Bab 22

2.3K 322 19
                                    


Sepanjang malam Ali dan Prilly sontak memilih untuk saling mendiamkan. Ali juga terlihat tidak banyak bicara lagi setelah Prilly kekeuh untuk tetap menolak Ali.

Pria itu memilih untuk tidur di ranjang lain dekat jendela dengan posisi membelakangi Prilly, pria itu memilih meredakan rasa sakitnya dengan menikmati keindahan kota ditengah hujan deras seperti malam ini. Ali tersenyum lebar saat merasakan rasa sakit di hatinya perlahan mulai menghilang.

Ternyata menatap hujan seperti ini saja hatinya sudah kembali membaik dan Ali semakin yakin jika ia tidak akan mudah menyerah pada Prilly meskipun kedepannya ia yakin akan banyak luka-luka lainnya yang akan ia alami tapi itu pantas dan sepadan dengan apa yang sudah ia lakukan pada Prilly beberapa tahun ini.

Ali tidak pernah mengira hari ini akan tiba, memang benar ketika ada yang mengatakan hari ini kita menyakiti maka suatu saat kita akan tersakiti. Hari ini kita anggap orang yang mengejar kita pengganggu maka esok kita yang justru menjadi pengganggu untuknya.

Dan semua itu Ali alami saat ini. Dulu berada satu ruangan dengan Prilly adalah musibah untuknya. Ali menolak untuk itu, ia hanya akan bersedia berada satu ruangan dengan Prilly ketika mereka belajar karena entah kebetulan atau ada trik lainnya tapi selama 3 tahun bersekolah Ali selalu mendapatkan ruang dan kursi yang sama dengan Prilly sepertinya gadis itu benar-benar niat sekali mendekatinya.

Ali kembali memejamkan matanya meresapi rasa sakit dari penyesalan yang selama ini ia rasakan. Ia benar-benar tidak menyangka jika perbuatannya pada Prilly selama ini benar-benar buruk. Ali jahat. Ali benci mengakuinya tapi ia tahu selama 3 tahun ini dirinya layak di sebut pecundang.

Dan mulai malam ini Ali akan berusaha untuk mencabut gelar yang melekat pada dirinya itu. Dia tidak akan lagi menjadi seorang pecundang meskipun jika ditanyai prihal cinta ia masih merasa abu-abu tapi tidak masalah jika Prilly memang jodohnya cepat atau lambat cinta itu akan datang dengan sendirinya.

Sementara Ali sibuk dengan pemikirannya sejak tadi dari atas ranjangnya Prilly tidak sekalipun mengalihkan pandangannya dari punggung lebar pria yang berniat menikahi dirinya itu.

Prilly tahu alasan dibalik semua itu pasti karena ada hubungannya dengan Papanya. Prilly tidak bodoh, Ali tidak mungkin berinisiatif untuk menikahinya tanpa permintaan dari Papa Hendranya.

Prilly belum tahu persis alasan di balik semua ini namun ia tidak marah pada Papanya karena ia yakin Papanya melakukan semua ini karena terlalu menyayangi dirinya. Mungkin dari sosok Ali beliau bisa melihat jika kepribadian pria ini cocok dengannya, Ali bisa melindungi dirinya dan melihat perlakuan Ali hari ini padanya Prilly tidak akan ragu pada hal itu.

Prilly sangat yakin jika Ali memang benar-benar bisa melindungi dirinya terlebih ketika ia yakin jika Papinya benar-benar tidak akan membatalkan pernikahannya dengan wanita pilihannya itu.

Jadi haruskah Prilly membiarkan Ali masuk ke dalam kehidupannya? Setidaknya ia tak merasa kesepian dan sendirian jika Ayah kandungnya benar-benar membawa istri barunya kembali ke rumah.

Ya Tuhan, aku benar-benar bingung saat ini. Aku harus apa Tuhan?

***

Di kediaman Carla terlihat Hendra yang berjalan mondar-mandir karena gadis licik itu menyembunyikan kunci rumahnya.

Hendra nyaris memecahkan kaca jendela jika tidak mengingat ini adalah kediaman orang tua Carla. Gadis ini benar-benar pandai memancing emosinya.

"Carla ayolah buka pintunya." Hendra kembali meminta kunci pintu pada Carla, jika ia tahu gadis ini kembali menyebalkan seperti ini tidak akan ia tolong tadi. Hendra benar-benar dibuat pusing dengan tingkah gadis ini.

Carla menggelengkan kepalanya. "Nggak boleh nanti kalau ada petir lagi gimana?"

"Ya kamu masuk kolong tempat tidur kalau takut."

"Nggak mau! Maunya dipeluk sama Mas kayak tadi." Rajuknya dengan wajah imut yang terlihat begitu menyebalkan di mata Hendra.

Hendra kembali menghela nafasnya berkali-kali ia rapalkan kata sabar di dalam hatinya. Ia benar-benar sedang diuji oleh gadis kecil ini.

"Sekali lagi aku minta berikan kunci rumahnya Carla! Kita berdua di rumah dan kami pikir tetangga-tetangga kamu akan diam saja setelah ini hah?!"

"Memangnya mereka mau apa? Mas takut reputasi Mas tercoreng karena satu rumah denganku? Atau Mas nggak mau--"

"Bukan aku tapi kamu Carla!" Teriak Hendra dengan nafas terengah-engah. Persetan dengan reputasinya karena ketimbang dirinya ia lebih mengkhawatirkan martabat Carla sebagai seorang wanita.

Apa yang akan tetangga gosipkan tentang gadis ini dan itulah yang sekarang menjadi beban Hendra. Hendra tidak mau jika sampai Carla dipandang buruk oleh penghuni kompleks ini.

Carla sontak terdiam, ia tidak tahu harus berbuat apa dan akhirnya keduanya saling tatap dengan pikiran berkecamuk. Hendra dan Carla benar-benar terjebak dalam keheningan.

Di tempat lain tepatnya sebuah apartemen seorang pria baru saja keluar dari kamar mandinya setelah melewati ronde-ronde panas dengan pasangannya.

Dan mereka adalah Agung dan Rista.

"Mas mau kemana?" Rista masih bergelung nyaman di bawah selimut yang membungkus tubuh telanjangnya.

Agung menoleh menatap kekasihnya dengan pandangan teduh. "Mas akan ke rumah sakit."

"Ngapain?"

"Anak Mas dirawat di sana kalau-kalau kamu lupa."

Clarista sontak mengerucutkan bibirnya, ia tak senang dengan jawaban Agung yang terkesan seperti menyindir dirinya. Sejak Agung menemui dirinya malam kemarin sejak itu pula Rista benar-benar mengerahkan kemampuannya untuk menghalangi Agung kembali ke rumah sakit untuk menemui putrinya.

Namun sepertinya kali ini ia tidak bisa lagi menghalangi Agung bahkan setelah ronde panas yang mereka lalui.

Sial!

Rista harus mencari cara lain supaya bisa terus 'mengikat' Agung tanpa perlu merasa di campakkan seperti sekarang ini.

"Mas pergi dulu." Agung berjalan mendekati ranjang lalu mengecup pelipis Rista dengan mesra.

"Kamu tidur saja nanti kalau ada waktu Mas temui kamu lagi." Ujar Agung sebelum melesat keluar dari kamar meninggalkan Clarista yang mengepalkan tangannya.

"Kamu pikir kamu bisa datang dan pergi sesuka hati kamu Mas? Nggak! Kamu sudah datang padaku dengan sendirinya dan sudah menjadi kewajibanku untuk mengikat kamu seumur hidup kamu."

*****

Jangan lewatkan promo akhir tahun yaa.. 350k dapat 19 pdf termasuk PO pdf ini.

Dan untuk yang mau ikut PO pdf ini udah bisa ya, khusus untuk hari ini dan besok hanya dengan 100k kalian udah dapat 2 pdf lainnya.

Hanya untuk hari ini Dan besok ya, berminat silahkan list ke wa 081321817808 harga PO seperti biasa 50k khusus untuk hari ini dan besok hanya dengan 100k kalian akan dapat 2 pdf lainnya.

Terima kasih..

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang