Chap. 26

1.3K 134 19
                                    


####

"Kok lo gitu sih, Ra?!" tanya Raihan. Ia tidak terima Rasya mengambil semua kue coklat di atas meja makan.

"Abisnya enak tau. Dah lah lo makan kue keju itu aja!"

"Nggak! Gue nggak suka ama keju! Balikin kuenya!" Raihan lalu mengejar sepupunya itu. Dengan cepat Rasya berlari. Tak lupa gadis itu mengejek Raihan dengan menjulurkan lidahnya.

"Nggak!"

Beruntung tidak banyak orang yang berada di dalam rumah, hingga keduanya bebas berlari ke sana dan ke mari.

"Abang jangan lari kenceng-kenceng ya!" ujar Aisyah memperingati anaknya.

"Siap, Mah! Rasya balikin ih!" Rasya berlari memasuki dapur. Ia lalu berlindung di belakang Bi Inah yang memegang nampan berisi beberapa gelas sirup.

"Rasya jangan buat gue marah ya!"

"Wlee! Lo pikir gue takut, hah?!"

Raihan berdecak kesal. "Minggir, Bi Inah!" titah Raihan. "Gimana mau minggir, Den. Wong kamu yang halangi Bibi jalan toh!"

Rasya tertawa. Sesekali ia melahap kue coklat di tangannya itu dan membiarkan Raihan yang berdebat dengan Bi Inah.

"Baiklah, Bibi. Rai mengalah." Raihan menghela napas, ekor matanya menangkap Rasya yang duduk di lantai asik dengan toples berisikan kue cokelat.

"Den Raihan mau kue cokelat ya? Tuh ada satu toples di atas kulkas." Raihan menatap Bi Inah dengan berbinar. "Tenkyu, Bibi Inahku sayang!" Raihan memeluk Bibi Inah lalu berjalan menuju kulkas.

Bi Inah menggeleng dengan tersenyum lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang tamu.

"Ha ha ha! Gue juga punya kue satu toples!" ujar Raihan mengejek Rasya.

"Dih! Eh btw tadi pagi gue ngundang Zahra lho!" Raihan melotot. Tanpa berjinjit lelaki itu berhasil mengambil toples berisi kue lalu duduk di lantai bersama Rasya. "Serius lo?! Ah lo mah bercanda!"

"Enggak weh. Beneran gue ngundang Zahra. Tapi gue nggak tau dia mau datang apa enggak." Rasya mengidik bahu.

"Gue yakin dia pasti datang," ujar Raihan dengan membayangkan penampilan Zahra yang nanti berkunjung ke rumahnya. "Pasti dia bakal kelihatan cantik."

"Heh? Lebih cantik dari pada gue?"

"Emang pernah gue bilang kalau lo cantik?" Rasya melotot mendengar perkataan Raihan. Langsung gadis itu mencubit keras lengan sepupunya hingga membuat Raihan menjerit kesakitan.

"Au ah! Malas ngobrol ama lo!" Rasya melenggang pergi meninggal Raihan sendirian. Harus Raihan akui bahwa ia cukup bingung dengan sikap Rasya. Namun, lelaki itu memilih untuk melanjutkan makannya.

"Dasar cewe."

****

Di samping itu, kini Naira terdiam sejenak di atas kursi taman. Masih mencerna apa yang baru saja ia dengar dari lawan bicaranya ini.

"P-pak Hariz kalau bercanda kayak nyata aja hehe ..." Naira terkekeh. Bukan karena ia merasa lucu, hanya saja ia menenangkan dirinya dari pernyataan yang membuatnya terkejut.

"Saya rasa, saya tidak sedang bercanda. Saya bukan tipikal orang yang menutup-nutupi perasaan saya pada seseorang yang saya sukai. Saya tau perasaanmu saat ini. Dan saya mengerti bagaimana perasaan seseorang saat mencintai orang lain yang tidak mencintai kita."

RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang