####
Cuaca benar-benar sedang tak bersahabat sekarang. Seperti suasana hati seseorang yang masih mendung akan sesuatu yang telah terjadi beberapa jam yang lalu.
Naira masih terdiam menatap kolam ikan yang berada didepannya. Ia memasukkan setengah dari kakinya kedalam kolam yang berisikan begitu banyak ikan hias. Sudah setengah jam ia terus saja termenung di taman belakang rumah. Namum yang ia lakukan hanyalah diam tak bersuara, kecuali dalam pikirannya yang begitu kacau.
"Sebenarnya apa yang telah terjadi, Nai?" tanya Khaira.
Khaira beberapa kali menanyakan keadaannya tapi Naira hanya menggeleng pelan tanpa suara. Ia tak akan mengatakan bahwa dia baik-baik saja karena sebenarnya ia begitu tidak baik-baik saja. Ia tak akan berbohong, jadi menggeleng adalah pilihan terbaik.
"Kak, hewan-hewan apa yang punya banyak uang?" tanya Raihan mencoba memberikan lelucon.
Naira terdiam.
"Ber-uang! Hewan yang punya banyak uang itu Beruang kak!"
Krik krik krik
Naira hanya melirik sepintas kearah Raihan lalu kembali meluruskan pandangannya. Sungguh Raihan merasa tidak enak saat ini. Lelucon dari Dimas memang tak berguna. Tapi ia berpikir saat Dimas memberikan lelucon itu ia langsung tertawa. Tapi mengapa kakaknya tidak tertawa?
Raihan yang sedari tadi memberikan lelucon demi membuat Naira tertawa pun tidak berhasil. Rivan masih berada dikantor sekarang. Jika ia melihat keadaan putrinya seperti ini pasti ia akan bertindak.
Raihan dan Khaira masih bersandar di dinding pintu belakang, tepat didepannya Naira masih duduk membelakangi mereka berdua.
Raihan melirik Khaira, "Gimana nih, Kak?"
Khaira menggeleng tak tau. Jika saja ia tau masalah utama dari tingkah aneh Naira ini pasti Khaira akan segera bertindak. Namun bertindak juga percuma kalau setiap ia menanyakannya pada Naira, gadis itu hanya diam terus.
"Kalau cuaca kayak gini pasti Mama bakal lama dirumah Eyang," sahut Raihan.
"Papa juga. Pasti mereka bakal pulang terlambat," timpal Khaira.
Naira mulai berdiri, membuat Raihan dan Khaira sontak melihat pergerakan Naira.
Perlahan Naira melangkah menuju taman belakang yang sedang diguyur oleh hujan deras. Membuat Khaira mencoba menahan Naira.
"Nai kamu bisa kehujanan!" teriaknya mencoba mencegah Naira. Ia kemudian memegang erat lengan kembarannya itu. Naira meronta ingin dilepaskan.
"Lepasin, Ra!"
"Kak, kalau Kakak kehujanan nanti Kakak sakit lagi!" tambah Raihan. Ia kini bingung dengan sikap Naira yang terlihat begitu kekanak-kanakan.
"Biarin aja!!"
Dengan paksa Khaira kembali menarik kasar lengan kembaran nya, "Kau itu kenapa Naira, hah?! Kau tau kalau kau sakit Papa dan Bunda pasti akan sedih!! Terutama Papa! Apa tidak ada sedikitpun terpintas diotakmu kalau saat ini kau begitu EGOIS!!!"
Naira mendunduk. Bentakan dari Khaira sukses membuatnya menangis. Bahkan Raihan saat ini tidak tau harus bersikap apa lagi saat melihat kedua kakaknya sedang bertengkar.
"Kami sudah mencoba segalanya untuk membuatmu kembali bahagia namun yang kau lakukan hanyalah diam!! Diam terus!! Bagaimana aku bisa membantumu menyelesaikan masalah kalau yang kau lakukan hanyalah DIAM! Kau begitu egois Naira ... Kau egois!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]
RomanceNEW COVER! [Sequel Ketika Hati Berucap] (Completed - Belum revisi) [PLAGIAT SILAHKAN MENJAUH🚷] Wajah kita sama, fisik kita sama, bahkan cara kita berbicara juga sama. Itulah kita, saudara kembar yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kecukup...