####Sesuatu kini mengganggu pikiran seorang lelaki yang tengah berdiri di bawah langit yang dipenuhi bintang. Entah bagaimana, tetapi pikirannya menjadi sangat kacau sejak satu minggu terakhir bahkan sampai sekarang. "Apakah ini yang dirasakan Naira ketika aku memutuskan untuk menikahi Khaira?"
Zein mengepal tangannya. "Jadi dia ingin balas dendam padaku? Aku tau kau tidak mencintai Hariz Naira karena di hatimu hanya akan ada aku seorang!" Lelaki itu menutup matanya. Mencoba menghela napas dan memikirkan cara untuk mendapatkan Naira kembali.
Tapi satu dilema yang ia rasakan. Ia memang mencintai Naira, tetapi ia tidak bisa melihat Khaira tersakiti olehnya. Apa wanita itu berhak tau tentang perasaannya pada Naira?
Zein terkejut dengan tepukan di pundaknya. Lelaki itu menoleh. "Kamu belum tidur?"
Khaira dengan tersenyum. "Kalau Kak Zein di sini sendirian, mana bisa aku tidur. Oh iya langitnya bagus banget ya, Kak!" Khaira tersenyum lebar menatap taburan bintang yang nampak begitu indah terpasang di langit malam. Zein mengiyakan perkataannya.
Khaira menunduk. "Apa ada satu hal yang mengganggu pikiran Kak Zein?" tanyanya dengan ragu.
Zein menatap Khaira, jika ia boleh jujur semua yang terjadi inilah yang telah mengganggunya. Namun, lelaki itu menggeleng pelan. "Enggak kok. Di sini dingin, nanti kamu sakit." Zein langsung berjalan meninggalkan Khaira.
Sedangkan wanita itu masih terdiam di tempat. Ia nampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu yang menjadi penghalangnya. Khaira menoleh ke arah Zein yang semakin menjauhinya. "Ka ..." Khaira tidak melanjutkan panggilannya dan tetap memilih diam di tempat.
Sampai sesuatu menggenggam tangannya lalu berkata, "Sudah kukatakan, di sini dingin nanti kamu sakit." Zein lalu menarik tangan Khaira untuk mengikutinya. Wanita itu masih diam menatap punggung lelaki yang kini berjalan tepat di depannya dan kemudian tersenyum.
****
Jam 5 lewat 30 menit ....
Bukannya sepi, rumah dari Tuan CEO itu kini ramai dengan kerumunan di lantai bawah. Ada yang sedang menggulung tikar, tidak dalam artian bangkrut ya. Ada yang memasang kain-kain dengan warna cantik yang menutupi dinding rumah.
Sofa-sofa yang berada di ruang tamu kini dipindahkan langsung ke dalam gudang. Semua barang-barang yang berada di ruang tamu langsung dipindahkan membuat ruang tamu dan ruang utama terlihat begitu luas.
Berbeda dengan di lantai pertama, kini di lantai dua juga sedang dihiasi, hanya saja barang-barang yang ada di sana tidak dipindahkan. Masih berada di lantai dua, kini di kamar Naira sudah ada Aisyah, perias make up pengantin dan juga Naira tentunya.
Naira merasa matanya begitu berat saat ini, bukan karena mengantuk hanya saja bulu mata palsu yang dipasangkan oleh si perias wanita itu begitu berat. Padahal bulu mata asli milik Naira sudah lentik. "Coba buka matanya, Dek?"
Naira menurut wanita itu perlahan membuka matanya. Naira terkejut menatap wajahnya pada pantulan cermin. Di pikirannya saat di make up seperti ini ia akan terlihat menggunakan topeng, tapi rupanya wajahnya masih terlihat natural untuk make up pengantin. Wanita itu tersenyum.
"Masyaallah! Anak mama cantik banget!" Aisyah memegang kedua pundak Naira dengan tersenyum bahagia. Saking bahagianya membuat wanita usia kepala 3 itu mengusap air matanya.
"Mama kok nangis sih?"
"Ini air mata kebahagiaan, Sayang. Kedua anak mama sekarang sudah mengambil langkah baru dalam hidupnya. Padahal seingat mama baru kemarin mama gendong kalian." Naira berdiri dan langsung memeluk Aisyah. "Nai sayang Mamah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]
RomanceNEW COVER! [Sequel Ketika Hati Berucap] (Completed - Belum revisi) [PLAGIAT SILAHKAN MENJAUH🚷] Wajah kita sama, fisik kita sama, bahkan cara kita berbicara juga sama. Itulah kita, saudara kembar yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kecukup...