"Sakit"####
Setelah solat isya berjama'ah, Naira izin untuk masuk kekamarnya. Malam ini pasti akan menjadi malam yang panjang untuknya. Sebab ia harus menyelesaikan proposalnya untuk besok.
Tinggal dua semester masa kuliahnya dan setelah itu masa yang akan dinanti-nanti yaitu wisuda. Naira sungguh menunggu hari itu tiba. Namun sekarang tugas telah memanggilnya.
"Ya Allah, tugas masih banyak, semoga aku nggak akan begadang lagi" Naira menatap nanar tumpukan kertas yang berserakan di kamarnya.
Ia takut jika saja ia akan begadang lagi. Pernah sekali ia begadang sebab menonton film kesukaanya sampai lewat jam 12, dan itu menyebabkan ia demam selama 3 hari. Bisa bayangkan bagaimana kekhawatiran Papanya?
Naira tidak diperbolehkan kekampus selama 2 minggu. Sementara Naira hanya demam selama 3 hari dan Rivan juga memanggil dokter spesialis untuk memeriksa keadaan Naira setiap hari. Jadi kesimpulannya dokter spesialis memeriksa Naira selama 14 hari berturut-turut.
Naira akui, Papanya itu memanglah sosok yang sangat super protektif. Dan itu membuat Naira tidak pernah lagi begadang malam. Bukan takut dengan demamnya tetapi ia takut dengan keprotektifan Papanya.
Tapi ia beruntung bisa memiliki Papa yang hebat, lucu, dan romantis seperti Rivan. Karena seprotektif-protektifnya Rivan, itu adalah caranya untuk menunjukkan betapa sayangnya ia pada Anak-anaknya.
"Oke! Mari kita kerjakan!!" Naira menyemangati dirinya sendiri. Lalu memulai untuk mengerjakan proposal nya.
Tok!!
Terdengar suara ketika pintu sebanyak 3 kali terulang di pintu kamar Naira. Membuat fokus sang pemilik kamar teralihkan.
"Buka aja, nggak kekunci kok!" Naira sedikit menaikkan nada suaranya.
Pintu perlahan terbuka, terlihat Khaira yang muncul dari balik pintu tersebut, "Ngerjain proposal?" tanyanya dengan setoples kripik ubi di tangannya.
Naira yang mengangguk pelan sebagai jawaban, sementara pandangannya terus kearah leptopnya. Ia hanya tidak ingin menyia-nyiakan waktu malamnya untuk mengobrol, karena malam ini ia harus menyelesaikan proposalnya tepat jam 10 malam. Tenang saja sekarang masih jam kurang lebih jam 9 kurang 5 menit.
"What!! Ini udah hampir jam sembilan. Padahal baru tadi deh aku solat isya, kok waktu cepat banget ya" Naira melepas kacamata antiradiasinya.
"Mau dibantuin, nggak?"
"Nggak usah, Ra. Nai harus selesaikan ini malam ini juga. Nai nggak mau ngecewain Pak Hariz kalau Nai minta bantuan dengan orang lain" Naira kembali memasang kacamata antiradiasinya, lalu melanjutkan kembali aktivitasnya.
Khaira menggeleng heran, ia kembali memakan kripiknya, "Yaudah. Tapi inget jangan sampai begadang. Kamu tau kan bagaimana kalau Papa sampai tau kamu demam lagi gara-gara begadang?" Untuk kedua kalinya Naira mengangguk tanpa menoleh kearah Khaira.
Khaira lalu menutup pintu kamar Naira, lalu berjalan menuju ruang keluarga untuk menikmati acara tv nya.
Namun sayangnya rencananya kembali gagal saat melihat kedua lelaki tercintanya, siapa lagi kalau bukan Papanya dan Adik tertampannya yang sudah duduk cantik didepan layar televisi yang sedang menayangkan pertandingan bola.
"Ya Allah kuatkanlah hati Hambamu ini" gumam Khaira namun terdengar meringis mengingat film kesukaannya sudah dimulai sejak tadi. Ia jadi menyesal meninggalkan ruang tv.
KAMU SEDANG MEMBACA
RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]
RomanceNEW COVER! [Sequel Ketika Hati Berucap] (Completed - Belum revisi) [PLAGIAT SILAHKAN MENJAUH🚷] Wajah kita sama, fisik kita sama, bahkan cara kita berbicara juga sama. Itulah kita, saudara kembar yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kecukup...