####Lelaki itu sangat terkejut melihat wanita yang kini berada di depannya. Bahkan sejak tadi matanya terus saja melotot dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. Naira tersenyum. "Halo, Pak."
Hariz mengangguk. Dengan susah payah ia lalu mencoba menetralkan ekspresinya. "Kamu di sini?"
Naira mengangguk. "Kata Mama, Nai harus ke butik Bibi Sarah, tapi ternyata Pak Hariz juga di sini." Hariz mengangguk paham. "Ya sudah, Nai duluan masuk ya, Pak." Lelaki itu kembali mengangguk. Rasanya Hariz sekarang kehabisan stok kata-kata dalam otaknya sehingga apapun yang Naira katakan hanya dibalas dengan anggukan semata.
Hariz menoleh ke arah kaca mobilnya. Tidak masalah dengan penampilannya saat ini, hanyalah setelan kemeja abu-abu gelap dengan dasi biru tua dengan celana panjang hitam. Ia menggulung lengan kemeja itu sampai ke sikunya lalu menghela napas dan langsung memasuki butik besar itu. "Saya pernah mendengar tentang butik ini, tapi ternyata apa yang saya dengar dengan kenyataannya jauh berbeda. Ini bukan butik, tapi lebih disebut mall." batinnya.
"Pak Hariz?" tanya pelayan resepsionis. Hariz menoleh. "Iya saya sendiri."
"Pak Hariz sudah ditunggu di lobi pakaian pengantin. Silahkan ikuti peta ini." Resepsionis itupun lalu memberikan peta mall kepada Hariz. Lelaki itu menerimanya dengan sedikit terkejut. "Bahkan dibuatkan lengkap dengan petanya, sungguh mengejutkan."
Sambil mengikuti peta, sesekali Hariz menatap setiap sudut dalam butik yang dia sebut mall itu. Ia mendengar bahwa pemilik butik ini adalah adik ipar dari Pak Rivan. Keluarga mereka memang sungguh luar biasa. Hariz menunduk. Apakah ini hanya perasaannya atau memang dirinya sudah merasa gugup jika berada di dekat Naira?
Ia tidak bisa menampakkan sikapnya yang seperti ini di depan Naira. Jika Naira saja bersikap biasa, lalu mengata ia tidak melakukan hal demikian? "Kau sudah cukup dewasa untuk memahami semuanya ini, Hariz!" ucap batinnya sebagai tamparan kenyataan.
"Dengan Dr. Hariz?" tanya salah satu pelayan. Hariz mengangguk. Sungguh mengejutkan mengetahui bahwa pelayanpun sudah mengenal dirinya di sini.
"Oke, Dr. Ruangan baju kalian ada di sebelah sini." Pelayan itu menunjuk ruangan di sebelahnya. Tanpa berkata apa-apa Hariz kembali mengangguk dan mengikuti arahan si Pelayan. Tepat saat ia memasuki ruangan tersebut, ia langsung melihat Naira yang masih melihat-lihat model baju.
Dalam ruangan tersebut terdapat 5 rak baju, 3 diantara adalah rak baju pengantin wanita dan 2 sisanya adalah rak setelan jas untuk pengantin pria. Naira menoleh. "Pak Hariz kok lama banget?"
"Saya hanya terkesan dengan butik ini." Naira mengangguk paham. "Begitu ya."
"Ngomong-ngomong itu baju yang bagus," sahut Hariz. Wajahnya kini sudah terlihat normal dari sebelumnya. Sepertinya selain menjadi dokter Hariz juga punya bakat di bagian akting.
"Ini?" Naira menatap baju di genggamannya. "Baiklah, sepertinya baju ini yang aku pilih."
"Saya hanya menyukai baju itu, kalau kamu tidak suka kamu bisa mencari baju yang lain."
Naira menggeleng. "Itu tidak perlu, Pak. Lagian dari awal aku juga udah suka sama baju ini. Makasih ya." Hariz kembali menatap senyuman itu. Rasanya jantungnya kembali beraksi membuat lelaki itu memilih untuk berjalan mendekati rak pakaian pria.
Naira menatap Pak Hariz yang berjalan menjauh. "Apa Pak Hariz terpaksa dengan semua ini?" batinnya. Bahkan untuk mengangguk sekalipun Hariz tidak melakukannya.
"Apakah Naira terpaksa melakukan semua ini?" Pertanyaan yang sampai sekarang belum bisa dipecahkan oleh Hariz. Entah bagaimana, tapi setiap ia bertemu dengan Naira ia merasa bahwa keputusan Naira menerima semua ini karena hanya ingin menghormatinya. Dan Hariz tidak ingin dengan kenyataan itu. Yang ia inginkan bahwa Naira akan menerimanya tulus karena ingin meraih bahagia bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]
RomanceNEW COVER! [Sequel Ketika Hati Berucap] (Completed - Belum revisi) [PLAGIAT SILAHKAN MENJAUH🚷] Wajah kita sama, fisik kita sama, bahkan cara kita berbicara juga sama. Itulah kita, saudara kembar yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kecukup...