Bagian 8_ Hari berlalu

1.2K 112 4
                                    

Aku pernah bermimpi untuk hidup yang indah. Prestasi, rupawan dan dikagumi banyak orang. Membangun sebuah istana tempat mereka yang ku sayangi tinggal,tapi aku kembali terbangun bahwa semua itu hanyalah mimpi~Hidden

          💚   Happy reading 💚






"Putri ku mengikuti lomba cerdas cermat di sekolah nya,Ia Perwakilan dari sekolah. Aku sangat bangga dengan nya" Ucap Pria paruh baya, bercerita pada Ayah ku.

Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh. Waktu yang biasa ku gunakan untuk berangkat sekolah akhir-akhir ini.

Ayah sedang mengurusi motornya di depan rumah. Begitu juga dengan Ibu yang menyuapi adik makan.

Biasanya jam segini Ayah belum bangun atau bahkan sudah pergi ke ladang. Tapi kali ini tidak, kupikir Ayah akan mengantarkan Adik ku ke sekolah.

Begitu juga dengan Kakak yang hanya pulang sekali seminggu ke rumah. Kakak memilih ngekost agar lebih dekat dengan kampus nya.

Eh ralat!! Tidak mungkin juga bukan jika ia harus pulang pergi dari kampung?

Sangat jauh memakan waktu 6 jam, Kakak akan terlambat nanti.

Tapi yang membuatku heran, kenapa Kakak harus pulang seminggu sekali? Bukankah hal itu memakan biaya untuk ongkos pulang balik? Atau bahkan menghabiskan waktu dan tenaga.

Ah apa urusan ku juga, Ayah tidak akan merasa rugi uang nya keluar demi putri kesayangannya.

Aku juga berpikir Ayah yang menyuruhnya untuk pulang setiap Minggu. Ku tahu Ayah tidak bisa hidup tanpa putrinya itu.

"Benarkah? Kau sangat beruntung mempunyai putri yang sangat pintar" Puji Ayah.

Ini pertama kalinya ku dengar Ayah memuji anak orang lain.  Tidak untuk ku, jangankan pujian; Ayah hanya akan menghina ku.  Tapi untuk apa juga aku berharap? apalagi tidak ada yang bisa di banggakan dari ku.

"Tapi aku memikirkan berapa biaya yang harus kukeluarkan  padanya. Aku tidak mau Putri ku malu di kota nanti" sambung Pria itu.

Aku sangat heran kenapa orang-orang di kampung sangat hobby menceritakan segalanya tentang kebahagiaan nya atau bahkan kehebatan anak-anaknya.

Untuk pamer? Kenapa aku jadi overthinking begini? Apa aku cemburu? Cemburu karena tak ada satupun yang pernah memuji ku?

Bahkan jika aku yang ada dalam posisi itu,aku pasti sangat senang mendapatkan pujian.

"Apa yang kau pikirkan. Demi pendidikan anak semua harus kita korbankan. Tidak peduli habis berapa pun itu, asalkan anak kita bisa mencapai impiannya."

"Apalagi cerdas cermat itu sudah di biayai dari sekolah. Kau hanya perlu memberi putri mu uang saku" Nasihat Ayah dan mengakhiri pekerjaannya.

Kalian tau apa yang ku pikirkan saat ini? Ya, kalian benar. Ayah ku sangat bijak dengan kata-katanya. Tapi ucapan itu tidak berlaku padaku, itu hanya untuk kakak dan adik ku saja.

Ku tahu Ayah juga menyekolahkan ku. Apalagi aku tidak membutuhkan apa-apa,aku juga tidak pernah ikut lomba cerdas cermat seperti itu, jadi Ayah tidak butuh mengeluarkan uang demi aku.

Tapi kata Ayah tadi "demi  pendidikan anak semua harus kita korbankan. Tidak peduli habis berapa pun itu, asalkan anak kita bisa mencapai impiannya" Ayah selalu mengatakan kalau aku anak yang tidak bisa membanggakan Nya,aku bodoh dan tidak berguna tapi setidaknya tidak bisakah Ayah menyekolahkan ku di tempat yang lebih bagus lagi?

Bukannya aku tidak bersyukur tapi aku sakit hati mendengar penuturan Ayah tadi.

Tidak harus di sekolah Kakakku, tapi aku mau di sekolah yang lebih baik lagi. Aku tau bukan sekolah yang menentukan kita sukses tapi kemauan diri kita sendiri, tapi aku juga manusia biasa.

HIDDEN I (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang