Bab 35

2.4K 383 19
                                    


"Apaan sih Mas! Sana deh jauh-jauh!" Carla kembali menegur Hendra yang kembali mencoba mendekatinya.

Mereka sedang berkumpul bersama di restoran yang disewa oleh Eyang Rita khusus untuk merayakan pernikahan cucunya. Acara pesta pernikahan digantikan dengan makan malam bersama karena pernikahan Ali dan Prilly masih di rahasiakan dari publik.

"Kamu harus kasih Mas kesempatan untuk menjelaskan semuanya Carla!" Hendra kembali memaksa gadis itu untuk mendengar penjelasan darinya. Sebenarnya Hendra juga tidak mengerti kenapa ia bisa segigih ini mendesak Carla untuk mendengarnya bahkan jika diingat kembali niat awalnya menolak Carla seharusnya Hendra memanfaatkan situasi ini untuk menjauhi Carla tapi lihat alih-alih menjauhi ia justru terlihat bak menjilat ludahnya sendiri.

Sekarang Hendra-lah yang mengejar-ngejar Carla hingga gadis itu risih sendiri. Carla nyaris berteriak ketika Hendra menyeret dirinya menuju ke sebuah taman yang ada di belakang restoran.

Di dalam restoran para keluarga sedang sibuk bercakap-cakap sehingga tidak terlalu memperhatikan apa yang Hendra lakukan pada Carla kecuali Prilly.

Sejak memasuki restoran ia sudah melihat semuanya, bagaimana Papanya membujuk sang sahabat untuk berbicara yang sayangnya di tolak mentah-mentah oleh Carla.

Nahkan Papa kena karma sekarang! Kasihan sekali.

"Kenapa Sayang?"

Prilly menoleh dan tersenyum pada suaminya. "Enggak ada Mas. Mas mau makan apa?" Tanya Prilly mengalihkan pembicaraan, biarlah urusan Hendra dan Carla menjadi rahasia untuk saat ini setidaknya sampai keduanya meresmikan hubungan mereka.

Karena Prilly yakin cepat atau lambat Hendra dan Carla akan segera jadian atau menikah seperti dirinya.

"Sayang."

"Eh iya Mas?"

"Mas perhatikan kamu melamun terus sejak tadi. Ada apa?" Ali yang beberapa kali mendapati istrinya melamun jelas merasa penasaran dengan apa yang sedang wanita itu pikirkan.

Prilly tersenyum lebar sambil menggelengkan kepalanya. "En..enggak kok Mas. Ah ya kita makan di sini aja apa Mas mau gabung sama keluarga kita?"

Ali menoleh mengikuti arah pandang istrinya. "Di sini saja deh. Di sana lagi ramai juga." Prilly menganggukkan kepalanya.

Ali menarik kursi yang tak jauh dari meja yang terdapat berbagai macam makanan yang berjejer rapi di sana. Ali tidak tahu jika Eyang Rita ternyata membooking satu restoran untuk acara makan malam mereka.

Orang kaya memang tidak main-main untuk acara makan malam saja satu restoran langsung di booking bisa bayangkan bagaimana jika resepsi pernikahan mereka nanti akan digelar?

Apa satu hotel akan Eyang Rita booking juga?

"Ini Mas."

Ali tersenyum saat melihat satu piring berisi nasi serta lauk yang istrinya siapkan untuknya. "Kamu nggak makan?" Tanyanya saat melihat Prilly hanya membawa satu piring ke meja yang mereka tempati.

Prilly menggelengkan kepalanya. "Aku kenyang banget Mas." Jawabnya sambil menepuk perut ratanya.

Sontak Ali mendengus, ia tahu sejak pagi tadi istrinya belum memasukkan apapun ke dalam perutnya dari mana ceritanya Prilly bisa kenyang.

"Ayo buka mulut kamu!" Perintah Ali setelah menyendokkan nasi serta lauk untuk istrinya. Prilly menjauhkan kepalanya saat Ali mendekatkan sendok di tangannya. "Mas kenyang beneran loh aku."

"Makan atau Mas cium kamu di sini." Ancam Ali yang rasanya tidak tepat karena bukannya merona Prilly justru mendekatkan wajahnya ke wajah Ali. "Nih cium udah sah ini." Katanya tanpa malu.

Niat hati ingin mengancam Prilly dan membuat wanita itu merona yang terjadi justru Ali yang merasa terancam dan merona tanpa diminta.

Seluruh wajah pria itu memerah bahkan sampai ke lehernya Ali salah tingkah dan melihat kegugupan suaminya membuat tawa Prilly meledak.

Semua yang ada di restoran itu menoleh ketika mendengar suara tawa Prilly termasuk Hendra dan Carla yang baru saja kembali dari taman belakang.

"Itu pengantin baru kenapa?" Hendra bertanya entah pada siapa.

Namun Wulan yang berada di sampingnya menjawab. "Lagi bahagia banget kayaknya mereka."

"Jangan-jangan ngomongin proyek 5 cucu yang aku minta." Kata Hendra dengan mata berbinar.

Mendengar perkataan ngawur Hendra serempak Rita dan Carla mengangkat tangannya lalu menepuk keras punggung Hendra hingga pria itu berteriak kesakitan.

"Ini kenapa pada kompak banget sih nyiksa aku?" Keluhnya yang sama sekali tidak di tanggapi oleh Rita ataupun Carla.

Nasib banget gue dikelilingi wanita-wanita ringan tangan seperti ini. Apes! Apes!

***

Setelah acara makan malam selesai, Ali mengajak istrinya untuk kembali ke hotel. Malam ini mereka akan menginap di sana seperti permintaan Eyang Rita dan Ibu Wulan kesayangan Ali.

Ali mengemudikan mobil Prilly dengan santai sedangkan wanita itu terlihat kesusahan melepaskan anting miliknya yang tersangkut di rambutnya yang ia gerai.

"Kenapa?"

Prilly menoleh saat mendengar suara suaminya. "Ini Mas antingnya nyangkut di rambut." Keluh Prilly sambil memperlihatkan antingnya.

Ali segera menepikan mobilnya saat mendapati deretan toko yang sudah tutup. Ali memang memilih menepikan mobilnya di tempat yang lumayan ramai ia hanya berusaha melindungi istrinya dengan minimalisir kejahatan yang bisa saja terjadi. Bukan dirinya yang ia khawatirkan tapi Prilly.

"Sini Mas lihat."

Prilly melepaskan tangannya dan sedikit menggerakkan tubuhnya kearah Ali yang sudah mencondongkan tubuhnya untuk memudahkan tangannya melepaskan anting Prilly yang tersangkut.

Suasana di dalam mobil mendadak sunyi. Tidak ada suara apapun bahkan suara radio yang terdengar hanya hembusan nafas Ali dan Prilly yang terdengar bersahutan.

Prilly refleks memejamkan matanya saat merasakan hembusan nafas hangat Ali menerpa lehernya. Jantungnya sontak berdetak lebih kencang apalagi ketika tangan besar Ali menyentuh kulit bahunya. Entah di sengaja atau tidak Prilly tidak tahu.

Kondisi Ali juga tak jauh berbeda dengan Prilly. Berkali-kali pria itu menelan ludahnya saat matanya dengan nakal mencuri-curi pandang kearah leher dan bahu istrinya yang begitu putih dan mulus.

Ali adalah laki-laki normal jelas ia terpancing ketika melihat keindahan seperti ini. Jiwa kelaki-lakiannya berontak saat tangannya tanpa sengaja menyentuh kulit istrinya.

Shit! Kulitnya lembut sekali.

"U..dah Mas?"

Ali memejamkan matanya ketika mendengar suara lirih Prilly yang terdengar seperti desahan di telinga Ali.

Sialan! Kenapa di usianya yang belum mencapai 20 tahun ia sudah semesum ini? Benar-benar memalukan.

Ali buru-buru melepaskan anting Prilly setelah itu ia kembali ke posisinya namun ia sudah tidak bisa sesantai tadi karena ada sesuatu dari bagian tubuhnya yang meronta-ronta ingin dibebaskan.

Prilly menoleh menatap suaminya. "Terima kasih Mas. Kita ke hotel sekarang ya?"

Ali sontak menoleh kearah Prilly barusan Prilly mengajaknya ke hotel bukan?

"Mas.."

"Ah iya? Iya kita ke hotel sekarang." Ali segera melajukan mobilnya dengan pikiran yang berkecamuk haruskah ia meminta haknya pada Prilly malam ini juga?

*****

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang