Chap. 4

1.7K 196 8
                                    

"Mulai dekat"

####

Dua minggu berlalu begitu lambat, keadaan Naira sudah membaik. Mungkin keadaannya sudah membaik sejak jauh-jauh hari, tetapi itulah Papanya. Selalu menginginkan anaknya untuk mendapat istirahat yang maksimal.

"Ma, Pa, Naira ama Khaira berangkat dulu ya" Khaira mencium punggung tangan Rivan, lalu diikuti Naira dari belakang.

"Beneran udah sehat?" Tanya Rivan menatap Naira dengan tatapan cemas.

"Ya Allah, Papa. Emang waktu dua minggu itu masih kurang buat Nai istirahat? Nai udah 100% sehat wal'afiat, Pa!" Jelas Naira. Aisyah terkekeh lalu menyenggol lengan suaminya.

"Denger tuh, Mas" Rivan mengangguk pelan, "Kalau Papa denger kamu begadang lagi, Papa akan beri kamu istirahat selama 1 bulan penuh!"

Naira menelan salivahnya, sedangkan Khaira membulatkan matanya sebab terkejut. "S-siap, Pa!!"

"Nah, gitu baru anak Papa yang cantik!"

****

Setelah izin selama 2 minggu, sungguh membuat Naira merasa sudah banyak tertinggal pelajaran. Walau ia sudah mengerjakan semua tugas kuliahnya berkat bantuan Khaira.

Tetapi tentu saja ia merasa canggung. Bagaimanapun juga ia harus bisa mengejar kembali keterlambatannya.

"Ya ampun, Nai!"

"Kenapa, Ra?" Tanya Naira menatap cemas pada Khaira.

"Aku lupa, aku udah janji buat ketemuan ama Dina di kantin. Katanya dia dapat DVD anime terbaru!" Naira menghela nafas kasar. Ternyata ini hanya persoalan DVD anime. Saudara kembarnya yang satu ini memang sangat menyukai anime, lebih-lebih lagi kalau animenya bergenre  fantacy romance.

"Yaudah sana, kalau udah berurusan ama anime aku bisa apa,"
Khaira terkekeh pelan, "yaudah, entar ketemu di kelas!"

"Iya!" Naira menggeleng sambil tersenyum melihat Khaira yang berlarian menuju kantin kampus.
Walau wajah dan penampilan mereka sangatlah sama, tetapi sikap mereka 180° sungguh berbeda. Jika mungkin Khaira yang notabenya sedikit cerewet, ceria, keras kepala, tidak mau kalah. Maka Naira itu kalem, sering tersenyum, selalu mengalah dan sedikit keras kepala.

Ya begitulah, di dunia ini tidak ada orang yang sama termasuk bagi saudara kembar.

Baiklah kita kembali pada Naira. Beberapa menit lagi, kelasnya akan dimulai. Ia lalu memasuki lift untuk segera menuju kelasnya. Tidak ada orang di lift selain dirinya, ia pun mengambil ponselnya dan earphone lalu ia memasang murottal, hanya sekedar mengisi waktu luangnya.

Saat pintu lift akan tertutup, sebuah tangan kekar menghalanginya. Membuat Naira terkejut. Ia bukan terkejut dengan kemunculan tangan itu, yang membuatnya terkejut ialah sang pemilik dari tangannya.

Mata mereka bertemu sepersekian detik, dengan segera Naira memalingkan wajahnya kesamping. Untuk pertama kalinya Naira menatap lekat wajah Dosen killer nya itu.

Setelah pintu lift tertutup, suasana canggung meringkupi lift tersebut. Entah apa yang mereka berdua pikirkan, tetapi suasana canggung sangat Hariz benci.

RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang