Chap. 10

1.5K 155 7
                                    

####

"Aku mau kamu!"

Zahra menghentikan langkahnya menatap Raihan dengan tatapan terkejutnya.

"Jadi temanku" sambung Raihan, membuat Zahra langsung menghela nafas pelan. Hampir saja ia salah paham.

"Tentu!" Zahra tersenyum lalu melanjutkan langkahnya, tidak memperhatikan wajah Raihan yang sudah memerah.

"What the... Senyumnya cantik banget!!" Raihan terdiam sekejap.

"Ada apa, Rai?"

"E-enggak ada apa-apa" elaknya, mereka berdua pun segera berjalan menuju ruang guru.

Zahra berjalan lebih dulu dari pada Raihan, Raihan sengaja melambatkan langkahnya karena ia ingin leluasa menatap Zahra, walau ia hanya bisa menatapnya lewat belakang saja tetapi itu sudah membuat hatinya begitu tenang.

"Zahra!"

"Hm?"

"Mengapa kau pindah kesekolah ini?" pertanyaan Raihan membuat Zahra menghentikan langkahnya. Zahra menatap Raihan singkat, "Soal itu..."

"Zahra! Raihan! Apa yang kalian lakukan di koridor?!!" teriak Pak Handoko di teras ruang guru yang melihat dua siswa yang bercengkrama dari kejauhan itu.

"Ya ampun! Ayo cepat!" Zahra berjalan lebih dulu. Ia bersyukur Pak Handoko langsung memanggil mereka, itu membuat Zahra tidak harus menjelaskan pada Raihan. Entah mengapa namun ia masih ragu untuk membicarakannya dengan siapapun soal mengapa ia harus pindah sekolah.

"Ini, Pak!" Raihan menyerahkan tumpukan buku tugas dari teman-teman sekelasnya.

"Akhir-akhir ini saya lihat kamu sering temani Zahra antar buku ke ruang guru, jangan sampai..."

"Nggak ada hubungan apa-apa kok, Pak. Kita hanya teman, iya'kan, Zahra?" tukas Raihan yang memotong pembicaraan Pak Handoko.

"Lah, yang bilang kalian ada hubungan siapa toh? Saya mau bilang jangan sampai kamu sering ke ruang guru agar nilai kimiamu dinaikkan!" jelas Pak Handoko, membuat Raihan menjadi salah tingkah.

"Enggak kok, Pak. Rai hanya ingin membantu Zahra." tukas Raihan seadanya.

"RAIHAAANN!!!!!!"

Zahra dan Raihan menoleh melihat Rasya yang berteriak seperti kerasukan.

"Aduh, mampus nih!! Tuh anak ngapain sih nungguin gue?!" decak Raihan. Ingin rasanya  ia menghilang saat itu juga.

"Emang kenapa, Rai?" Zahra yang melihat ekspresi Raihanpun ikut merasa khawatir. "Kalau udah ada Rasya disini, pasti aku akan cepat pulang!"

"Lah emang kenapa? Emang tujuannya mau pulang'kan?"

"Iya, Zahra. Tapi aku mau antarin kamu pulang dulu... Ups!" Raihan refleks menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia sepertinya keceplosan mengatakan bahwa ia akan mengantar Zahra pulang.

Sedangkan Zahra lagi-lagi terdiam dan menatap Raihan dengan matanya yang membulat juga pipi yang memerah.
"M-maaf aku keceplosan!" Raihan lalu meminta maaf pada Zahra.

RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang