanyaan.

"Frey ngantuk tadi,jadi aku membawanya pulang. Aku tidak sempat izin tadi,kar___"

"Diasha JANGAN BERBOHONG" Papa menghentikan ucapanku dengan bentakan nyaring nya. "Saya tahu kamu tidak suka dengan keluarga saya  tetapi kamu tidak bisa membawa anak saya kedalam perbuatan yang salah itu."

"Apa yang keluarga saya perbuat padamu sampai-sampai kamu sangat membenci mereka? Ingat Diasha!! Saya akan sangat narah jika kamu mela____"

"Aku kasihan pada adikku. Salahkan perbuatan ku?  Akan lebih baik aku yang merasakan sakit itu daripada adikku yang belum tahu apa-apa. Mengertilah,Pa.... MEREKA adalah orang-orang JAHAT dan tidak punya hati"

Dengan lancang aku berani mengungkapkan kebencian ku, lagi dan lagi.

"Diasha!!" Papa mengangkat tangannya hendak menamparku namun segera di tahan oleh Ibu. "Sudahlah kenapa kau memperbesar masalah kecil ini" Ucap Mama melerai.

"Masalah kecil kau bilang?" Papa beralih menatap Mama dengan mata yang memerah menahan emosi. "Aku tidak tahu kenapa anak ini terlahir menjadi seorang yang pembangkang. Kau ajari anak ini attitude jangan sampai saya kebablasan untuk membunuhnya"

Ayah,ia selalu seperti ini. Aku sudah biasa,jika ia marah ia selalu Ingin membunuhku. Entahlah hanya sebuah kata-kata atau memang keinginan.

"Apa kau bangga dengan yang kau lakukan? Kau pikir hal itu sebuah kebanggaan dan kehebatan?" Sarkas Ayah, tangannya mengepal kuat.

"Kau ingin mendapat acungan jempol atas karya yang kau lakukan? IYA!" Suara itu semakin mengintruksi.

"Diasha minta maaf pada Papa nak" Pinta Ibu. Masalah ini akan semakin menjadi-jadi. Satu hal yang perlu kalian tahu 'AYAH TIDAK PERNAH MAU KALAH"

"Aku minta maaf"

"PERGI kau!! Jangan pernah tunjukan wajahmu didepan ku" Usir Ayah. Aku hanya menatapnya sekilas kemudian menatap Ibu yang berada di sampingnya.

Tatapan sendu dari Ibu membuatku merasa bersalah, memberi isyarat agar aku segera pergi dari hadapan ayah.

Dengan begitu aku langsung pergi.

"Tenang kan hati mu. Kenapa kau sangat emosional pada nya" Nasehat Ibu pada Ayah.

"Diam kau!! Sifat anak itu menjadi buruk seperti ini pasti karena mu,KARENA KELUARGA MU" Tekan Ayah.  Ayah selalu membawa-bawa nama keluarga dari Ibu seakan keluarganya adalah pengaruh terbaik.

HIDDEN I (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang