####
"Eeh lo gimana sih?! Kok gitu mainnya!!" Rasya cemberut. Bagaimana tidak, dari dua jam ia bermain yang ia dapatkan hanyalah kekalahan.
"Ya emang gini kan maennya?" Raihan bingung dengan pemikiran sepupu satunya ini. Apapun yang Ia lakukan pasti dia ngga salah, padahal ia sudah mengikuti semua aturan main.
"Kok pion lo naik tangga mulu sih?! Sementara pion gue dapet ular terus dari tadi!!!!" Rasya jadi menyesal membeli permainan ular tangga.
"Itu membuktikan kalau lo itu emang selalu sial!" Raihan tertawa penuh kemenangan. 5 kali memang berturut-turut sungguh membuatnya beruntung berkunjung di rumah Rasya. Jadwal Raihan memang seperti ini, ia akan berada di rumah Rasya disaat libur sekolah. Itu semua ia lakukan sejak kelas 3 SMP. Semua itu berawal ketika untuk pertama kalinya ia melihat Rasya menangis dihalaman belakang rumahnya saat libur sekolah.
Waktu itu Adnan tiba-tiba mendapat panggilan dari London, membuatnya mau tidak mau harus pergi untuk beberapa minggu. Rasya saat itu sungguh kesepian, bahkan saat pulang sekolah dulu Rasya jarang menjemput Raihan dari kelasnya, padahal biasanya ia yang duluan menjemput Raihan untuk pulang bersama. Dan kala itu Raihan sungguh terkejut melihat perempuan yang ia anggap sangat cerewet dan ceria ini menangis.
"Aku janji, Sya. Aku nggak akan biarin kamu kesepian lagi. Mulai sekarang setiap hari libur aku akan berkunjung di rumahmu!"
Dari situ janji seorang Raihan dimulai, dan sampai sekarang Raihan masih terap menjaga janjinya itu, apapun yang terjadi."Udah ah!!" Rasya lalu membuang permainan ular tangga nya asal. Mencoba untuk tidak melihat permainan sial itu lagi. "Ya ampun, sensi amat, Mbak!"
Rasya menatap sinis kearah Raihan, ia lalu memukul Raihan dengan boneka unicorn nya. "Iihh nyebelin tau nggak!!!"
"Rasya!!!" panggilan yang langsung membuat Rasya menghentikan aktivitasnya, "Iya, Mah!"
"Kuenya udah siap! Panggil Raihan juga!!" Raihan mengeluarkan senyuman pepsodennya. "Tuh denger! Panggil Raihan juga" Ejek Raihan dengan menirukan nada bicara Sarah~Mama Rasya. Membuat Rasya kembali cemberut lalu beranjak duluan menuju dapur.
"Yaelah tuh anak, bawaannya maraah mulu!! Sabar Rei, sabaar... Kan bakal dapat jatah kue!"
****
Hari minggu yang cerah ini Naira masih berkutat di meja belajarnya dengan benda pipih yang sedari ia mainkan. Dirumah ini hanya ia yang berdiam diri fi kamar. Khaira sedang berkunjung dirumah Eyang, Papa dan Mamanya sedang quality time di luar kota untuk beberapa hari. Sungguh pasangan romantis, dan Raihan yang masih berada dirumah Rasya.
Dan Naira harus kemana? Mau pergi kerumah Eyang, tapi motor dipake Khaira. Mana mungkin ia akan memakai motor CBR yang berada di garasi milik Papanya.
Naira menggelengkan kepalanya."Non, ini tehnya" Sapa Bi Ipah yang berdiri di depan pintu kamar Naira.
Oh iya, bagaimana bisa ia melupakan Bi Inah dan Bi Ipah yang setia berada dirumah. Ia pun segera membuka pintu, "Makasih, Bi"
"Iya, Non. Yaudah tuh, Bibi duluan ya, mau menyapu dulu" Naira mengangguk, lalu kembali menutup pintu kamarnya.
Hal yang menarik untuk saat ini adalah ponselnya. Dari pada gabut dikamar tanpa melakukan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]
RomanceNEW COVER! [Sequel Ketika Hati Berucap] (Completed - Belum revisi) [PLAGIAT SILAHKAN MENJAUH🚷] Wajah kita sama, fisik kita sama, bahkan cara kita berbicara juga sama. Itulah kita, saudara kembar yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kecukup...