Chap. 16

1.2K 129 4
                                    

####

Hari minggu diakhir bulan telah tiba, waktu yang tepat untuk pergi keluar rumah dan berbelanja bulanan. Seperti satu keluarga harmonis yang tengah berbelanja ini. Sebut saja keluarga Rivan dan Aisyah. Walau Naira tidak ikut sebab ia harus mengerjakan tugas dari dosennya di rumah sendiri.

Mereka berempat kini berjalan beriringan, ralat. Rivan yang selalu memegang tangan istrinya sementara kedua anaknya seperti pengawal yang berjalan beriringan di belakang.

Raihan masih berjalan lurus, sungguh semua barang yang berada di sekitarnya ini tidak ada yang membuatnya tertarik. Semua kebutuhannya sudah terpenuhi dengan lengkap.
Alasan mengapa ia ikut untuk berbelanja adalah ia ingin menemani Khaira. Karena ia tau, jika Papa dan Mamanya pergi bersama, maka mereka akan menganggap di dunia hanya ada mereka berdua. Dan kakak perempuannya itu sudah pasti akan dijadikan sebagai obat nyamuk. Untunglah ada dia yang bisa jadi nyamuknya.

Biasanya kalau ia sedang bosan di rumahnya pasti ia akan mengunjungi rumah Rasya. Namun Ia mengerti bahwa Om Adnan sudah pulang dari L.A. beberapa hari yang lalu, dan ia hanya ingin membuat Rasya menghabiskan waktu bersama keluarganya.

"Mah, Pah, perlengkapan Susu kotak dirumah udah abis, biar Khaira aja yang pergi beli ya!" sahut Khaira.

Aisyah menoleh kebelakang, lalu mengangguk.

"Khaira nggak papa pergi sendiri?" tanya Rivan.

"Enggak, Pa. Kak Khaira bakal pergi ama Raihan!" tambah Raihan.

Khaira mengernyit, tumben adik tergantengnya ini sangat baik padanya.

Raihan tersenyum manis, "Yok Kakak tercantikku! Kita pergi bersama membeli susu coklat sang pujaan hati!!" ucapnya dengan dramatis.

Khaira menatap wajah Adiknya dengan horor, "Raihan jadi aneh! Tapi Kaira bakal pergi sendiri okey! Bentar doang kok." tanpa melihat wajah adiknya yang sudah menyedihkan, Khaira segera berjalan menuju rak khusus kecantikan.

"Yah Rai di tinggalin deh!"

"Enggak papa atuh, Nak. Sini bantu Mama ambil ini!" Aisyah menunjuk beberapa sayuran di hadapannya. Raihan mengangguk, "Wah disini sayuranya seger-seger banget, Mah. Sepertinya makan malam nanti akan jadi spesial!" ujarnya dengan terkekeh memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Sepertinya begitu, Nak. Habis ini kita ke penjual daging ya."

"Hmm, Papa mau dimasakin Opor Ayam lagi?" tebaknya dengan melirik Papanya. Benar saja, Papanya itu sangat menyukai Opor Ayam. Dan anehnya, Papanya itu hanya ingin memakan opor ayan buatan Mamanya. Itu tidak aneh sih.

Aisyah terkekeh, "Ya mau gimana lagi, habisnya Papa kamu mau makan opor ayam."

"Opor ayam itu udah jadi menu wajib yang harus ada setiap waktu makan!!" sahut Rivan dengan melipat kedua tangannya dengan mata tertutup.

"Walaupun Papa suka banget dengan opor ayam, tapi Papa lebih suka ama Mama'kan?!" ucapan Raihan membuat Aisyah tertawa malu, sikap Rivan yang suka menggombal ternyata menurun pada anaknya ini. Ya setidaknya Rivan tidak menurunkan sikap malas mandinya pada ketiga anaknya.

"Iya dongs! Eh ada yang blushing nih!" goda Rivan dengan melirik istrinya.

"Apaan sih, Pa! Mending kita selesaikan dulu beli sayurnya. Habis itu kita beli daging ayamnya oke!"

RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang