Chap. 1

3.4K 241 9
                                    

"Pertemuan tanpa tatapan"

####

Pukul 11 lewat terik matahari diatas bumi kampus begitu cerah, saking cerahnya sampai membuat kulit terasa mendidih. Di waktu seperti ini, sangat cocok jika meminum minuman dingin dan segar. Seperti lemon teh dingin yang sedang di seruput oleh wanita berkhimar dengan paras cantik ini.
"Wah benar-benar segar, Nai!" Khaira seakan mendapat energi baru setelah menyeruput lemon teh pesanannya.

Naira hanya membalas dengan senyuman manisnya, lalu kemudian menyeruput teh dingin pesanannya.

"Gimana proposalmu?" tanya Naira.

"Alhamdulillah sih, walau harus kumpul ama si dosen galak tuh!" Naira terkekeh pelan melihat ekspresi saudara kembarnya. Melihat dia cemberut seperti itu benar-benar menggemaskan.

"Kenapa? Emang kamu di omelin lagi?"

"Iya, Nai. Padahal cuma salah beberapa kata, eh aku diomelin habis-habisan" Khaira lalu kembali menyeruput minumannya.

"Tapi'kan sekarang proposalmu udah diterima, bersyukur aja lah, Ra"

Khaira mengangguk pelan, omongan Naira emang benar. Apapun yang terjadi tentu harus selalu disyukuri. Apalagi ini menyangkut proposal nya. Untung-untung cuma diomelin ama si dosen, kalau diomelin terus proposal nya di tolak, gimana? Kan barabe.

"Eh tapikan, Nai. Kalau di lihat-lihat sih tuh dosen lumayan tampan juga. Mana masih muda lagi" Naira mengkerutkan alisnya, menatap Khaira dengan penuh tanda tanya, "beneran?" tanyanya.

"Beneran, dari informasi yang aku dapat nih, tuh dosen umurnya baru 28 tahun, Nai!" Sahut Khaira dengan mata yang berbinar.

Naira menganguk, "oh gitu"

"Gitu aja responnya?" Naira mengangguk dengan wajah polosnya.

"Yaelah, Nai. Kamu kok nggak pekaan banget sih" Lagi-lagi Naira mengkerutkan alisnya, "maksudnya?"

Khaira menghela nafas kasar, saudara kembarnya yang satu ini memang begitu polos, "Udah deh, lupakan aja. Oh iya kamu masih ada kelas sebentar?"

Naira menatap jam tangan cokelat kecil dipergelangan tangannya, beberapa menit lagi waktu dhuhur. "Sepertinya untuk sekarang enggak, Ra. Okelah, hampir dzuhur, Nai duluan ya!" Naira beranjak dari duduknya.
Setelah mendapat anggukan dari saudaranya Naira lalu berjalan meninggalkan kantin kampus.

Waktu dzuhur telah tiba, Naira kini melangkahkan kakinya menuju mushola kampus. Berhubungan saudara cantiknya Khaira sedang berhalangan, jadi ia harus pergi sendirian menunaikan kewajibannya sebagai muslim.

Setelah berwudhu, Naira kemudian memakai kaus kaki bermotif bunga-bunga miliknya, lalu berjalan memasuki mushola yang lumayan luas atau mungkin bisa disebut Masjid.

Dengan suara lantang seseorang mengumandangkan azan dzuhur. Naira terkejut, entah apa yang membuatnya begitu tersentuh mendengar setiap lantunan azan yang terdengar begitu merdu ditelinga.

Tanpa sadar suatu tarikan membentuk sabit terukir cantik di wajah Naira. Bahkan ia tak henti-hentinya mengucap 'MasyaAllah' didalam hatinya.

"Assalamualaikum warahmatullah..." Naira menutup solatnya dengan membaca istighfar dan shalawat nabi.

Kelasnya akan di mulai setengah jam lagi, ia pun menyempatkan waktunya untuk membaca beberapa lembar Al-Qur'an.

RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang