Chap. 11

1.4K 155 10
                                    

####

Memang tidak akan ada pagi yang cerah selain pagi diakhir pekan. Setelah melaksanan sholat subuh Naira dan Khaira menyempatkan dirinya untuk bersama membaca Al-Qur'an. Sampai matahari sudah memunculkan sebagian dari wujudnya, barulah mereka berdua keluar rumah untuk jogging pagi.

Setelah keluar dari kamar. Keserasian diantara mereka berdua kembali terpancar saat mereka mengenakan hoodie yang sama. Naira yang mengenakan Hoodie hitam dengan celana trening berwarna cokelat dan jilbab berwarna senada dengan treningnya. Begitu juga dengan Khaira yang mengenakan hoodie cokelat dengan trening dan jilbab yang sama berwarna hitam.

Mereka tersenyum bersamaan lalu berjalan keluar rumah, "Astaghfirullah!!!" umpat keduanya saat melihat keadaan di ruang televisi.

"Mereka begadang berdua?" gumam Naira bertanya pada Khaira.

"Sepertinya begitu. Karena saat ini mereka tidur berdua juga," Khaira dan Naira menggeleng heran secara bersamaan.

Bisa dilihat bagaimana pose Papanya dan Raihan yang tidur berdua di depan televisi. Hanya beralaskan kasur alternatif. Dengan satu selimut yang dipakai berdua. Lihatlah bagaimana eratnya Raihan memeluk Kaki Papanya. Sedangkan Rivan wajah dan badannya tertutup dengan selimut kecuali kakinya yang dijadikan guling oleh anak bungsunya.

Khaira tersenyum jahil. Sepertinya ide jahil kini muncul di otak pintarnya. Ia lalu menatap Naira. "Apa kau tau apa yang ada di pikiranku?" tanyanya.

"Ini akan menyenangkan!" sorak Naira.

"Ssstttt!!!"

"Ups, maaf-maaf. Yok lah!" Naira lalu mengeluarkan ponselnya. Membuka aplikasi kamera, lalu mengarahkannya pada papanya dan adiknya.

Cekrek!

Cekrek!

Mereka berdua tertawa penuh kemenangan, lalu kemudian melakukan tos tinju.

"Kita bakal dapat skincare baru, Nai!"

"Rezeki anak sholehah!"

****

Mereka ini sedang berlari-lari kecil disekitar kompleks. Sesekali para tetangga menyapa mereka berdua disepanjang jalan. Dan dibalas oleh tarikan senyum dari mereka berdua.

Sampai mereka berhenti di depan penjual bakso, itu berarti mereka telah berlari cukup jauh dari rumah mereka. "Traktir ya, Ra!"
Belum sempat di jawab oleh Khaira, Naira lebih dulu berlarian mendekati tukang bakso dan segera memesan.

"Dasar. Untung sebentar kita bakal dapat skincare gratis!" gumamnya lalu ikut menduduki pantatnya pada salah satu kursi panjang di rumah makan bakso itu.

"Mang, baksonya dua porsi!" pinta Naira.

"Sambalnya seperti biasa, Dek Nai?"

"Iya, Mang!"

Naira kembali duduk. Jogging pagi memang cukup menguras banyak tenaga.

"Nai!"

"Hm?"

"Menurut kamu, Kak Zein itu suka nggak ama aku?" pertanyaan Khaira membuat Naira terkejut. Namun ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya. "Apa maksudnya itu?! Apakah Khaira menyukai Kak Zein?!"

RSS[2]: Mumtaaz of Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang