Chap. 21

1.1K 123 16
                                    

####

5 bulan berlalu semenjak acara wisuda itu, dan kabar kak Zein selama 5 bulan silam telah menghilang dari hidup Naira maupun Khaira. Kata Papanya Kak Zein sekarang masih merintis karirnya sebagai penerus perusahaan keluarga.

Naira juga mengetahui kabar pensiunnya Pak Anggapradesta dari jabatannya. Dan otomatis Kak Zein lah yang berkewajiban untuk meneruskan itu.

Di hari libur ini, Naira mengisi kegiatannya dengan duduk diam di kursi panjang di taman kota. Mungkin karena libur jadinya ramai orang yang juga menikmati pemandangan taman. Sedangkan Khaira, kembaran nya itu kini bersama Mamanya berkunjung ke rumah Eyang.

Dari pada ia menetap di rumah sendirian, karena Raihan sekarang pergi berkunjung ke rumah temannya. Rasanya taman memanglah tempat yang bagus untuk berdiam diri.

Naira menghela nafas pelan, walau suasananya sudah sangat berbeda. Namun, perasaannya ini masih sama dengan yang dulu. Tidak bisa ia pungkiri bahwa ia masih menaruh harapan pada lelaki yang sudah lama hilang kabarnya itu.

Ekor mata Naira menangkap dua pasangan yang sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Naira sedikit menoleh. "Bu Salsa?"
Naira kembali mengerutkan alisnya saat melihat dosennya itu sedang memeluk mesra lengan lelaki tinggi di sampingnya. "Itu cowo yang sama yang ada di hp Khaira!"

Tanpa berpikir panjang Naira lalu beranjak mendekati Bu Salsa. Bukanlah pertanda baik jika seorang wanita yang sudah bertunangan dengan pria lain malah jalan bersama pria yang lain lagi. Ia bukannya ingin membela Pak Hariz, tetapi ia sedang membela kebenaran.

"Bu Salsa? Ngapain di sini?" tanya Naira. Sekilas ia melirik lelaki tinggi berkulit gelap itu.

Dosen wanita tersebut nampak terkejut melihat kedatangan Naira. Ia tidak memperhitungkan untuk bertemu dengan asisten tunangannya ini. "Emangnya taman ini punya nenek kamu? Semua orang juga bisa berada di taman ini!"

Naira melipat tangannya. "Lalu siapa lelaki ini? Bukannya Bu Salsa udah punya tunangan ya?"

"Khaira! Jaga omongan kamu! D-dia ini ...."

"Saya Satria, pacarnya Salsa." Bu Salsa lalu menatap lelaki yang mengaku kekasihnya itu. "Kok di kasih tau sih, Yang!" ujar Bu Salsa dengan memukul pelan lengan Satria.

Naira terkejut. Namun, berusaha mungkin wanita itu untuk tetap tenang. Tetapi sepertinya kini Bu Salsa mengira dirinya adalah Khaira. Rasanya ingin sekali tertawa saat ini, ternyata memiliki saudara kembar bisa menguntungkan juga.

"Oowh jadi seperti itu. Aku pikir Bu Salsa udah jadi tu-"

"Kita pergi makan yuk, Sayang. Di taman udaranya panas banget." Bu Salsa lalu menarik lengan Satria tanpa membiarkan Naira melanjutkan ucapannya.

Nara terdiam melihat sepasang kekasih gelap itu menjauh. Ia merogok ponsel dalam tasnya.

Cenkrek!

"Mungkin ini saatnya aku memberitahukan ini semua pada Pak Hariz. Bukan berarti aku peduli sama Dosen galak itu, cuma aku tidak suka lihat seseorang di sakiti oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab!" gumamnya.

****

Hari yang benar-benar sangat melelahkan. Di pagi hari, lelaki itu sudah di sulitkan dengan macet. Siangnya ia terlambat masuk rapat dosen, dan sekarang ia harus memeriksa proposal mahasiswa yang mereka berikan padanya kemarin.

Rasanya tulang-tulang punggungnya sudah remuk sekarang. Jangan lupa dengan ocehan seorang wanita yang selalu mengisi ruangannya. Bagaimana ia bisa konsentrasi memeriksa proposal mahasiswa jika wanita di depannya ini selalu berceloteh layaknya rumus keliling persegi panjang. 2 × (p + l) yang jika di artikan sebagai dua kali cerita yang sangat panjang tanpa henti, dan dua kali lebar cerita yang tidak berujung.

RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang