Prilly masih belum memercayai apa yang baru saja Ayahnya katakan. Ayahnya akan segera menikahi wanita itu selain karena cinta wanita itu juga sedang mengandung anak Ayahnya.
"Pergi!"
Suara Rita menyentakkan Prilly yang masih terlihat linglung dalam dekapan suaminya. Keributan tak terhindari apalagi saat Papanya merengsek maju dan menarik kerah baju Papinya.
Prilly tidak tahu harus berbuat apa sampai suara dentuman terdengar dan matanya sontak membulat saat melihat Hendra sudah terkapar di lantai.
Prilly menutup mulutnya, ia tak pernah tahu jika Ayahnya akan setega ini bahkan dengan ringannya Agung melayangkan pukulan pada Adiknya.
"Stop!!"
Entah tenaga dari mana Prilly melepaskan diri dari Ali lalu bergerak maju menarik lengan Ayahnya. "Stop Pi! Stop! Papi apa-apaan sih?!" Prilly sudah melupakan sopan santunnya, ia benar-benar tidak bisa melihat Hendra mengerang kesakitan seperti ini.
Agung seperti kesurupan dengan terus melayangkan pukulan pada Adiknya sampai akhirnya Hendra menggerakkan kakinya dan berhasil menendang perut Agung.
Pria itu mengerang kesakitan sambil memegang perutnya yang baru saja ditendang oleh Hendra.
"Sialan!"
Hendra sudah beranjak dari posisinya tak ia perdulikan darah yang mengucur dari sudut bibirnya. Prilly meringis menatap wajah tampan Hendra yang babak belur akibat kebrutalan Ayahnya.
"Mas pikir Mas bisa nyakitin Mama dan Prilly lagi?"
Agung menatap kesal Adiknya. "Nggak Mas! Aku nggak akan biarin kamu nyakitin Ibu dan anakku!" Marah Hendra lagi.
"Prilly itu putriku!"
"Cuih!"
Hendra meludah mengejek Agung dengan tidak tahu malunya berkata seperti itu. "Anak? Bukannya Mas lebih memilih anak haram Mas itu daripada Prilly?" Ejek Hendra.
Prilly kembali merasakan denyut sakit pada hatinya. Matanya kembali berkaca-kaca menatap Ayah kandungnya.
"Aku terima Pa."
Semua yang ada di sana menoleh menatap bingung kearah Prilly. "Aku akan segera menandatangani berkas pemindahan saham Laksana Group hari ini juga." Sambung Prilly yang membuat semua yang ada di sana terkejut terutama Agung.
Hendra dan Rita saling bertatapan, mereka senang sekali mendengar persetujuan Prilly. Ali yang masih belum mengerti keadaan saat ini hanya memilih diam saja.
Prilly memang menolak semua saham dan juga warisan keluarga Laksana karena ia masih berharap jika suatu saat Ayahnya akan kembali dan ternyata Ayahnya memang kembali namun bukan untuknya. Ayahnya sudah tidak lagi berkeinginan untuk memperbaiki hubungan mereka.
"Tidak bisa! Aku juga punya hak di sana!" Agung jelas tak terima namun sayang sekali pria itu tidak bisa berbuat banyak saat Rita sebagai pemegang hak penuh atas saham Laksana Group dengan senang hati memberikan semuanya pada sang cucu.
Prilly mengusap wajahnya dengan kasar, sejak hari dimana ia dirawat ia selalu berharap jika Ayahnya akan sadar dan kembali ke sisinya maka dengan berani ia tolak warisan yang akan diberikan untuknya.
Ali tidak tahu perihal ini dan ia akan menceritakan semuanya nanti karena yang terpenting sekarang adalah membuat Ayahnya sadar jika wanita yang selama ini dipuja oleh Ayahnya hanyalah betina yang rela mengorbankan apa saja hanya demi uang.
"Setelah ini Papi akan sadar jika selama ini wanita yang Papi idam-idamkan itu hanyalah rubah betina yang hanya menginginkan harta Papi." Ujar Prilly sambil mengusap air matanya. "Jangan takut jika memang wanita itu benar-benar mencintai Papi, bersedia menerima Papi apapun keadaan Papi aku akan kembalikan semuanya untuk Papi." Lanjutnya yang membuat Hendra dan Rita terkesiap.
"Prilly.."
Prilly menoleh menatap Papa dan Eyangnya. "Tidak apa-apa Pa, Eyang. Biarkan Papi memiliki semuanya tak apa-apa jika Papi tak lagi menginginkan aku asal Papi bahagia aku ikhlas." Rembesan air mata Prilly semakin deras.
"Tapi aku ingin wanita yang Papi pilih benar-benar mencintai Papi bukan karena mengharapkan kekayaan Papi dan jika semua itu sudah terbukti maka dengan ikhlas aku akan melepaskan semuanya." Sambung Prilly dengan tatapan terluka.
Hening.
Suasana begitu hening sampai akhirnya Agung bersuara. "Baiklah. Akan aku buktikan jika Clarista tidak seperti yang kalian tuduhkan. Wanitaku wanita baik-baik dan kalian semua akan menyesal karena telah menghina calon istriku seperti ini." Sembur Agung sebelum pergi meninggalkan rumah yang dulu pernah menjadi tempat ternyaman untuknya.
Namun itu dulu sebelum Clarista menyediakan 'rumah' lain yang lebih mampu membuatnya dirinya nyaman.
Brak!!
"PRILLY!!"
***
Ali tak melepaskan genggamannya pada tangan sang istri yang terasa begitu dingin dibawah genggaman tangannya.
Prilly kehilangan kesadarannya tepat setelah Agung pergi meninggalkan kediaman Rita. Ali jelas khawatir melihat tubuh lemah istrinya begitu pula dengan Hendra dan Rita.
Hendra sudah menceritakan semuanya pada Ali untuk menghindari kesalahpahaman pada pengantin baru ini. Ali tentu tak mempermasalahkan perihal Prilly yang menolak warisannya karena sejak awal tujuan Ali menikahi Prilly bukan karena warisan itu.
Jadi ada atau tidaknya warisan itu sama sekali tidak mempengaruhi Ali.
Hendra dan Rita sedang mengurusi urusan pemindahan saham dan warisan Laksana atas nama istrinya. Mereka tidak akan menunda lagi terlebih setelah Agung dengan begitu berani menyambangi rumah Ibunya setelah menghamili wanita murahan itu.
"Mas.."
"Ya Sayang? Kamu pusing?"Tanyanya saat melihat Prilly meringis pelan sambil memegang kepalanya.
Prilly akhirnya membuka matanya setelah nyaris 2 jam tak sadarkan diri.
"Nggak apa-apa Mas. Aku baik-baik aja." Prilly menatap suaminya dengan penuh rasa bersalah baru satu hari menikahi dirinya Ali sudah harus melihat pertengkaran keluarganya termasuk aib Ayahnya yang dengan bangganya memamerkan kebahagiaan atas hadirnya anak haramnya bersama wanita itu.
"Mas maaf--"
"Sstt..tidak ada yang perlu dimaafkan. Mas mengerti dan Mas harap kamu harus kuat jangan begini lagi Mas khawatir." Ali berkata lembut sambil mengusap pipi istrinya.
"Papi.."
"Iya biarkan Papi memilih jalan hidupnya. Apa yang kamu lakukan sudah benar Sayang. Kita beri Papi waktu dan jika dalam keadaan susah wanita itu masih menerima Papi berati cinta mereka memang suci." Prilly menitikkan air matanya. Tujuannya memang itu jika wanita itu bisa menerima kondisi sulit Ayahnya maka Prilly akan dengan rela mengizinkan Ayahnya menikahi wanita itu.
Di akan menyerahkan semua miliknya pada sang Ayah.
"Mas jika Papi benar-benar menikahi wanita itu apa---" Prilly membasahi bibirnya. "Apa kamu bersedia membawa aku pergi dari rumah ini?"
Ali tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Tentu Sayang. Mas juga ingin kita memulai kehidupan kita dengan bahagia. Mas juga ingin kita sukses atas usaha kita sendiri." Ujar Ali yang menerbitkan senyum menawan di wajah cantik Prilly.
Keduanya sedang merajut impian bahagia mereka.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Harta dan Ali
RomansaNext cerita aku kali ini aku bakalan nulis cerita tentang anak SMA gitu, semoga suka yaa.. Silahkan cek ceritanya jangan lupa vote dan komennya ya dear..