Chap. 9

1.3K 145 4
                                    

####


Naira baru keluar dari kelasnya. Dengan tumpukan kertas yang berada di pelukannya ia berjalan menuju ruang Pak Hariz. Tentunya untuk mengumpul semua proposal ini.

Sungguh suasana hati Naira siang ini sangatlah berbeda dari hari-hari sebelumnya. Apalagi setiap mengingat kejadian semalam.

"PAPA KAK KHAIRA SUKA AMA KAK ZEIN!!"

"APA?!"

"Iya Pa suwer. Abisnya Kak Khaira setiap lihat Kak zein selalu senyum-senyum sendiri"

"Apaan sih, Rai sok tau deh. Enggak Pa, Rai aja nih yang usil" Khaira lalu menjulurkan lidahnya pada Raihan, membuat Raihan balik memberikan tatapan mengejek.

"Udah-udah, nanti kita bicarakan ini lagi, sekarang kalian semua pergi tidur. Udah jam 10 ini!" Titah Rivan lembut membuat ketiga anaknya mengangguk.

"Baik, Pa."

Naira masih terdiam didepan televisi, sedangkan Khaira dan Raihan sudah berada didalam kamarnya. Entah apa yang sedang mengganggu pikirannya.

"Mas!" Rivan menoleh kearah Aisyah seakan mengisyaratkan 'Ada apa?'
Aisyah lalu menunjuk Naira dengan ekor matanya, "Naira kayaknya lagi banyak pikiran, Mas.

Rivan lalu menghampiri anaknya lalu duduk disamping Naira yang masih terlihat tidak menyadari kedatangan Papanya.

"Nai"

"E-eh ada apa, Pah?"

"Lagi mikirin apa, hmm? Kok murung aja dari tadi," Sahut Rivan pelan, mencoba memancing putrinya untuk berbicara.

"Menurut Papa, Nai sama nggak ama Khaira?" Tanya Naira menatap Papanya dengan penuh tanda tanya.

"Kalau dari segi fisik, kalian itu memang sangatlah mirip"

Naira mengangguk paham, "Berarti apapun yang kusukai tentu akan disukai juga oleh Khaira karena kita sama" Batin Naira.

"Tetapi yang membedakan kalian berdua itu adalah sikap. Jika dilihat sekilas kalian itu sangatlah sama, tetapi hanya orang yang sangat menyayangi kalian'lah yang bisa melihat perbedaan dari dirimu dan Khaira." Ucapan Papanya sungguh menyentuh hati Naira.
Naira tersenyum lalu memeluk erat Papanya, "Makasih, Pa."

Rivan tersenyum, "Oke, waktunya tidur sekarang. Tidak boleh begadang!"

"Oke, siap Papa!"

Naira menghirup nafas pelan, lalu menghembuskannya, "Fighting!" Gumamnya untuk menyemangati dirinya sendiri.

Karena tugasnya di kampus sungguh padat, itu membuat Naira jarang bersama Khaira. Mereka akan bersama ketika masuk dan pulang kampus. Itu membuat Khaira agak kesal, namun inilah pilihan Naira dan Khaira merasa tidak perlu menegurnya.

Tok tok!

Setibanya Naira di depan ruangan Pak Hariz, ia lalu mengetuk pelan pintu.

"Permisi, Pak."

"Silahkan masuk!"

Naira perlahan memasuki ruangan Pak Hariz.

Brak!

Naira langsung menaruh tumpukan kertas itu diatas meja Pak Hariz membuat Pak Hariz sedikit terkejut.

"Ini proposal dari junior, Pak. In shaa Allah sudah terkumpul semua!"

Hariz mengangguk paham.

Naira menggeleng frustasi. Dari semua usahanya membujuk para junior untuk mengumpulkan proposal tepat waktu dengan mengeluarkan segala tenaga dan ucapannya, menghitung setiap proposal yang telah dikumpulkan, dan plus tenaganya untuk mengangkut semua tumpukan proposal ini sampai ke ruangan Pak Hariz dan yang ia dapat hanyalah anggukan pelan!

RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang