YOUR MY HOPE [END]

Part 47

Votement jangan lupa!

{~•~•~}

Akhirnya hari ini tiba, hari yang sora tunggu-tunggu untuk kembali ke negaranya. Sudah bersiap untuk bertemu dengan suaminya, ayah, abang dan teman-temannya disana yang bisa dibilang tidak tahu sama sekali bahwa sora akan pulang hari ini.

“Hati-hati ya ra, kalau udah sampe kabarin biar kakak ga khawatir.” peringat yoora sebelum sora masuk kedalam bandara. Sora mengangguk, “Iya kakak ku sayang.” ucap sora sudah menarik kopernya dan berjalan meninggalkan yoora begitu saja. Tapi langkah nya terhenti, sora membalik badannya berjalan mendekati yoora meninggalkan kopernya yang berdiri disana.

Sora mendekat kearah yoora, mengukir senyuman di bibirnya yang membuat yoora ikut tersenyum. Sora langsung memeluk yoora, “Makasih ka… makasih banyak.” ucap sora. Yoora mengangguk disana lalu melepas pelukan sora. “Baik-baik ya disana, mawar sama salam dari kakak jangan lupa.” ucap yoora sebelum sora benar-benar masuk kedalam bandara.

Sora berjalan sendirian menuju pesawat. Ralat, berdua dengan anaknya. Sedari tadi tangan kanannya tidak lepas dari perutnya sendiri. Sora duduk didalam pesawat, memilih untuk duduk dari kursi yang jauh dari jendela karena ia sangat takut ketinggian. Sora menarik nafasnya, tersenyum mengelus perutnya lagi dan menatapnya, “Kita pulang de…”

…

Seperti hari biasanya, dipagi hari sampai sore hoseok sibuk dengan laptop, tumpukan map dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pekerjaan. Selama berjam-jam hoseok memfokuskan pandangannya pada layar laptop. Tidak dengan alasan yang biasanya, kali ini hoseok mencoba mempercepat pekerjaanya agar bisa dengan segera keluar kota dan mulai mencari sora. Hoseok melirik bingkai foto yang terpajang dimeja kerjanya sejak dua minggu lalu. Seolah istrinya sedang tersenyum padanya yang sedang bekerja. Dengan sengaja hoseok mencetak satu foto sora yang ia ambil saat mereka berlibur di jeju.

Setelah memperhatikan foto sora hoseok sedikit melirik lukisan yang terpajang dibelakangnya. Lukisan yang ia beli di perancis saat ia dan eunbi juga pergi berlibur bersama. Hoseok masih tersenyum mengingat perempuan itu. Meskipun ia sekarang tidak tahu pasti dimana eunbi. Terakhir kali hoseok mengirimi pesan eunbi sekitar satu bulan lalu dan sekarang ia mencoba untuk berhenti. Berusaha untuk menjadikan sora satu-satunya yang ia cintai seutuhnya, yang ia prioritaskan dan yang menjadi dunianya saat ini.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Cahaya matahari sudah tergantikan dengan cahaya bulan dan juga bintang. Hoseok melirik jam dan menutup laptopnya. Menyandarkan dan meregangkan badan yang terasa pegal karena sedari tadi hanya duduk dikursi kerjanya. Hoseok berdiri berjalan mendekat ke kulkas kecil yang ada diruangannya untuk mengambil minum. Setelah itu hoseok berjalan menarik koper yang sudah ia isi dengan keperluannya beberapa minggu kedepan diluar kota.Hoseok membuka kopernya untuk mengecek lagi. Ia tidak mau ada yang tertinggal karena besok ia harus berangkat pagi-pagi sekali.

Hoseok mengerutkan kening menatap isi koper lalu menepuk jidatnya. Ia melupakan sesuatu, berkas penting dan satu lagi yang tak kalah penting. Bunga mawar milik sora. Hoseok bangun dari kursi mencari kunci mobilnya dan bergegas keluar untuk mengambil berkas dan mawar yang tertinggal dirumah.

…

Perjalanan delapan jam lebih dipesawat tidak terasa karena sora memilih untuk tidur. Hingga sekarang ia duduk didalam taxi menuju rumah bundanya. Selama perjalanan sora menggengam mawar ungu kesukaan bundanya yang ia beli di rusia.
“Tunggu sebentar ya pak.” ucap sora pada supir taxi sebelum ia turun dan masuk kedalam pemakaman tempat terakhir bundanya.

Senyuman benar-benar tidak lepas dari bibir sora. Dari awal berangkat sora memang sudah berniat akan menemui bundanya dulu sebelum kembali kerumah. Sora berusaha untuk sedikit menunduk saat sudah didepan makan bundanya. Perutnya yang sudah membesar sangat tidak memungkinkan sora untuk berjongkok.